BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak ada
yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita
dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan
aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan
dirinya sendiri.
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera
goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut
biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali
permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom
ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang
rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu
lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan
sendiri.
Ada
beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Aktivitas
yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan
terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera
yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya
terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap
latihan.
Cedera
akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet
senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya
waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai
pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah
dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita
memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami
tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah,
bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional
(memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi.
Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar
mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor
perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh
perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud cedera dan cedera
olahraga ?
2. Apa macam-macam cedera olahraga ?
3. Bagaiamana klasifikasi cedera
olahraga ?
4. Apa penyebab cedera olahraga ?
5. Bagaimana penerapan usaha pencegahan
cedera olahraga pada olahraga sepak bola ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian cedera dan cedera olahraga.
2. Mengetahui macam-macam cedera
olahraga.
3. Mengetahui klasifikasi cedera
olahraga.
4. Mengetahui penyebab cedera olahraga.
5. Memahami penerapan usaha pencegahan
cedera olahraga pada olahraga sepak bola.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cedera dan Cedera Olahraga
1.
Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang
bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau
jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan
yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau
bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka
yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi
masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi
resiko celaka tersebut.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk
dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi,
tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani
tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini
semakin mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan
tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika
hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan
atau mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena
olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi
serta bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan
benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam
melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang
bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup
lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab
itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang
multidisipliner.
B. Macam – macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar
terjadi pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau
perlu ke prestasi puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan
waktu penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ)
atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari
derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan
secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam
kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta
cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah,
sehingga penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang
cedera dapat dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka
latihan untuk pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk
mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi penecilan otot
(atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka
sangat diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera. Cedera
olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic
disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot,
“sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang
belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera
anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan
berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang berhubungan dengan
jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder,
jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
C.
Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak
mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit.
Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.
b.
Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada
cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance
atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda
inplamasi) misalnya: lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament
(sprain grade II).
c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu
penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika
terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV
atau sprain fracture) atau fracture tulang.
d. Strain dan Sprain
Strain dan
sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.
1. Strain
Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon.
Straing dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada
robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan
kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya
straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari
jarak pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan
strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan
endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah
terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan
atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah
terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan
tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut
cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi
robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan
tidak ada gangguan fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi
robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan
fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman dan
mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri
sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul
cedera baru lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini
terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan
fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan
kedua ujung robekan secara berdekatan.
d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi
akibat ligamennya robek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti
lepasnya sebagian tulang tersebut.
D.
Penyebab Cedera Olahraga
Beberapa
faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.
1. Faktor
olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena
mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun
raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament
menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai puncaknya pada
usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang
olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan
olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan
lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang
sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu
pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun
sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena
“over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar
untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak
dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di
inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan
lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada
organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk
bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu
menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa
dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya
jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi
sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa
kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup,
hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
2. Peralatan
dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak
memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat
proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga
yang khusus.
3. Faktor
karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag
mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang
cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
E. Usaha
Pencegahan Cedera Olahraga dan Penerapannya pada Olahraga Sepak bola
Setiap
atlet atau siapapun yang melakukan aktifitas olahraga pasti mendekatkan diri
dengan resiko cidera. Memang sering terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan.
Namun demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang menjadi
prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga. Bila prinsip ini dilaksanakan
maka tubuh akan siap melakukan aktifitas olahraga dengan aman. Dalam hal ini akan dijelaskan
beberapa cara usaha-usaha untuk pencegahan cedera olahraga yang ,antara lain :
1. Pengaturan
gizi
Seorang atlet,baik itu professional atau
non pofesional akan membutuhkan asupan gizi yang baik dan teratur untuk dapat
mengatur kondisi fisik tubuhnya dan pengeluaran kalorinya. Penambahan beban
kerja selalu diikuti upaya penambahan energi dan zat-zat gizi lainnya yang
diperoleh dari makanan. Kalori yang dibutuhkan semakin besar sesuai tingkat
energi yang dikeluarkan selama melakukan aktivitas. Jumlah kalori yang
dibutuhkan tergantung dari berat ringannya aktivitas yang diikuti. Keadaan gizi
untuk orang biasa yang tidak melakukan aktivitas berat cukup dengan 2500
kalori, sedangkan bagi atlit yang melakukan aktivitas fisik yang yang berat
memerlukan kira-kira 4000 kalori. Sumber kalori yang kita gunakan tersebut
berasal dari karbohidrat . Lemak secara teotitis bisa menghasilkan kaori yang
paling banyak. Tetapi memilih memakan lemak yang banyak untuk memperoleh kalori
adalah keputusan yang kurang tepat karena lemak paling sulit dicerna.
Pengetahuan gizi khususnya tentang
pengaturan makanan untuk atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa
keuntungan atlet tersebut, antara lain :
1) Memberikan
pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan kondisi
tubuh yang telah diperoleh dalam latihan;
2) Memberikan makanan
yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik
dan olahraga;
3) Menentukan bentuk
makanan dan frekwensi makan yang tepat pada waktu latihan intensif sebelum,
selama dan sesudah pertandingan;
4) Menggunakan prinsip
gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan;
5) Menggunakan prinsip gizi untuk
mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh,
keadaan fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta kebiasaan
dan daya cerna atlet
Makanan yang baik bagi para olahragawan adalah makanan yang seimbang. Maksudnya,
makanan yang dalm penyusunannya tidak hanya disesuaikan dengan kebutuhan energi
dalam bentuk kalori saja, tetapi harus diperhatikan pula komposisi makannanya. Kecukupan
nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-70% dari total
energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari lemak. Vitamin dan mineral
mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan
dan pertandingan.
Pengaturan gizi sebagai upaya pencegahan cedera juga berkenaan dengan
frekuensi dan waktu makan. Makan dalam jumlah tertentu dengan frekuensi tiga
kali sehari, jauh lebih aman daripada makan dengan jumlah yang sama namun
dengan frekuensi dua kali atau sekali dalam sehari. Jika seorang olahragawan
memiliki kebiasaan makan sekaligus dalm sehari dengan jumlah yang sangat
banyak, maka kan terjadi beban pada sistem pencernannya. Seseorang yang akan
melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga, harus menghindari makanan
yang menyebabkan kejang-kejang pada perut, makanan yang keluarnya dari lambung
sangat pelan dan makanan yang menyebabkan diare.
Ø Penerapan Usaha Pengaturan Gizi pada
Olahraga Sepakbola
Berikut beberapa cara dalam pengaturan gizi bagi seorang atlet,misalnya
saja pada atlet sepak bola. Selain pengaturan program latihan yang teratur dan
terarah, untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan asupan gizi atau
pengaturan makanan dengan kebutuhan gizi yang lebih besar dan seimbang
dibanding orang biasa. Serta pengaturan makanan khusus harus disiapkan pada
masa pelatihan,pertandingan dan pasca pertandingan.Sebagai contoh,atlet sepak
bola makan 3x sehari dengan lauk pauk yang seimbang dan gizinya lebih besar
dari orang biasa. Dan pada saat latihan, pertandingan dan pasca pertandingan
diberikan makanan khusus, seperti suplemen atau vitamin. Hal ini bertujuan agar
kebutuhan zat-zat yang diperlukan tubuh bisa terpenuhi dan dapat menjaga
kondisi atlet sepakbola tersebut supaya tetap dalam kondisi prima sehingga
pemain tidak akan mudah cedera dan daya tahan tubuhnya tetap terjaga.
2. Pengaturan
Istirahat atau Recovery
Kegiatan-kegiatan yang emerlukan aktivitas fisik yang berat dengan tidak
memperhatikan istirahat dapat menimbulkan resiko yang cukup fatal.lelah dan
capek adalah reaksi fisiologis yang diberikan pada kitaagar kiata beristirahat.
Apabila hal itu kurang diindahkan maka kejadian yang tidak diinginkan akan
terjadi.
Sehabis melakukan aktifitas fisik, banyak terkumpul zat yang melelahkan
di dalam tubuh sehingga tubuh perlu beristirahat. Oaring yang mengalami
kelelahan biasanya tidak dapat berfikir dengan benar, otot-otot menjadi lemah,
daya tahan tubuh secar umum menurun, koordinasi gerak kurang baik. Kemungkinan
terjadinya cedera terbuka lebar pada seseorang yang mengalami kelelahan namun
tetap memaksakan diri untuk tetap melakukan aktifitas fisik.
Istirahat yang cukup adalah perlu sekali untuk memperoleh kondisi yang
sebaik-baiknya. Kondisi yang baik berfungsi untuk menutup kemungkinan
terjadinya cedera. Agar para atlet tetap pada kondisi yang prima, hendaknya
mereka disarankan untuk mempunyai jatah istirahat yang cukup.
Salah satu usaha agar tidak cepat mengalami kelelahan adalah pengaturan
waktu istirahat dengan baik. Recovery
(pulih asal) yang baik dan cukup akan mengistirahatkan seluruh sel-sel tubuh
kita dari stress karena keharusan bekerja berat secara terus-menerus pada saat
aktif. Recovery yang baik dan
pemberian asupan gizi yang yang tepat akan dapat segera mengembalikan simpanan
glikogen otot secara optimal. Dengan demikian asupan gizi yang tepat dan
istirahat yang cukup sanagt dibutuhkan
olahragawan baik yang professional maupun bukan (adalah sangat ironis jika
atlet yang besok pagi harus bertanding tetapi malam sebelumnya begadang sampai
pagi). Disamping itu laju percepatan recovery
dapat dibantu dengan pemberian masase olahraga, terutama yeng berkaitan dengan
penumpukan asam laktat, otot yang tegang dan atau “njarem”.
Ø Penerapan Usaha Pengaturan Istirahat atau Recovery pada Olahraga Sepakbola
Pada olahraga sepak bola, dikenal adanya waktu setengan permainan yang dimana diselinggi oleh waktu istirahat
selama 15 menit yang bertujuan untuk mengisirahatkan fisik para pemain sehingga
nantinya tidak terlalu mengalami kelelahan yang biasanya dapat mengakibatkan
pemain menderita cedera. Tetapi istirahat pada tengah pertandingan bukan
berarti sudah mencukupi kebutuhan untuk mengembalikan kondisi fisik secara
prima namun hanya menghindari agar fisik para pemain tidak terlalu berat dalam
melakukan kerjanya sehingga membuat mereka rentan akan cedera. Setelah
bertanding secara penuh selama 90 menit, disarankan agar pemain beristirahat
selama 3 atau 4 hari sampai pertandingan berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar
kondisi badan bisa fit kembali dan rasa lelah yang mengakibatkan pemain mudah
mengalami cedera bisa dihilangkan. Dapat kita ambil contoh di Eropa yang
kompetisi sepak bolanya cukup padat sehingga memungkinkan suatu klub sepak bola
mengkuti beberapa kompetisi dalm satu tahun. Tetapi meskipun begitu jadwal
pertandingan diberi jarak antara 3 sampai 4 hari agar para pemain bisa
mengikuti setiap kompetisi dengan fisik yang prima sehingga bisa menampilkan
permainan terbaiknya.
Disamping itu istirahat tersebut harus diimbangi dengan asupan gizi yang
cukup supaya otot-otot yang dipergunakan pada saat bermain sepakbola terutama
otot-otot kaki bisa bekerja dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan. Selain itu setelah bertanding dapat pula
dilakukan masase atau pemijatan ringan terutama pada bagian paha dan betis agar
otot-otot pada bagian tersebut menjadi
rileks dan tidak mengalami kram. Tetapi jika soorang pemain sudah mengalami
cedera maka masa istirahatnya tidak 3 atau 4 hari tetapi bisa lebih dari itu
sesuai dengan yang disarankan oleh dokter.
2. Latihan peningkatan kondisi fisik
Kondisi fisik atlet memegang peranan
yang sangat penting dalam suatu program latihan. Program latihan kondisi fisik
haruslah direncanakan secara baik dan sistematis, ditujukan untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan
demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
Fungsi utama dari latihan adalah
agar tubuh mampu mengerahkan tenaga untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.
Dengan latihan, organ tubuh serta susunan syaraf yaitu otak mengadakan
penyesuaian terhadap beban kerja yang lebih berat sehingga mengalami perkembangan
sesuai dengan intensitas latihannya.
Bentuk latihan fisik antara lain :
a)
Latihan Daya Tahan (Aerobik dan Anaerobik)
Kemampuan
daya tahan dan stamina dapat dikembangkan melalui kegiatan lari dan
gerakan-gerakan lain yang memiliki nilai aerobik. Biasakan pemain menyenangi
latihan lari selama 40-60 menit dengan kecepatan yang bervariasi. Tujuan
latihan ini adalah meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik dan daya tahan
otot. Artinya, pemain dipacu untuk berlari dan bergerak dalam waktu lama dan tidak
mengalami kelelahan yang berarti. Selanjutnya proses latihan lari ini
ditingkatkan kualitas frekuensi, intensitas, dan kecepatan, yang akan
berpengaruh terjadinya proses anaerobik (stamina)pemain. Artinya, pemain itu
mampu bergerak cepat dalam tempo lama dengan gerakan yang tetap konsisten dan
harmonis.
b) Latihan
Kekuatan
kekuatn adalah kemampuan maksimal
seseorang untuk mengangkat suatu beban. Pengertian semacam itu sering
disalahartikan oleh sebagian orang. Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa
kemampuan push-up atau sit-up dijadikan ukuran kekuatan seseorang. Sebenarnya
agar jasmani seseorang menjadi lebih segar dn kuat, maka semua otot tubuh harus
dilatih sehingga kemampuan otot menjadi maksimal.
Upaya pencegahan cedera tidak hanya
ditopang oleh kekuatan otot lengan saja, namun keuatan otot tungkai, otot
perut, otot bahu, dan otot-otot lainnya juga perlu dilatih. Cara terbaik untuk
meningkatkan kemampuan kekuatan ini adalah berlatih menggunakan beban atau
dengan kata lain latihan beban (weight training). Sebaiknya sebelum melakukan
program latihan beban sesungguhnya, disarankan agar pemain lebih dulu mengenal
berbagai bentuk gerakan seperti:
§ Mendorong (push up, pull up)
§ Bangun tidur, angkat kaki
§ Memperkuat otot punggung, pinggang
§ Jongkok berdiri untuk membina kekuatan
tungkai – loncat-loncat di tempat atau sambil bergerak.
Proses selanjutnya adalah meningkatkan kualitas geraknya
dengan menggunakan beban (weight training) yang sebenarnya. Dianjurkan untuk
tidak melakukan atau berlatih loncat di tempat yang keras karena akan berdampak
terjadinya sakit, cedera pada bagian lutut, dan pinggang.
c) Latihan
Kecepatan
Cara untuk bergerak cepat adalah melatih kecepatan
tungkai/kaki. Aspek kecepatan juga bermakna pemain harus cekatan dalam mengubah
arah gerak dengan tiba-tiba, tanpa kehilangan momen keseimbangan tubuh
(agilitas). Bentuk-bentuk latihannya antara lain:
a.
Lari
cepat dalam jarak dekat
b . Lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run)
c. Tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban, rintangan.
b . Lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run)
c. Tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban, rintangan.
d.
Jongkok-berdiri
dan diikuti lari cepat dalam jarak dekat pula.
d) Latihan Kelenturan/Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah komponen
kesegaran jasmani yang sangat penting dikuasi oleh setiap atlet. Dengan
karakteristik gerak serba cepat, kuat, luwes namun tetap bertenaga, pembinaan
kelenturan tubuh harus mendapat perhatian khusus.Latihan fleksibilitas harus
mendapat porsi yang cukup. Orang yang kurang lentur rentan mengalami cedera di
bagian otot dan daerah persendian. Di samping itu, gerakannya cenderung kaku
sehingga banyak menggunakan energi, kurang harmonis, kurang rileks, dan tidak
efisien.Latihan-latihan peregangan dengan kualitas gerakan yang benar memacu
komponen otot dan persendian mengalami peregangan yang optimal. Oleh karena itu,
fleksibilitas ini harus dilatih dengan tekun dan sistematis.
Ø Penerapan Usaha Peningkatan Latihan Fisik
pada Olahraga Sepakbola
Pada olahraga Sepakbola aspek fisik
sangat diutamakan karena hal tersebut merupakan komponen yang penting bagi
pemain Sepakbola guna bisa bermain dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa
mudah mengalami kelelahan fisik. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan
latihan fisik guna menunjang dan memperkuat fisik pemain setiap akan bertanding
agar pada saat melakukan pertandingan pemain tidak mudah mengalami cedera.
Bentuk-bentuk latihan fisik yang dapat dilakukan oleh seorang pemain Sepakbola
antara lain :
a)
Latihan Daya Tahan (Aerobik dan
Anaerobik)
Untuk
memperkuat daya tahan seorang pemain sepak bola dapat melakukan kegiatan lari
mengelilingi lapangan Sepak bola sebanyak 5 sampai 10 kali putaran dan jika
masih belum terlalu lelah bisa dilanjutkan sampai 15 kali putaran. Hal ini
bertujuan untuk memperkuat otot-otot terutama otot bagian paha dan betis agar
terbiasa untuk melakukan aktivitas yang berat. Selanjutnya proses latihan lari
ini ditingkatkan kualitas frekuensi, intensitas, dan kecepatannya, yang akan
berpengaruh terjadinya proses anaerobik (stamina) pemain sehingga stamina para
pemain akan tetap baik ketika harus bertanding penuh selama 90 menit. Dan
nantinya diharapakan pemain itu mampu bergerak cepat dalam tempo lama dengan
gerakan yang tetap konsisten dan harmonis.
b) Latihan
Kekuatan
Pada pemain sepak bola, latiahan
kekuatan dapat dialakuakan secara rutin guna meningkatan kerja otot agar bisa
digunakan secara maksimal. Latihan kekuatan tersebut dapat dilakukan sebanyak
dua atau tiga kali dalam seminggu dengan porsi latihan yang berbeda-beda. Latiahn
kekuatan ini dapat dilakukan dipusat kebugaran atau tempat fitness yang dimana
tersedia alat-alat yang bisa digunakan untuk melatih kekuatan otot. Sebaiknya
sebelum melakukan program latihan beban sesungguhnya, disarankan agar pemain
lebih dulu melakukan berbagai bentuk gerakan seperti:
§ Mendorong (push up, pull up)
§ Bangun tidur, angkat kaki
§ Memperkuat otot punggung, pinggang
§ Jongkok berdiri untuk membina
kekuatan tungkai – loncat-loncat di tempat atau sambil bergerak.
Dengan melakuakan latihan beban yang
memacu otot untuk bekerja secara maksimal, maka cedera otot yang biasa dialami
oleh pemain sepak bola bisa dihindari karena otot sudah terbisa dengan kegiatan
yang membutuhkan kerja otot yang maksimal.
c) Latihan
Kecepatan
Aspek
kecepatan sangat diperlukan oleh seorang pemain sepak bola agar bisa melakukan
permainan dengan disertai adanya skill dari masing-masing pemain. Dalam hal ini
kecepatan merupakan suatu usaha seorang pemain untuk menghindari hadangan atau
kawalan dari pemain lawan dengan gerakan yang cepat dan lincah tanpa kehilangan
keseimbangan. Latihan kecepatan disini ditujukan untuk meningkatkan refleks
kaki agar bisa bergerak dengan cepat dan tetap seimbang. Berbagai latihan
kecepatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemain sepak bola antara lain :
·
Lari
sprint dengan jarak 100 m.
·
Lari
bolak-balik jarak 10 meter dengan intensitas kecepatan yang semkin meningkat.
·
Lari
zig-zag dengan menggiring bola.
Dengan melakukan latihan kecepatan di atas maka seorang
pemain sepak bola akan terhindarkan dari bahaya cedera yang munculnya bisa
karena kesalahan sendiri atau karena keslahan pemain lawan. Seorang pemain yang
memilki kecepatan akan sulit untuk disliding oleh pemain lawan karena pemain
tersebut bisa menghindar atau melompat. Sehingga dengan begitu cedera akan
dapat dihindarkan.
d) Latihan Kelenturan/Fleksibilitas
Latihan
kelenturan diperlukan seorang pemain sepak bola agar gerak tubuhnya menjadi
lebih luwes dan fleksibel. Latihan kelenturan ditujukan untuk melatih
persendian agar dapat bergerak pada daerah gerak secara maksimal. Pada bagian
persendian merupakan bagian yang rentan akan cedera karena bagian tersebut
menghubungkan antar tulang dan dimana bagian tersebut merupakan bagian yang
paling dominan dalam melakukan gerak.
Sedangkan pada sepak bola, sendi
yang sering digunakan untuk bergerak adalah sendi pada bagian, pergelangan
kaki, lutut, pangkal paha dan pada punggung. Oleh karena itu seorang pemain
sepak bola harus selalu melatih persendiannya agar tidak kaku saat bertanding
sepak bola. Usahakan sebelum latiahan dan bertanding harus melakukan pemanasan
terlebih dahulu guna mereganggkan otot dan melatih persendian agar tidak kaku
saat digunakan dalam berlatih dan bertanding. Dengan begitu cedera yang
biasanya terjadi pada daerah persendian bisa diantisipasi sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cedera akibat berolahraga
paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet sepak bola. Biasanya itu
terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya
ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus
diikuti. Kalau pemula, biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup
efektifnya pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai
olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas. Berolahraga
secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah
mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.
B. Saran
Dari
pembahasan di atas diharapkan para atlit khususnya atlet sepak bola tidak hanya
mengerti tentang bagaimana cara malakukan garakan olahraga saja, tetapi juga
harus mengetahui usaha-usaha dalam mencegah terjadinya cedera yang dapat
merugikan atlet itu sendiri. Dengan mengerti tentang cara-cara mencegah cedera
maka diharapkan atlet dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang mungkin bisa
menimbulkan cedera. Selain itu diharapkan pula seorang pelatih atau guru
pendidikan jasmani juga bisa memberikan arahan-arahan tentang usaha-usaha yang
memperkecil terjadinya bahaya cedera bagi atlet yang dilatih ataupun anak
didiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Soetopo, Sayati. 1994. Pencegahan
Cedera dan P3K. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
http://fisioterapior.wordpress.com/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga/
http://priyosport07.wordpress.com/2010/06/02/usaha-pencegahan-cedera-olahraga/
http://badrockboys.blogspot.com/2009/09/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar