Selasa, 20 November 2012

Observasi Perkembangan Motorik Siswa SD



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Pada dasamya gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992:24). Bentuk gerakan dasar tersebut telah dimiliki oleh murid-murid sekolah dasar. Gerak dasar lari dan lompat merupakan gerak dasar Iokomotor yang. perlu dikembangkan di sekolah dasar di samping gerak dasar yang lainnya. Gerak dasar lokomotor merupakan dasar macam-macam keterampilan yang sangat perlu adanya bimbingan, latihan, dan pengembangan agar anak-anak dapat melaksanakan dengan benar dan baik. Sebagian besar gerak dasar lokomotor berkembang sebagai hasil dari beberapa tahap kematangan. Namun yang menjadi permasalahannya sekarang adalah bagaimana cara menanamkan dan mengembangkan bentuk-bentuk gerak dasar yang telah dimiliknyaitu, agar dapat dilakukan dengan benar dan baik.
Ciri siswa usia sekolah dasar adalah bergerak. Setiap anak menggunakan seluruh waktunya untuk bergerak, yaitu gerakan kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya, seperti berlari, melompat, dan melempar. Ia juga melakukan gerakan tubuh yang bersifat keterampilan terbatas, seperti menggunting, menempel, dan mendorong.
Seiring dengan pertambahan usia dan dipengaruhi oleh faktor latihan, gerakan-gerakan tersebut akan menjadi semakin sempurna. Hal tersebut juga diiringi dengan jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai dengan ukuran tubuh masing-masing siswa. Kebiasaan memakan berbagai macam makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan bentuk tubuh.
Keterampilan motorik kasar yang lebih maju dari sekadar refleks merupakan prasyarat untuk berolahraga, menari, dan aktivitas-aktivitas lain pada masa usia sekolah dasar dan tahap perkembangan selanjutnya.
Murid Sekolah Dasar kelas 3 yang umurnya berusia antara 8-9 tahun pada dasamya sudah dapat dilihat seberapa jauh motorik mereka, mengingat sebagian besar dan mereka sudah mulai belajar gerak (sambil bermain) pada saat 1 (satu) tahun belajar pendidikan jasmani di kelas 1 (satu) SD serta satu tahun di kelas 2. Dengan asuransi tersebut diharapkan murid SD kelas 3 sudah memiliki motorik minimal yang sangat berguna bagi penyesuaian diri kehidupan mereka terutama yang menyangkut gerakan-gerakan dasar yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Anak-anak pada masa usia sekolah dasar sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani yang berlaku, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pemahaman motorik yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. Pada umumnya permainan yang dilakukan oleh murid sekolah dasar merupakan pengembangan dari motorik yang diajarkan oleh guru pendidikan jasmani.
Pembelajaran motorik merupakan suatu kebutuhan yang harus dipelajari pada usia sekolah dasar, mengingat hal tersebut akan sangat dibutuhkan untuk menunjang perkembangan postur tubuh di masa remaja dan dewasa.

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah yang perlu dikaji lebih mendalam melalui observai ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan motorik pada anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD) ?
2. Bagaimana keterampilan gerak dasar (lari dan lompat) anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD)  ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan kedua rumusan masalah di atas, maka penelitian ini akan didasarkan pada beberapa rumusan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan motorik yang dialami anak umur 9 tahun atau siswa kelas 3 Sekolah Dasar  
2. Mendapatkan data mengenai keterampilan gerak dasar (lari dan lompat) anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD) melalui tes lari 15 meter dan lompat tanpa awalan.

D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan rumusan masalah di atas ruang lingkup yang akan dibahas pada laporan observasi ini adalah sebagai berikut :
1.      Perkembangan motorik yang dialami oleh anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD).
2.      Keterampilan gerak dasar yang dikuasai oleh anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD).












BAB II
KAJIAN TEORI

1.  Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia 9 tahun
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992:44). Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun.
Menurut Witherington (1952) yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam memabntu perkembangan anak sekolah. Adapun tugas-tugas perkembangan anak sekolah (Makmun, 1995:68), diantaranya adalah: (a) mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b) mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala, nilai-nilai, (c) mencapai kebebasan pribadi, (d) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.
Tugas-tugas perkembangan yang tercapai pada masa kanak-kanak akhir dengan kisaran usia 6-13 tahun (Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119) akan memiliki keterampilan. Keterampilan yang dicapai diantaranya social-help skills dan play skill. Social-help skills untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain seperti membersihkan halaman, merapihkan meja dan kursi. Ini akan menambah perasaan harga diri dan sebagai anak yang berguna hingga menjadikan anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Play skill terkait dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di sekolah dan di masyarakat.
Akhir masa kanak-kanak disebut gang age (Soesilowindardini, ttn:24; Kusmaedi, Husdart, Hidayat,2004:65). Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak berubah dari self centered, yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari (Soesilowindradini, ttn:124; Kusmaedi, Husdarta, Hidayat, 2004:63-64) atau melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan. Dalam kelompoknya, secara bersama-sama anak-anak membuat sesuatu seperti mainan dari kayu, menonton bersama-sama, melihat alam sekitar. Biasanya mereka memiliki tempat berkumpul tertentu yang jauh dari jangkauan dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi pertentangan dengan orang tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti kelompoknya.
Dalam hubungan dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam hal bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan. Tidak semua proses itu berjalan lancar. Sebab ada kalanya anak mengalami kesulitan melakukannya, bahkan berbalik arah untuk melakukan tindakan yang merugikan dengan melakukan perilaku kenakalan. Beberapa sebab anak melakukan kenakalan (Soesilowindradini, ttn:129) diantaranya adalah:
1. Tidak menghiraukan apa yang diharapkan dari mereka.
2. Salah pengertian dari aturan yang ada.
3. Mencoba orang-orang yang lebih berkuasa daripadanya (orang tua, guru)
4. Adanya keinginan menunjukkan kebebasan
5. Ingin mendapat pujian dari teman-temannya.
Beberapa macam perbuatan kenakalan anak: 1. di rumah: - bertengkar, berlaku kasar terhadap saudara-saudaranya - merusak milik orang lain - berdusta, mencomel 2. di sekolah:
- mencuri
- menggangu, membolos, membuat keributan
- berdusta
- berkata kasar dan kotor
- merusak benda-benda milik sekolah
- bertengkar
Dari tahun ke tahun anak memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melanggar peraturan-peraturan (Soesilowindradini, ttn:131) disebabkan oleh:
a. makin kurang senangnya kepada solah dan guru-gurunya
b. merasa kurang disenangi dalam kelompok sebaya daripada diharapkannya.
Melihat gejala itu, penjas melalui program pembelajarannya diharapkan dapat menjadi media untuk memecahkan persoalan tersebut. Melalui aktivitas bermain yang bervariatif dan bimbingan guru, anak merasa betah di sekolah. Dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator, anak bergaul dan mendapat pengakuan dari anggota kelompoknya. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:101). Beberapa sifat sosial yang dimiliki anak besar sebagai hasil perkembangan dari usia 10 sampai 12 tahun:
1. Baik laki-laki maupun perempuan menyenangi permainan yang terorganisir dan permainan yang aktif.
2. Minat terhadap olahraga kompetitif meningkat.
3. Membenci kegagalan atau kesalahan.
4. Mudah bergembira, kondisi emosional tidak stabil.
Aktivitas yang diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak besar di antaranya adalah (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:127-128):
1. Bermain dalam situasi berlomba atau bertanding dengan pengorganisasian yang sederhana. Misalnya: berlomba dalam beberapa macam gerakan seperti berlari, merayap, melompat, menggiring bola, adu lempar tangkap dan sebagainya. Melakukan pertandingan kecabangan olahraga yang peraturannya disederhanakan, misalnya pertandingan voli mini. Dengan pengarahan dan pengelolaan aktivitas yang baik dari guru, aktivitas ini akan berdampak kepada peningkatan kepercayaan diri anak dan kebanggaan dirinya.
2. Aktivitas beregu atau berkelompok. Anak diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya dalam melakukan aktivitas untuk membina kebersamaan di antara mereka.

2. Perkembangan Fisik Anak
a. Perkembangan Kekuatan
Studi tentang perkembangan kekuatan pada anak-anak biasa dilakukan dengan cara mengukur kekuatan menggenggam yang diukur dengan handgrip dynamometer. Pada usia 3 sampai 6 tahun, anak laki-laki dan perempuan kekuatannya meningkat 65 % (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991).
 Pada anak laki-laki meningkat 2 kali lipat selama usia 6–11 tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama usia 6–18 tahun. Berarti antara usia 12–18 tahun meningkat 1,6 kali lipat.
 Pada anak perempuan hanya meningkat 2,6 kali lipat selama usia 6 sampai 18 tahun. Artinya adalah proses perkembangan kekuatan lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

b. Perkembangan Fleksibilitas
 Sampai usia 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum, dan sesudah usia 12 tahun mengalami penurunan, kecuali pada bahu, lutut, dan paha fleksibilitasnya mulai menurun sesudah umur 6 tahun.
 Fleksibilitas pergelangan kaki baik pada laki-laki maupun perempuan adalah yang konstan semua umur.
 Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh tidak ada interkorelasi dengan yang lainnya. Artinya adalah fleksibilitas salah satu bagian tubuh tidak bisa menaksir fleksibilitas bagian tubuh yang lainnya. Masalnya adapabila fleksibilitas pinggangnya baik, maka fleksibilitas anggota tubuh yang lain belum tentu sama baiknya dengan fleksibilitas pinggang.

c. Perkembangan Keseimbangan
Keseimbangan diklasifikasikan menjadi keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan statik adalah keseimbangan pada saat tubuh diam, atau kemampuan mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh untuk tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan.
 Anak pada umur 6-16 tahun umumnya mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi umur 12-14 tahun hanya sedikit peningkatannya.
 Anak laki-laki peningkatannya melambat pada usia 7-9 tahun, anak perempuan pada usia 8-10 tahun.
 Usia kurang lebih 8 tahun pada anak laki-laki cenderung lebih baik keseimbangan dinamiknya.
 Pada keseimbangan statik ada peningkatan yang ajeg, anak laki-laki dan perempuan tidak mengalami perbedaan.

3. Perkembangan Kemampuan Gerak dan Minat Melakukan Aktivitas Fisik
a. Perkembangan Koordinasi Gerak
Koordinasi adalah kemampuan untu mengontrol gerakan tubuh, mampu melakukan gerakan secara efisien (gerak fisik dengan baik). Koordinasi diukur melalui pola gerak keterampilan mencakup kemampuan mengontrol tubuh, keseimbangan, kelincahan, dan fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan.
b. Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar
Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk: Gerakan bisa dilakukan dengan melanika tubuh yang makin efisien Gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol. Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi Gerakan semakin bertenaga
Kecepatan perkembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan berulang-ulang aktivitasnya. Secara mekanika faktor yang mempengaruhinya adalah : koordinasi tubuh, ukuran tubuh, dan kekuatan otot. Pengukuran fisik secara berkala adalah untuk memantau perkembangan kemampuan dan keterampilan gerak yang sudah dimiliki anak. Beberapa perkembangan kemampaun gerak hasil penelitian Espenschade dan Eckert (1980) dalam Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan kemampuan Berlari
Berlari dihasilkan dari panjang langkah yang dipengaruhi panjang kaki dan irama langkah yang dipengaruhi kekuatan otot tungkai. Terjadi perbedaan yang relatif tinggi pada perkembangan kemampuan berlari pada anak laki-laki dengan anak perempuan khususnya mulai usia 9 tahun.
2.      Perkembangan Kemampuan Meloncat
 Kemampuan meloncat digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh dan merupakan tes diagnostik koordinasi gerakan. Perkembangannya terkait dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi tubuh. Pada anak besar perkembangan kemampuan meloncat cukup cepat, makin jauh atau makin tinggi dengan kualitas gerak semakin efisien. Perkembangan kemampuan loncat tegak meningkat cepat sampai usia lebih kurang 9 tahun pada anak laki-laki dan perempuan, sesudah itu pada anak perempuan hanya kecil peningkatannya. Pada anak laki-laki peningkatannya menjadi kecil antara 9-12 tahun, namun sesudah usia 12 tahun perkembangan kemampuan meloncat meningkat dengan cepat. Perkembangan kemampuan loncat jauh tanpa awalan pada anak laki-laki berbentuk garis mendekati lurus (irama ajeg). Pada anak perempuan perkembangan yang cepat hanya terjadi sampai umur 12 tahun, sesudah melewati masa itu kemudian mengecil.



c. Minat Melakukan Aktivitas Fisik
Minat melakukan aktivitas fisik pada kelompok anak besar sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik itu sendiri. Pada umumnya anak besar baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami peningkatan minat yang besar dalam melakukan aktivitas fisik. Misalnya aktivitas bermain yang dilakukan anak besar lebih didominasi oleh permainan yang bersifat aktif, seperti bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan beberapa bentuk permainan tradisional yang melibatkan aktivitas fisik. Tentunya disesuaikan dengan minat dan kesepakatan anak-anak dalam memilih jenis permainan yang akan dilakukan.
Minat terhadap aktivitas fisik dan atau olahraga sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Pada anak-anak yang melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh kecenderungan sifat yang dimiliki (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991), antara lain:
1. Kemampuan memusatkan perhatian pada suatu macam aktivitas yang sedang dilakukan makin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsentrasi yang cukup tinggi pada anak yang terlibat dalam aktivitas yang dilakukannya.
2. Semangat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi.
3. Perkembangan sosialnya makin baik yang ditunjukkan dengan luasnya pergaulan dengan semakin mendalamnya pergaulan dengan teman sebayanya.
4. Perbedaan perilaku antara anak laki-laki dengan anak perempuan semakin jelas, ada kecenderungan kurang senang bermain dengan lawan jenisnya. Ini semakin memperjelas bentuk aktivitas yang dominan dilakukan oleh anak laki-laki dengan anak perempuan.
5. Semangat untuk menguasai suatu bentuk aktivitas tertentu dan semangat berkompetisi tinggi.




BAB III
PROSES PENGUMPULAN DATA

1.     Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif (penjajakan) yang dilakukan secara survey mengenai komponen-komponen motorik sekolah dasar kelas 3. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pola observasi tindakan.
Kemampuan motorik yang dites dalam survey tersebut meliputi: lari cepat 15 meter (detik), lompat jauh tanpa awalan (cm).

2.     Populasi dan Sampel
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar kelas 3 se Jawa Barat, sedang populasi terjangkaunya adalah Siswa Sekolah Dasar kelas 3 yang berada di wilayah Kab. Blitar. Oleh karena waktu dan sumber daya peneliti yang terbatas, dan juga memperhatikan karakteristik dari populasi secara umum memiliki kesamaan, maka siswa yang dijadikan sampel penelitian ini adalah siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Tuliskriyo 02 Kec. Sanankulon, Kab. Blitar yang berjumlah 20 orang yang berusia antara 8,5 sampai dengan 9 tahun. Penentuan jumlah sampel ini didasari oleh pendapat Ary, dkk., (1982) yang menyatakan bahwa besarnya sampel tergantung pada ketetapan yang diinginkan peneliti dalam menduga parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu, dan tidak ada satu kaidah pun yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel. Berkaitan dengan hal tersebut, sampel dipilih dan ditentukan dengan selected random sampling.
3.     Instrumen Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti sebagai landasan untuk memperoleh data penelitian meliputi: (1) kecepatan lari siswa kelas 3 Sekolah Dasar dengan satuan detik (2) Jauh lompatan tanpa awalan siswa kelas 3 Sekolah Dasar dengan satuan meter.
Sumber data variabel di dapat dari hasil pengamatan (observasi) terhadap kegiatan Tes lari 15 meter dan lompat tanpa awalan yang dilakukan oleh masing-masing sampel. Adapun bentuk instrumen dan teknik pengambilan datanya diperoleh dengan menggunakan format observasi sebagai berikut:

Tabel 1. Format Observasi Tindakan Aktivitas Gerak Dasar
Siswa SD Kelas 3
Tgl. Observasi : ………………….                             Umur : …………………
Bentuk aktivitas: ………………….                           Kelas : ………………
Sekolah : ………………….                                                   Jenis kelamin : ……………
No.
Nama
Lari 15 meter
Lompat Tanpa Awalan
1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



Jumlah


Rata-rata






BAB IV
PENYAJIAN DATA

1.     Hasil Pengamatan
Data observasi langsung di lapangan disusun dan dimasukkan ke dalam tabel pengamatan. Hasil pengamatan yang telah dicatat ke dalam tabel adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Observasi Tindakan Aktivitas Gerak Dasar
Siswa SD Kelas 3
Tgl. Observasi       : 20 Oktober 2011                         Umur                  : 9 tahun
Bentuk aktivitas    : Lari 15 meter dan                        Kelas                  : 3
 Lompat tanpa Awalan
Sekolah                 : SDN Tuliskriyo 02                      Jenis kelamin      : Laki-laki
No.
Nama
Lari 15 meter
Lompat Tanpa Awalan
1
Khalid
3,36 detik
1,42 meter
2
Catur
3,67 detik
1,43 meter
3
Dimas
3,79 detik
1,42 meter
4
Esa
4,12 detik
1,25 meter
5
Hendra
3,90 detik
1,48 meter
6
Arif
3,55 detik
1,35 meter
7
Rama
3,35 detik
1,63 meter
8
Riksan
3,64 detik
1,26 meter
9
Septian
3,78 detik
1,47 meter
10
Triadi
3,30 detik
1,58 meter
Jumlah
36,46 detik
14,29 meter
Rata-rata
3,65 detik
1,43 meter


Tabel 3. Observasi Tindakan Aktivitas Gerak Dasar
Siswa SD Kelas 3
Tgl. Observasi       : 20 Oktober 2011                         Umur                  : 9 tahun
Bentuk aktivitas    : Lari 15 meter dan                        Kelas                  : 3
 Lompat tanpa Awalan
Sekolah                 : SDN Tuliskriyo 02                      Jenis kelamin      : Perempuan
No.
Nama
Lari 15 meter
Lompat Tanpa Awalan
1
Anis
3,69 detik
1,51 meter
2
Anggi
3,89 detik
1,38 meter
3
Linda
3,39 detik
1,63 meter
4
Risma
3,70 detik
1,24 meter
5
Sabita
4,29 detik
1,38 meter
6
Zuwaida
3,43 detik
1,45 meter
7
Nisa
3,95 detik
1,23 meter
8
Rida
3,93 detik
1,15 meter
9
Vita
4,01 detik
1,64 meter
10
Imel
3,72 detik
1,19 meter
Jumlah
38 detik
13,8 meter
Rata-rata
3,8 detik
1,38 meter


2. Pengamatan Berdasarkan Teori
Ø  Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab II landasan teori yang menyatakan :
·         Pada anak laki-laki meningkat 2 kali lipat selama usia 6–11 tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama usia 6–18 tahun.
·         Pada anak perempuan hanya meningkat 2,6 kali lipat selama usia 6 sampai 18 tahun.
·         Artinya adalah proses perkembangan kekuatan lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

Maka dapat diamati dari hasil tes kedua gerak dasar diatas terdapat perbedaan kekuatan antara siswa laki-laki dan perempuan dimana pada rata-rata kedua tes yang sudah dilaksanakan siswa laki-laki mendapatkan hasil yang lebih bagus dari siswa perempuan.

Ø  Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab II landasan teori tentang perkembangan gerak dasar berlari pada anak usia 9 tahun yang menyatakan :
·         Berlari dihasilkan dari panjang langkah yang dipengaruhi panjang kaki dan irama langkah yang dipengaruhi kekuatan otot tungkai. Terjadi perbedaan yang relatif tinggi pada perkembangan kemampuan berlari pada anak laki-laki dengan anak perempuan khususnya mulai usia 9 tahun.
Maka dapat dibandingkan antara rata-rata kecepatan lari 15 meter antara siswa laki-laki dan perempuan  dimana laki-laki rata-ratanya adalah 3,65 detik sedangkan siswa perempuan rata-ratanya adalah 3,80. Sehingga pada usia 9 tahun anak laki-laki cenderung lebih baik pada keterampilan gerak berlari dibandingkan dengan anak perempuan.

Ø  Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab II landasan teori tentang perkembangan gerak dasar melompat pada anak usia 9 tahun yang menyatakan :
·         Perkembangan kemampuan loncat jauh tanpa awalan pada anak laki-laki berbentuk garis mendekati lurus (irama ajeg). Pada anak perempuan perkembangan yang cepat hanya terjadi sampai umur 12 tahun, sesudah melewati masa itu kemudian mengecil
Jadi pada anak laki-laki perkembangan kemampuan meloncat lebih teratur daripada anak perempuan yang perkembangannya cepat pada usia ini sehingga hasilnya justru kurang maksimal. Hal ini dapat kita amati dari rata-rata lompatan yang dilakukan oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan dimana siswa laki-laki rata-ratanya 1,43 meter dan perempuan 1,38 meter.
BAB V
PEMBAHASAN

A.   Gerak  Dasar
Perkembangan gerak dasar dan penyempurnaannya merupakan hal penting di masa usia sekolah dasar. Semua anak normal mampu mengembangkan dan mempelajari berbagai macam gerak dan yang lebih rumit. Gerakan-gerakan dasar merupakan gerak pengulangan yang dilakukan terus-menerus dari kebiasaan serta menjadikannya sebagai dasar dari pengalaman dan lingkungan mereka.
Pengembangan gerak dasar adalah merupakan suatu proses untuk memperoleh gerak yang senantiasa berkembang berdasarkan:
1. Proses pengembangan syaraf dan otot yang juga dipengaruhi oleh keturunan;
2. Akibat dari pengalaman gerak sebelumnya;
3. Pengalaman gerak saat ini;
4. Gerak yang digambarkan dalam kaitannya dengan pola gerak tertentu.
Pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam tiga bentuk gerak sebagai berikut.
1. Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat: misalnya jalan, lari, dan loncat. .
2. Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) di mana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat: misalnya mendorong, menarik, menekuk, memutar.
3. Manipulatif, di mana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan gerakan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.
Gerakan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif bisa tampak dengan berbagai kombinasi, misalnya lari sambil melempar dan menangkap bola. Dengan demikian, pola gerak adalah gerak dasar yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu tugas tertentu. Oleh karena itu, banyak anak yang bisa melaksanakan pola gerak dasar dengan kecakapan yang bermacam-macam.
Sering kali gerak dibedakan antara gerak yang halus dan yang kasar. Gerak halus adalah gerak yang memerlukan ketelitian dan kecerdikan, sedangkan gerak kasar adalah gerakan seluruh tubuh dan bagian-bagian tubuh yang besar seperti dalam kegiatan yang berpindah tempat. Banyak gerakan mengandung gerakan halus maupun kasar, misalnya untuk melempar bola diperlukan ketepatan sasaran dan kecepatan yang mencukupi. Ketepatan memerlukan ketelitian dan penguasaan jari dan tangan (gerakan halus), sedangkan kecepatan lebih memerlukan gerakan tangan dan tubuh yang kasar supaya pelemparannya cukup kuat.
Di saat sebelum usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang dapat digunakan untuk berjalan, berlari dan melompat. Setelah pada usia sekolah dasar, terjadi perkembangan signifikan dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik dan melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat.
Dalam mempelajari motorik, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Kesiapan Belajar
Jika pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka hal yang dipelajari dalam waktu dan usaha tertentu yang sama maka anak yang sudah siap akan lebih unggul dari pada anak yang belum siap untuk belajar.
2. Kesempatan Belajar
Banyak siswa yang tidak memiliki kesempatan mempelajari motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut anaknya mengalami kecelakaan ketika belajar atau bermain.



3. Kesempatan Berpraktik/Latihan
Anak harus diberi waktu melakukan praktik atau latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu gerakan. Meskipun demikian, kualitas praktik atau latihan jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya.
4. Model yang Baik
Pada saat mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu gerakan dengan baik maka siswa harus memperoleh contoh yang baik pula.
5. Bimbingan
Untuk dapat meniru suatu model dengan benar, siswa membutuhkan bimbingan yang mengarah kepada perbaikan suatu kesalahan. Gerakan yang salah, namun sudah terlanjur dipelajari dengan baik mengakibatkan
6. Motivasi
Sumber motivasi anak adalah kepuasan pribadi yang diperoleh dari kegiatan belajar, kemandirian, gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya, dan kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah. Oleh karena itu, motivasi belajar penting untuk mempertahankan dan meningkatkan minat dari ketertinggalan selama anak belajar.

B. Berbagai Gerakan Dasar
Gerakan berjalan dan memegang suatu benda yang telah bisa dilakukan pada masa sebelumnya akan semakin dikuasai pada masa selanjutnya. Selain itu anak semakin menguasai gerakan-gerakan lain yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari gerakan berjalan dan memegang. Beberapa macam gerakan dasar dan variasinya yang makin dikuasai atau mulai bisa dilakukan, yaitu berbaring, duduk, berdiri, berjalan, berlari, mendaki, meloncat dan berjingkat, mencongklang dan lompat tali, menyepak, melempar, menangkap, memantul bola, memukul, dan berenang.
Berikut diuraikan beberapa gerak dasar, sebagai berikut.
1. Berlari
Setiap hari siswa harus diberi kesempatan melatih otot-ototnya melalui berbagai kegiatan, termasuk berlari, melompat, berjalan, melempar, dan latihan keseimbangan badan. Bermain di halaman atau lapangan perlu direncanakan dan dilaksanakan setiap hari, sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan otot-otot besamya, belajar mengenal alam sekitar dan dapat mengekspresikan diri secara bebas tanpa merasa ada yang membatasi.
Bagi orang dewasa semua gerakan dapat dilakukan dengan mudah, tetapi tidak dernikian halnya dengan siswa sekolah dasar. Dalam hal ini perlu banyak melakukan latihan dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa agar lebih mampu untuk melakukan gerakan-gerakan secara teratur melalui kegiatan bermain. Mereka harus dibimbing pada saat melakukan setiap kegiatannya agar bisa berpengaruh positif terhadap perkembangan fisiknya, menyenangkan, dan tidak membosankan. Membentuk. atau menciptakan berbagai kombinasi dan pengembangan gerakan sambil bermain adalah tugas kita sebagai pembimbing mereka.
Berlari bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai dasar untuk memberikan olah tubuh kepada siswa secara teratur. Keteraturan tentunya perlu dikombinasikan dengan berbagai gerakan yang fleksibel dan dapat diubah sesuai dengan situasi atau keinginan guru. Guru bisa memanfaatkan faktor-faktor gerakan, seperti tempat, waktu, dan kekuatan untuk menciptakan berbagai variasi berlari. Variasi dapat juga diciptakan dengan menggunakan fungsi-fungsi tubuh dan anggota bagian tubuh.
Dari kesemuanya itu bisa mengambil inti sari tujuan perlunya aktivitas lari bagi siswa yaitu:
a. Mampu melakukan eksplorasi cara lari cepat, cara lari sambung, cara start untuk lari cepat, dan cara memasuki garis akhir dengan situasi yang menyenangkan;
b. Terbentuknya sikap keuletan, ketekunan, percaya diri, mampu bekerja sama dan berani mengambil keputusan dari anak didik melalui nuansa bermain gerak yang dilakukan;
c. Anak mampu menunjukkan manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini terhadap perkembangan badannya.
Berlari tidak banyak berbeda dengan berjalan, hanya saja akan lebih cepat sampai tujuan dan gerakannya suatu saat melayang di udara atau agak melompat. Gerakan berlari bisa digerakkan dengan berbagai kombinasi, misalnya berlari dengan menyepak pantat dengan tumit di belakang, lari dengan mengangkat paha tinggi dengan ayunan tangan, lari dengan langkah tergantung di udara, lari dengan langkah panjang dan sebagainya. Gerakan ini dapat dilakukan dengan berpasangan dua-dua, bertiga-bertiga ataupun dalam berkelompok kecil.
Gerakan berlari merupakan perkembangan dari gerakan berjalan. Gerakan dasar anggota tubuh pada saat berlari menyerupai gerakan berjalan. Perbedaannya terletak pada irama ayunan langkah. Pada gerakan lari iramanya lebih cepat dan saat-saat tertentu kedua kaki tidak menginjak tanah.
Untuk bisa melakukan gerakan berlari maka diperlukan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak (agonist) dengan otot-otot yang berlawanan (antagonist) pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi gerakan melayang, dan untuk menahan berat badan pada saat kaki lainnya mendarat, dan dilanjutkan menjejak untuk gerakan langkah berikutnya. Koordinasi yang baik antara agonist dengan antagonist diperlukan agar perpindahan dari satu langkah berikutnya yang relatif cepat bisa dilakukan dengan lancar atau tidak terputus-putus.
Pencapaian perkembangan gerak berlari pada anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan kontrol untuk mengawali gerakan, berhenti, berputar dengan cepat semakin meningkat menjadi lebih baik.
b. Keterampilan motorik berlari pada umumnya sudah dikuasai sehingga ia mampu menggunakan keterampilan berlari secara efektif di dalam aktivitas bermain.
Karakteristik bentuk gerakan berlari yang mula-mula bisa dilakukan oleh anak adalah sebagai berikut.
a. Gerakan langkah masih terbatas rentangannya.
b. Ayunan lenggang tangan sebatas siku dan arahnya tidak sepenuhnya ke depan dan ke belakang melainkan cenderung ke arah samping.
c. Variasi pengembangan pembelajaran gerak lari.

2. Melompat
Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik.
Sebelum siswa diajarkan gerakan melompat maka perlu dibekali pemahaman tentang arti lompat itu sendiri. Pada kegiatan lompat, seorang siswa bisa mulai melompat di mana saja, tetapi bidang pendaratan atau tujuannya harus diberi tanda agar mengetahui tanda tersebut sebagai tingkat keberhasilan dalam lompatannya.
Gerak dasar lompat juga terkait dengan gerak dasar lari, yaitu melakukan gerak awalan. Jadi, dalam gerak lompat terdapat sejumlah komponen yang bisa diaktifkan secara maksimal, yaitu kecepatan, kelincahan, kelenturan, dan daya tolak otot tungkai.
Kecepatan lari sangat menentukan keberhasilan melakukan lompat jauh. Daya dorong otot tungkai dalam gerak melompat juga sangat berperan pada saat gerakan menolak untuk melewati tiang dalam lompat tinggi atau bak pasir atau matras dalam lompat jauh. Tujuan guru mengajarkan lompat adalah dapat memberi pengenalan gerakan dasar yang diharapkan memiliki keterampilan dasar yang kelak dikembangkan lebih lanjut. Modifikasi untuk gerak lompat diarahkan pada faktor kecepatan lari, kemampuan menolak, kelincahan dan kelenturan.
Ø  Contoh pengembangan gerak lompat
v  Melompat tanpa Gerakan Awalan
a) Tolakan dengan dua kaki
Sikap permulaan:
Berdiri tegak, kedua kaki rapat atau agak rapat, kedua tangan di samping badan. Gerakannya:
Sambil membengkokkan lutut ke depan, kedua tangan diayunkan ke belakang, badan agak dicondongkan ke depan, tumit diangkat. Kemudian, sambil menolakkan kedua kaki ke atas depan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan atas melewati samping badan. Pada waktu mendarat/jatuh pada kedua kaki lutut ditekuk supaya mengeper, kedua tangan ke depan, berat badan ke depan atau pada kedua ujung kaki. Pandangan ke depan.
b) Tolakan dengan satu kaki
Sikap permulaan:
Berdiri dengan salah satu kaki di depan (kiri) lurus, kaki yang lainnya (kanan) di belakang dengan lutut agak ditekuk ke depan. Kedua tangan ke belakang, berat badan berada pada kaki kanan Gerakannya:
Bersamaan dengan mengayunkan kaki kanan ke atas depan, kaki kiri ditolakkan ke atas depan menyusul kaki kanan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan atas melalui samping badan. Pada waktu badan melayang di udara, kedua kaki dirapatkan, jatuh atau mendarat pada kedua kaki (ujung kaki) dengan lutut ditekuk badan mengeper, kedua tangan ke depan, berat badan agak ke depan atau pada kedua ujung kaki.

C. Karakteristik Jasmani dan Tahap Kemampuan Motorik Anak Kelas 3 Sekolah Dasar
Menurut Sukintaka (1992: 41) karakteristik jasmani dan tahap perkembangan motorik anak umur 9 tahun (kelas III) yang dimiliki antara lain:
(1) perbaikan koordinasi dalam keterampilan gerak,
(2) daya tahan berkembang,
(3) pertumbuhan tetap,
(4) koordinasi mata dan tangan baik,
(5) sikap tubuh yang tidak baik mungkin diperlihatkan,
(6) perbedaan jenis kelamin tidak menimbulkan konsekuensi yang besar,
(7) secara fisiologik putri pada umumnya mencapai kematangan lebih dahulu daripada anak laki-Iaki,
(8) gigi tetap mulai tumbuh,
(9) perbedaan secara perorangan dapat dibedakan dengan nyata,
(10) kecelakaan cenderung memacu mobilitas.
 Sedangkan pada umur 9 tahun, tahap kemampuan motoric yang dimiliki antara lain:
(1) belajar rileks bila merasa lelah,
(2) belajar tentang masalah-masalah hambatan gizi,
(3) dapat menggunakan mekanika tubuh yang baik,
(4) mengatasi kekurangan sebaik mungkin,
(5) berusaha untuk menguasai keterampilan sebaik mungkin,
(6) memperbanyak kegiatan untuk meningkatkan kemampuan jasmani dengan latihan-Iatihan dasar,
(7) mengembangkan kekuatan otot, daya tahan otot, dan kelentukan.

D. Perkembangan Keterampilan Gerak Anak Kelas 3 Sekolah Dasar
Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak sekolah dasar, diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak yang berkaitan dengan olahraga. Gerak dasar pada anak membentuk dasar untuk gerak. Keterampilan gerak dasar itu didukung oleh pola gerak. Pola gerak merupakan serangkaian gerak terkait yang terorganisir. Misalnya, sebuah pola gerak berupa mengangkat tangan ke samping atau ke atas. Berdasarkan pola gerak inilah terbentuk gerak dasar. Diantara berbagai bentuk pola gerak itu, ada pula gerak yang dominan. Dikatakan dominan, karena menjadi landasan utama untuk dapat dilakukan dan dikuasai dengan baik keterampilan gerak dasar.
Gerak dasar merupakan dasar macam-macam keterampilan yang sangat perlu adanya bimbingan, latihan, dan pengembangan agar anak dapat melaksanakan dengan tangkas dan lancar. Bagi anak-anak normal kebanyakan keterampilan dan kematangannya selalu berkaitan dengan gerak dasar.
Pada fase transisi usia 7-10 tahun, anak secara individu mulai dapat mengkombinasikan dan menerapkan gerak dasar yang terkait dengan penampilan dalam aktivitas jasmani. Gerakan yang dilakukanberisikan unsur-unsuryang sama, seperti gerak dasar, tetapi dalam pelaksanaannya lebih akurat dan terkendali.Selama periode inianak terlibat secara aktif dalam pencarian dan pengkombinasian berbagai macam pola gerak dan keterampilan. Pada umumnya kemampuan mereka akan sangat cepat meningkat (Yudha M Saputra, 2001: 14).
Aktivitas penegembangan kemampuan untuk mempertahankan dan menyempurnakan bentuk-bentuk dan corak dari gerakan dasar yang telah diperolehnya, agar menjadi lebih mantap. Selain itu merupakan bagian permulaan bagi aktivitas anak-anak. Untuk memperoleh memperoleh bentuk-bentuk gerakan yang baru dari situasi yang baru (stabilisasi). Aktivitas pengembangan kemampuan gerak stabilitas, pada dasarnya adalah suatu bentuk kegiatan yang diajarkan kepada anak-anak kelas permulaan di sekolah dasar, agar mereka memiliki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangannya, misalnya:" berjalan, di atas balok keseimbangan, bertumpu pada satu kaki, sikap kayang dan sebagainya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka betapa pentingnya bentuk-bentuk keterampilan dasar bagi anak sekolah dasar. Oleh karena itu program pengajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah dasar hendaknya dapat mengembangkan berbagai bentuk keterampilan gerak dasar.






BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil observasi dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan keterampilan gerak dasar di sekolah dasar harus mendapat
perhatian yang serius dari guru pendidikan jasmani. Keterampilan gerak dasar lari
dan lompat merupakan gerak dasar lokomotor yang sangat penting maka perlu
adanya suatu latihan, bimbingan dan pengembangan dari guru pendidikan jasmani agar dapat berkembang secara baik.
Cara yang terbaik untuk mengembangkan keterampilan gerak.dasar lari dan lompat di sekolah dasar adalah dengan pendekatan bermain, karena masa anak-anak merupakan masa yang senang bermain. Model-model pengembangan gerak dasar lari dan lompat di sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. agar hasil yang ingin dieapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

B. Saran
Untuk dapat mengembangkan kemampuan motorik anak sekolah dasar secara optimal mutlak diperlukan sarana prasarana pendidikanjasmani yang memadai, disamping dibutuhkan guru pendidikan jasmani atau guru kelas yang memahami masalah pendidikan jasmani. Diperlukan penelitian lanjutan agar dapat menjawab seluruh permasalahan mengapa motorik murid sekolah dasar masih kurang memadai.





DAFTAR  PUSTAKA

Cholik T.M. dan Gusril. (2004). Perkembangan Motorik pada Anak-Anak. Jakarta: Depdiknas.
Syarifuddin. Aip dan Muhadi (1992). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta:
Depdikbud.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
Mamanet. (2009). Kemampuan Motorik Murid Sekolah Dasar Kelas 3, (online), (http://mamanet.wordpress.com/kemampuan-motorik-murid-sekolah-dasar-kelas-3/), diakses 23 Oktober 2011.
Mardiya. (2010). Mengoptimalkan peran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak didik di sekolah dasar, (online), (http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/mengoptimalkan-peran-pendidikan-jasmani-olahraga-dan-kesehatan-dalam-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-didik-di-sekolah-dasar-oleh-drs-mardiya/), diakses 23 Oktober 2011.
Wen. (2010). Penerapan konsep belajar motorik pada siswa kelas 4 sekolah dasar, (online), (http://wengayo.blogspot.com/p/konsep-belajar-motori.html), diakses 23 Oktober 2011.
Mega. (2011). Perkembangan anak umur 9 tahun, (online), (http://mega-social.blogspot.com/2011/05/perkembangan-anak-umur-9-tahun.html), diakses 23 Oktober 2011.
Anonim. (2011). Perkembangan Anak | Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Psikososial, (online), (http://www.gexcess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html), diakses 23 Oktober 2011.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar