BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada
dasamya gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat dan lempar (Aip Syarifuddin
dan Muhadi, 1992:24). Bentuk gerakan dasar tersebut telah dimiliki oleh murid-murid
sekolah dasar. Gerak dasar lari dan lompat merupakan gerak dasar Iokomotor
yang. perlu dikembangkan di sekolah dasar di samping gerak dasar yang lainnya.
Gerak dasar lokomotor merupakan dasar macam-macam keterampilan yang sangat
perlu adanya bimbingan, latihan, dan pengembangan agar anak-anak dapat melaksanakan
dengan benar dan baik. Sebagian besar gerak dasar lokomotor berkembang sebagai
hasil dari beberapa tahap kematangan. Namun yang menjadi permasalahannya
sekarang adalah bagaimana cara menanamkan dan mengembangkan bentuk-bentuk gerak
dasar yang telah dimiliknyaitu, agar dapat dilakukan dengan benar dan baik.
Ciri siswa usia sekolah dasar
adalah bergerak. Setiap anak menggunakan seluruh waktunya untuk bergerak, yaitu
gerakan kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya, seperti berlari, melompat,
dan melempar. Ia juga melakukan gerakan tubuh yang bersifat keterampilan
terbatas, seperti menggunting, menempel, dan mendorong.
Seiring dengan pertambahan usia dan
dipengaruhi oleh faktor latihan, gerakan-gerakan tersebut akan menjadi semakin
sempurna. Hal tersebut juga diiringi dengan jumlah makanan yang dikonsumsi
sesuai dengan ukuran tubuh masing-masing siswa. Kebiasaan memakan berbagai
macam makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan tulang dan bentuk
tubuh.
Keterampilan motorik kasar yang
lebih maju dari sekadar refleks merupakan prasyarat untuk berolahraga, menari,
dan aktivitas-aktivitas lain pada masa usia sekolah dasar dan tahap
perkembangan selanjutnya.
Murid
Sekolah Dasar kelas 3 yang umurnya berusia antara 8-9 tahun pada dasamya sudah
dapat dilihat seberapa jauh motorik mereka, mengingat sebagian besar dan mereka
sudah mulai belajar gerak (sambil bermain) pada saat 1 (satu) tahun belajar
pendidikan jasmani di kelas 1 (satu) SD serta satu tahun di kelas 2. Dengan
asuransi tersebut diharapkan murid SD kelas 3 sudah memiliki motorik minimal
yang sangat berguna bagi penyesuaian diri kehidupan mereka terutama yang
menyangkut gerakan-gerakan dasar yang berguna dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Anak-anak
pada masa usia sekolah dasar sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani
yang berlaku, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pemahaman motorik yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.
Pada umumnya permainan yang dilakukan oleh murid sekolah dasar merupakan
pengembangan dari motorik yang diajarkan oleh guru pendidikan jasmani.
Pembelajaran
motorik merupakan suatu kebutuhan yang harus dipelajari pada usia sekolah
dasar, mengingat hal tersebut akan sangat dibutuhkan untuk menunjang
perkembangan postur tubuh di masa remaja dan dewasa.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah yang perlu dikaji
lebih mendalam melalui observai ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan
motorik pada anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD) ?
2. Bagaimana keterampilan gerak dasar
(lari dan lompat) anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD) ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan
kedua rumusan masalah di atas, maka penelitian ini akan didasarkan pada
beberapa rumusan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan motorik yang dialami anak umur 9 tahun atau
siswa kelas 3 Sekolah Dasar
2. Mendapatkan data mengenai keterampilan gerak dasar (lari dan lompat)
anak usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD) melalui tes lari 15 meter dan lompat tanpa
awalan.
D. Ruang Lingkup
Sesuai dengan
rumusan masalah di atas ruang lingkup yang akan dibahas pada laporan observasi
ini adalah sebagai berikut :
1.
Perkembangan motorik yang dialami oleh anak usia
9 tahun (siswa kelas 3 SD).
2.
Keterampilan gerak dasar yang dikuasai oleh anak
usia 9 tahun (siswa kelas 3 SD).
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak
Usia 9 tahun
Tingkatan kelas
di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas
rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi
sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, 1992:44).
Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai
12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12
tahun.
Menurut
Witherington (1952) yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun
memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia
6-9 tahun dengan cirri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini
anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan
dirinya dengan teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan
cenderung sukar beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki
tanggung jawab untuk menanggulanginya. Sekolah sebagai tempat terjadinya proses
menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa memiliki tugas dalam memabntu
perkembangan anak sekolah. Adapun tugas-tugas perkembangan anak sekolah
(Makmun, 1995:68), diantaranya adalah: (a) mengembangkan konsep-konsep yang
perlu bagi kehidupan sehari-hari, (b) mengembangkan kata hati, moralitas, dan
suatu skala, nilai-nilai, (c) mencapai kebebasan pribadi, (d) mengembangkan
sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.
Tugas-tugas
perkembangan yang tercapai pada masa kanak-kanak akhir dengan kisaran usia 6-13
tahun (Soesilowindradini, ttn: 116, 118, 119) akan memiliki keterampilan.
Keterampilan yang dicapai diantaranya social-help skills dan play skill.
Social-help skills untuk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di
tempat bermain seperti membersihkan halaman, merapihkan meja dan kursi. Ini
akan menambah perasaan harga diri dan sebagai anak yang berguna hingga
menjadikan anak suka bekerja sama (bersifat kooperatif). Play skill terkait
dengan kemampuan motorik seperti melempar, menangkap, berlari, keseimbangan.
Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang lebih baik di
sekolah dan di masyarakat.
Akhir masa
kanak-kanak disebut gang age (Soesilowindardini, ttn:24; Kusmaedi, Husdart,
Hidayat,2004:65). Pada masa ini perkembangan sosial terjadi dengan cepat. Anak
berubah dari self centered, yang egoistis, yang senang bertengkar menjadi anak yang
kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka membuat
kelompok atau geng dengan alasan dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya.
Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat
cukup teman untuk bermain dengan jenis-jenis permainan yang dia gemari
(Soesilowindradini, ttn:124; Kusmaedi, Husdarta, Hidayat, 2004:63-64) atau
melakukan aktivitas lainnya untuk mendapatkan kegembiraan. Dalam kelompoknya,
secara bersama-sama anak-anak membuat sesuatu seperti mainan dari kayu, menonton
bersama-sama, melihat alam sekitar. Biasanya mereka memiliki tempat berkumpul
tertentu yang jauh dari jangkauan dan pengawasan orang tua. Ketika terjadi
pertentangan dengan orang tua, anak lebih cenderung menentang orang tuanya dan mengikuti
kelompoknya.
Dalam hubungan
dengan kelompoknya anak belajar hidup dalam masyarakat, misalnya dalam hal
bekerja sama dengan anak lain, menerima tanggung jawab, membela anak lain
jikalau diperlakukan tidak adil, dan secara sportif menerima kekalahan. Tidak
semua proses itu berjalan lancar. Sebab ada kalanya anak mengalami kesulitan
melakukannya, bahkan berbalik arah untuk melakukan tindakan yang merugikan
dengan melakukan perilaku kenakalan. Beberapa sebab anak melakukan kenakalan
(Soesilowindradini, ttn:129) diantaranya adalah:
1. Tidak menghiraukan apa yang
diharapkan dari mereka.
2. Salah pengertian dari aturan
yang ada.
3. Mencoba orang-orang yang lebih
berkuasa daripadanya (orang tua, guru)
4. Adanya keinginan menunjukkan
kebebasan
5. Ingin mendapat pujian dari
teman-temannya.
Beberapa
macam perbuatan kenakalan anak: 1. di rumah: - bertengkar, berlaku kasar
terhadap saudara-saudaranya - merusak milik orang lain - berdusta, mencomel 2.
di sekolah:
- mencuri
- menggangu, membolos, membuat keributan
- berdusta
- berkata kasar dan kotor
- merusak benda-benda milik sekolah
- bertengkar
Dari tahun ke
tahun anak memiliki kecenderungan untuk lebih banyak melanggar
peraturan-peraturan (Soesilowindradini, ttn:131) disebabkan oleh:
a. makin kurang senangnya kepada
solah dan guru-gurunya
b. merasa kurang disenangi dalam
kelompok sebaya daripada diharapkannya.
Melihat gejala
itu, penjas melalui program pembelajarannya diharapkan dapat menjadi media
untuk memecahkan persoalan tersebut. Melalui aktivitas bermain yang bervariatif
dan bimbingan guru, anak merasa betah di sekolah. Dengan peran guru sebagai
mediator dan fasilitator, anak bergaul dan mendapat pengakuan dari anggota
kelompoknya. Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau
12 tahun (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:101). Beberapa sifat sosial yang
dimiliki anak besar sebagai hasil perkembangan dari usia 10 sampai 12 tahun:
1. Baik laki-laki maupun perempuan
menyenangi permainan yang terorganisir dan permainan yang aktif.
2. Minat terhadap olahraga
kompetitif meningkat.
3. Membenci kegagalan atau
kesalahan.
4. Mudah bergembira, kondisi
emosional tidak stabil.
Aktivitas yang diperlukan dalam
proses tumbuh kembang anak besar di antaranya adalah (Sugiyanto dan Sudjarwo,
1992:127-128):
1. Bermain dalam situasi berlomba atau
bertanding dengan pengorganisasian yang sederhana. Misalnya: berlomba dalam
beberapa macam gerakan seperti berlari, merayap, melompat, menggiring bola, adu
lempar tangkap dan sebagainya. Melakukan pertandingan kecabangan olahraga yang
peraturannya disederhanakan, misalnya pertandingan voli mini. Dengan pengarahan
dan pengelolaan aktivitas yang baik dari guru, aktivitas ini akan berdampak
kepada peningkatan kepercayaan diri anak dan kebanggaan dirinya.
2. Aktivitas beregu atau berkelompok.
Anak diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya dalam melakukan
aktivitas untuk membina kebersamaan di antara mereka.
2.
Perkembangan Fisik Anak
a. Perkembangan
Kekuatan
Studi
tentang perkembangan kekuatan pada anak-anak biasa dilakukan dengan cara
mengukur kekuatan menggenggam yang diukur dengan handgrip dynamometer. Pada
usia 3 sampai 6 tahun, anak laki-laki dan perempuan kekuatannya meningkat 65 %
(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991).
Pada anak laki-laki meningkat 2 kali
lipat selama usia 6–11 tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama usia 6–18
tahun. Berarti antara usia 12–18 tahun meningkat 1,6 kali lipat.
Pada anak perempuan hanya meningkat
2,6 kali lipat selama usia 6 sampai 18 tahun. Artinya adalah proses
perkembangan kekuatan lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
b.
Perkembangan Fleksibilitas
Sampai usia 12 tahun anak perempuan
mengalami peningkatan fleksibilitas secara umum, dan sesudah usia 12 tahun
mengalami penurunan, kecuali pada bahu, lutut, dan paha fleksibilitasnya mulai
menurun sesudah umur 6 tahun.
Fleksibilitas pergelangan kaki baik
pada laki-laki maupun perempuan adalah yang konstan semua umur.
Fleksibilitas pada setiap bagian tubuh
tidak ada interkorelasi dengan yang lainnya. Artinya adalah fleksibilitas salah
satu bagian tubuh tidak bisa menaksir fleksibilitas bagian tubuh yang lainnya.
Masalnya adapabila fleksibilitas pinggangnya baik, maka fleksibilitas anggota
tubuh yang lain belum tentu sama baiknya dengan fleksibilitas pinggang.
c.
Perkembangan Keseimbangan
Keseimbangan
diklasifikasikan menjadi keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik.
Keseimbangan statik adalah keseimbangan pada saat tubuh diam, atau kemampuan
mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh.
Keseimbangan dinamik adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh untuk tidak
jatuh pada saat sedang melakukan gerakan.
Anak pada umur 6-16 tahun umumnya
mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi umur 12-14 tahun hanya
sedikit peningkatannya.
Anak laki-laki peningkatannya melambat
pada usia 7-9 tahun, anak perempuan pada usia 8-10 tahun.
Usia kurang lebih 8 tahun pada anak
laki-laki cenderung lebih baik keseimbangan dinamiknya.
Pada keseimbangan statik ada
peningkatan yang ajeg, anak laki-laki dan perempuan tidak mengalami perbedaan.
3.
Perkembangan Kemampuan Gerak dan Minat Melakukan Aktivitas Fisik
a.
Perkembangan Koordinasi Gerak
Koordinasi
adalah kemampuan untu mengontrol gerakan tubuh, mampu melakukan gerakan secara
efisien (gerak fisik dengan baik). Koordinasi diukur melalui pola gerak
keterampilan mencakup kemampuan mengontrol tubuh, keseimbangan, kelincahan, dan
fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan
perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki
lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot
besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan.
b.
Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar
Peningkatan
kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk: Gerakan bisa dilakukan dengan
melanika tubuh yang makin efisien Gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan
terkontrol. Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi Gerakan semakin
bertenaga
Kecepatan
perkembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan berulang-ulang
aktivitasnya. Secara mekanika faktor yang mempengaruhinya adalah : koordinasi
tubuh, ukuran tubuh, dan kekuatan otot. Pengukuran fisik secara berkala adalah
untuk memantau perkembangan kemampuan dan keterampilan gerak yang sudah
dimiliki anak. Beberapa perkembangan kemampaun gerak hasil penelitian
Espenschade dan Eckert (1980) dalam Sugiyanto dan Sudjarwo (1991) diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan
kemampuan Berlari
Berlari dihasilkan dari panjang langkah yang
dipengaruhi panjang kaki dan irama langkah yang dipengaruhi kekuatan otot
tungkai. Terjadi perbedaan yang relatif tinggi pada perkembangan kemampuan
berlari pada anak laki-laki dengan anak perempuan khususnya mulai usia 9 tahun.
2. Perkembangan
Kemampuan Meloncat
Kemampuan
meloncat digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh dan merupakan tes
diagnostik koordinasi gerakan. Perkembangannya terkait dengan peningkatan
kekuatan dan koordinasi tubuh. Pada anak besar perkembangan kemampuan meloncat
cukup cepat, makin jauh atau makin tinggi dengan kualitas gerak semakin
efisien. Perkembangan kemampuan loncat tegak meningkat cepat sampai usia lebih
kurang 9 tahun pada anak laki-laki dan perempuan, sesudah itu pada anak
perempuan hanya kecil peningkatannya. Pada anak laki-laki peningkatannya
menjadi kecil antara 9-12 tahun, namun sesudah usia 12 tahun perkembangan
kemampuan meloncat meningkat dengan cepat. Perkembangan kemampuan loncat jauh tanpa
awalan pada anak laki-laki berbentuk garis mendekati lurus (irama ajeg). Pada
anak perempuan perkembangan yang cepat hanya terjadi sampai umur 12 tahun,
sesudah melewati masa itu kemudian mengecil.
c.
Minat Melakukan Aktivitas Fisik
Minat
melakukan aktivitas fisik pada kelompok anak besar sangat dipengaruhi oleh
kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik itu sendiri. Pada umumnya anak besar
baik anak laki-laki maupun anak perempuan mengalami peningkatan minat yang
besar dalam melakukan aktivitas fisik. Misalnya aktivitas bermain yang
dilakukan anak besar lebih didominasi oleh permainan yang bersifat aktif,
seperti bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan beberapa bentuk permainan
tradisional yang melibatkan aktivitas fisik. Tentunya disesuaikan dengan minat
dan kesepakatan anak-anak dalam memilih jenis permainan yang akan dilakukan.
Minat
terhadap aktivitas fisik dan atau olahraga sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya. Pada anak-anak yang melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh
kecenderungan sifat yang dimiliki (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991), antara lain:
1. Kemampuan memusatkan perhatian pada
suatu macam aktivitas yang sedang dilakukan makin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat konsentrasi yang cukup tinggi pada anak yang terlibat
dalam aktivitas yang dilakukannya.
2. Semangat untuk mencari
pengalaman baru cukup tinggi.
3. Perkembangan sosialnya makin baik
yang ditunjukkan dengan luasnya pergaulan dengan semakin mendalamnya pergaulan
dengan teman sebayanya.
4. Perbedaan perilaku antara anak
laki-laki dengan anak perempuan semakin jelas, ada kecenderungan kurang senang
bermain dengan lawan jenisnya. Ini semakin memperjelas bentuk aktivitas yang
dominan dilakukan oleh anak laki-laki dengan anak perempuan.
5. Semangat untuk menguasai suatu bentuk
aktivitas tertentu dan semangat berkompetisi tinggi.
BAB
III
PROSES
PENGUMPULAN DATA
1.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian eksploratif (penjajakan) yang dilakukan secara survey
mengenai komponen-komponen motorik sekolah dasar kelas 3. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode pola observasi tindakan.
Kemampuan
motorik yang dites dalam survey tersebut meliputi: lari cepat 15 meter (detik),
lompat jauh tanpa awalan (cm).
2.
Populasi
dan Sampel
Populasi sasaran
dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar kelas 3 se Jawa Barat, sedang
populasi terjangkaunya adalah Siswa Sekolah Dasar kelas 3 yang berada di
wilayah Kab. Blitar. Oleh karena waktu dan sumber daya peneliti yang terbatas,
dan juga memperhatikan karakteristik dari populasi secara umum memiliki
kesamaan, maka siswa yang dijadikan sampel penelitian ini adalah siswa kelas 3
Sekolah Dasar Negeri Tuliskriyo 02 Kec. Sanankulon, Kab. Blitar yang berjumlah 20
orang yang berusia antara 8,5 sampai dengan 9 tahun. Penentuan jumlah sampel
ini didasari oleh pendapat Ary, dkk., (1982) yang menyatakan bahwa besarnya
sampel tergantung pada ketetapan yang diinginkan peneliti dalam menduga
parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu, dan tidak ada satu kaidah
pun yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel. Berkaitan dengan hal
tersebut, sampel dipilih dan ditentukan dengan selected random sampling.
3.
Instrumen
Penelitian
Variabel-variabel
yang diteliti sebagai landasan untuk memperoleh data penelitian meliputi: (1) kecepatan
lari siswa kelas 3 Sekolah Dasar dengan satuan detik (2) Jauh lompatan tanpa
awalan siswa kelas 3 Sekolah Dasar dengan satuan meter.
Sumber
data variabel di dapat dari hasil pengamatan (observasi) terhadap kegiatan Tes
lari 15 meter dan lompat tanpa awalan yang dilakukan oleh masing-masing sampel.
Adapun bentuk instrumen dan teknik pengambilan datanya diperoleh dengan
menggunakan format observasi sebagai berikut:
Tabel
1. Format Observasi Tindakan Aktivitas Gerak Dasar
Siswa
SD Kelas 3
Tgl. Observasi : …………………. Umur : …………………
Bentuk aktivitas: …………………. Kelas : ………………
Sekolah : ………………….
Jenis
kelamin : ……………
No.
|
Nama
|
Lari 15 meter
|
Lompat Tanpa Awalan
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|
|||
7
|
|||
8
|
|||
9
|
|||
10
|
|||
Jumlah
|
|||
Rata-rata
|
BAB
IV
PENYAJIAN
DATA
1.
Hasil
Pengamatan
Data
observasi langsung di lapangan disusun dan dimasukkan ke dalam tabel
pengamatan. Hasil pengamatan yang telah dicatat ke dalam tabel adalah sebagai
berikut:
Tabel
2. Observasi Tindakan Aktivitas Gerak Dasar
Siswa
SD Kelas 3
Tgl.
Observasi : 20 Oktober 2011 Umur : 9 tahun
Bentuk
aktivitas : Lari 15 meter dan Kelas : 3
Lompat tanpa Awalan
Sekolah
: SDN Tuliskriyo 02 Jenis
kelamin : Laki-laki
No.
|
Nama
|
Lari 15 meter
|
Lompat Tanpa Awalan
|
1
|
Khalid
|
3,36 detik
|
1,42 meter
|
2
|
Catur
|
3,67 detik
|
1,43 meter
|
3
|
Dimas
|
3,79 detik
|
1,42 meter
|
4
|
Esa
|
4,12 detik
|
1,25 meter
|
5
|
Hendra
|
3,90 detik
|
1,48 meter
|
6
|
Arif
|
3,55 detik
|
1,35 meter
|
7
|
Rama
|
3,35 detik
|
1,63 meter
|
8
|
Riksan
|
3,64 detik
|
1,26 meter
|
9
|
Septian
|
3,78 detik
|
1,47 meter
|
10
|
Triadi
|
3,30 detik
|
1,58 meter
|
Jumlah
|
36,46 detik
|
14,29 meter
|
|
Rata-rata
|
3,65 detik
|
1,43 meter
|
Tabel
3. Observasi Tindakan Aktivitas Gerak Dasar
Siswa
SD Kelas 3
Tgl.
Observasi : 20 Oktober 2011 Umur : 9 tahun
Bentuk
aktivitas : Lari 15 meter dan Kelas : 3
Lompat tanpa Awalan
Sekolah
: SDN Tuliskriyo 02 Jenis
kelamin : Perempuan
No.
|
Nama
|
Lari 15 meter
|
Lompat Tanpa Awalan
|
1
|
Anis
|
3,69 detik
|
1,51 meter
|
2
|
Anggi
|
3,89 detik
|
1,38 meter
|
3
|
Linda
|
3,39 detik
|
1,63 meter
|
4
|
Risma
|
3,70 detik
|
1,24 meter
|
5
|
Sabita
|
4,29 detik
|
1,38 meter
|
6
|
Zuwaida
|
3,43 detik
|
1,45 meter
|
7
|
Nisa
|
3,95 detik
|
1,23 meter
|
8
|
Rida
|
3,93 detik
|
1,15 meter
|
9
|
Vita
|
4,01 detik
|
1,64 meter
|
10
|
Imel
|
3,72 detik
|
1,19 meter
|
Jumlah
|
38 detik
|
13,8 meter
|
|
Rata-rata
|
3,8 detik
|
1,38 meter
|
2.
Pengamatan Berdasarkan Teori
Ø Berdasarkan
teori yang telah dikemukakan pada bab II landasan teori yang menyatakan :
·
Pada anak laki-laki meningkat 2 kali
lipat selama usia 6–11 tahun, dan meningkat 3,6 kali lipat selama usia 6–18
tahun.
·
Pada anak perempuan hanya meningkat 2,6
kali lipat selama usia 6 sampai 18 tahun.
·
Artinya adalah proses perkembangan
kekuatan lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Maka dapat diamati dari
hasil tes kedua gerak dasar diatas terdapat perbedaan kekuatan antara siswa
laki-laki dan perempuan dimana pada rata-rata kedua tes yang sudah dilaksanakan
siswa laki-laki mendapatkan hasil yang lebih bagus dari siswa perempuan.
Ø Berdasarkan
teori yang telah dikemukakan pada bab II landasan teori tentang perkembangan
gerak dasar berlari pada anak usia 9 tahun yang menyatakan :
·
Berlari dihasilkan dari panjang langkah
yang dipengaruhi panjang kaki dan irama langkah yang dipengaruhi kekuatan otot
tungkai. Terjadi perbedaan yang relatif tinggi pada perkembangan kemampuan
berlari pada anak laki-laki dengan anak perempuan khususnya mulai usia 9 tahun.
Maka
dapat dibandingkan antara rata-rata kecepatan lari 15 meter antara siswa
laki-laki dan perempuan dimana laki-laki
rata-ratanya adalah 3,65 detik sedangkan siswa perempuan rata-ratanya adalah
3,80. Sehingga pada usia 9 tahun anak laki-laki cenderung lebih baik pada
keterampilan gerak berlari dibandingkan dengan anak perempuan.
Ø Berdasarkan
teori yang telah dikemukakan pada bab II landasan teori tentang perkembangan
gerak dasar melompat pada anak usia 9 tahun yang menyatakan :
·
Perkembangan kemampuan loncat jauh tanpa
awalan pada anak laki-laki berbentuk garis mendekati lurus (irama ajeg). Pada
anak perempuan perkembangan yang cepat hanya terjadi sampai umur 12 tahun,
sesudah melewati masa itu kemudian mengecil
Jadi pada anak
laki-laki perkembangan kemampuan meloncat lebih teratur daripada anak perempuan
yang perkembangannya cepat pada usia ini sehingga hasilnya justru kurang
maksimal. Hal ini dapat kita amati dari rata-rata lompatan yang dilakukan oleh
siswa laki-laki dan siswa perempuan dimana siswa laki-laki rata-ratanya 1,43
meter dan perempuan 1,38 meter.
BAB
V
PEMBAHASAN
A.
Gerak
Dasar
Perkembangan
gerak dasar dan penyempurnaannya merupakan hal penting di masa usia sekolah
dasar. Semua anak normal mampu mengembangkan dan mempelajari berbagai macam
gerak dan yang lebih rumit. Gerakan-gerakan dasar merupakan gerak pengulangan
yang dilakukan terus-menerus dari kebiasaan serta menjadikannya sebagai dasar
dari pengalaman dan lingkungan mereka.
Pengembangan gerak
dasar adalah merupakan suatu proses untuk memperoleh gerak yang senantiasa
berkembang berdasarkan:
1. Proses pengembangan syaraf dan otot yang juga
dipengaruhi oleh keturunan;
2. Akibat dari pengalaman gerak sebelumnya;
3. Pengalaman gerak saat ini;
4. Gerak yang digambarkan dalam kaitannya dengan
pola gerak tertentu.
Pola
gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam
tiga bentuk gerak sebagai berikut.
1. Gerak lokomotor (gerakan berpindah
tempat) dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat: misalnya
jalan, lari, dan loncat. .
2. Gerak non-lokomotor (gerakan tidak
berpindah tempat) di mana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan
namun tidak berpindah tempat: misalnya mendorong, menarik, menekuk, memutar.
3. Manipulatif, di mana ada sesuatu yang
digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan gerakan lain
yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.
Gerakan
lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif bisa tampak dengan berbagai kombinasi,
misalnya lari sambil melempar dan menangkap bola. Dengan demikian, pola gerak
adalah gerak dasar yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu tugas tertentu.
Oleh karena itu, banyak anak yang bisa melaksanakan pola gerak dasar dengan kecakapan
yang bermacam-macam.
Sering
kali gerak dibedakan antara gerak yang halus dan yang kasar. Gerak halus adalah
gerak yang memerlukan ketelitian dan kecerdikan, sedangkan gerak kasar adalah
gerakan seluruh tubuh dan bagian-bagian tubuh yang besar seperti dalam kegiatan
yang berpindah tempat. Banyak gerakan mengandung gerakan halus maupun kasar,
misalnya untuk melempar bola diperlukan ketepatan sasaran dan kecepatan yang
mencukupi. Ketepatan memerlukan ketelitian dan penguasaan jari dan tangan
(gerakan halus), sedangkan kecepatan lebih memerlukan gerakan tangan dan tubuh
yang kasar supaya pelemparannya cukup kuat.
Di
saat sebelum usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengendalikan gerakan yang
kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan yang dapat digunakan untuk
berjalan, berlari dan melompat. Setelah pada usia sekolah dasar, terjadi
perkembangan signifikan dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik dan
melibatkan kelompok otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam,
melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat.
Dalam
mempelajari motorik, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Kesiapan Belajar
Jika
pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka hal yang dipelajari
dalam waktu dan usaha tertentu yang sama maka anak yang sudah siap akan lebih
unggul dari pada anak yang belum siap untuk belajar.
2. Kesempatan Belajar
Banyak siswa
yang tidak memiliki kesempatan mempelajari motorik karena hidup dalam
lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua
takut anaknya mengalami kecelakaan ketika belajar atau bermain.
3. Kesempatan Berpraktik/Latihan
Anak harus
diberi waktu melakukan praktik atau latihan sebanyak yang diperlukan untuk
menguasai suatu gerakan. Meskipun demikian, kualitas praktik atau latihan jauh
lebih penting ketimbang kuantitasnya.
4. Model yang Baik
Pada saat
mempelajari motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting. Oleh
karena itu, untuk mempelajari suatu gerakan dengan baik maka siswa harus
memperoleh contoh yang baik pula.
5. Bimbingan
Untuk dapat
meniru suatu model dengan benar, siswa membutuhkan bimbingan yang mengarah
kepada perbaikan suatu kesalahan. Gerakan yang salah, namun sudah terlanjur
dipelajari dengan baik mengakibatkan
6. Motivasi
Sumber motivasi
anak adalah kepuasan pribadi yang diperoleh dari kegiatan belajar, kemandirian,
gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya, dan kompensasi terhadap perasaan
kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah. Oleh karena itu,
motivasi belajar penting untuk mempertahankan dan meningkatkan minat dari
ketertinggalan selama anak belajar.
B.
Berbagai Gerakan Dasar
Gerakan
berjalan dan memegang suatu benda yang telah bisa dilakukan pada masa
sebelumnya akan semakin dikuasai pada masa selanjutnya. Selain itu anak semakin
menguasai gerakan-gerakan lain yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari
gerakan berjalan dan memegang. Beberapa macam gerakan dasar dan variasinya yang
makin dikuasai atau mulai bisa dilakukan, yaitu berbaring, duduk, berdiri,
berjalan, berlari, mendaki, meloncat dan berjingkat, mencongklang dan lompat
tali, menyepak, melempar, menangkap, memantul bola, memukul, dan berenang.
Berikut
diuraikan beberapa gerak dasar, sebagai berikut.
1.
Berlari
Setiap hari
siswa harus diberi kesempatan melatih otot-ototnya melalui berbagai kegiatan,
termasuk berlari, melompat, berjalan, melempar, dan latihan keseimbangan badan.
Bermain di halaman atau lapangan perlu direncanakan dan dilaksanakan setiap
hari, sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan otot-otot besamya,
belajar mengenal alam sekitar dan dapat mengekspresikan diri secara bebas tanpa
merasa ada yang membatasi.
Bagi orang
dewasa semua gerakan dapat dilakukan dengan mudah, tetapi tidak dernikian
halnya dengan siswa sekolah dasar. Dalam hal ini perlu banyak melakukan latihan
dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa agar lebih mampu untuk melakukan
gerakan-gerakan secara teratur melalui kegiatan bermain. Mereka harus dibimbing
pada saat melakukan setiap kegiatannya agar bisa berpengaruh positif terhadap
perkembangan fisiknya, menyenangkan, dan tidak membosankan. Membentuk. atau
menciptakan berbagai kombinasi dan pengembangan gerakan sambil bermain adalah
tugas kita sebagai pembimbing mereka.
Berlari bisa
dimanfaatkan oleh guru sebagai dasar untuk memberikan olah tubuh kepada siswa
secara teratur. Keteraturan tentunya perlu dikombinasikan dengan berbagai
gerakan yang fleksibel dan dapat diubah sesuai dengan situasi atau keinginan
guru. Guru bisa memanfaatkan faktor-faktor gerakan, seperti tempat, waktu, dan
kekuatan untuk menciptakan berbagai variasi berlari. Variasi dapat juga
diciptakan dengan menggunakan fungsi-fungsi tubuh dan anggota bagian tubuh.
Dari kesemuanya
itu bisa mengambil inti sari tujuan perlunya aktivitas lari bagi siswa yaitu:
a. Mampu melakukan eksplorasi cara lari
cepat, cara lari sambung, cara start untuk lari cepat, dan cara memasuki garis
akhir dengan situasi yang menyenangkan;
b. Terbentuknya sikap keuletan,
ketekunan, percaya diri, mampu bekerja sama dan berani mengambil keputusan dari
anak didik melalui nuansa bermain gerak yang dilakukan;
c. Anak mampu menunjukkan manfaat yang
diperoleh dari kegiatan ini terhadap perkembangan badannya.
Berlari
tidak banyak berbeda dengan berjalan, hanya saja akan lebih cepat sampai tujuan
dan gerakannya suatu saat melayang di udara atau agak melompat. Gerakan berlari
bisa digerakkan dengan berbagai kombinasi, misalnya berlari dengan menyepak pantat
dengan tumit di belakang, lari dengan mengangkat paha tinggi dengan ayunan
tangan, lari dengan langkah tergantung di udara, lari dengan langkah panjang
dan sebagainya. Gerakan ini dapat dilakukan dengan berpasangan dua-dua,
bertiga-bertiga ataupun dalam berkelompok kecil.
Gerakan berlari
merupakan perkembangan dari gerakan berjalan. Gerakan dasar anggota tubuh pada
saat berlari menyerupai gerakan berjalan. Perbedaannya terletak pada irama
ayunan langkah. Pada gerakan lari iramanya lebih cepat dan saat-saat tertentu
kedua kaki tidak menginjak tanah.
Untuk bisa
melakukan gerakan berlari maka diperlukan peningkatan kekuatan kaki dan
koordinasi yang lebih baik antara otot-otot penggerak (agonist) dengan
otot-otot yang berlawanan (antagonist) pada saat kaki melangkah. Kekuatan kaki
yang lebih besar diperlukan untuk menjejakkan satu kaki tumpu agar terjadi
gerakan melayang, dan untuk menahan berat badan pada saat kaki lainnya
mendarat, dan dilanjutkan menjejak untuk gerakan langkah berikutnya. Koordinasi
yang baik antara agonist dengan antagonist diperlukan agar perpindahan dari
satu langkah berikutnya yang relatif cepat bisa dilakukan dengan lancar atau
tidak terputus-putus.
Pencapaian
perkembangan gerak berlari pada anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan kontrol untuk mengawali
gerakan, berhenti, berputar dengan cepat semakin meningkat menjadi lebih baik.
b. Keterampilan motorik berlari pada
umumnya sudah dikuasai sehingga ia mampu menggunakan keterampilan berlari
secara efektif di dalam aktivitas bermain.
Karakteristik
bentuk gerakan berlari yang mula-mula bisa dilakukan oleh anak adalah sebagai
berikut.
a. Gerakan langkah masih terbatas
rentangannya.
b. Ayunan lenggang tangan sebatas siku
dan arahnya tidak sepenuhnya ke depan dan ke belakang melainkan cenderung ke
arah samping.
c. Variasi pengembangan pembelajaran
gerak lari.
2.
Melompat
Lompat adalah
suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh
atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu
kaki dan mendarat dengan kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang
baik.
Sebelum siswa
diajarkan gerakan melompat maka perlu dibekali pemahaman tentang arti lompat
itu sendiri. Pada kegiatan lompat, seorang siswa bisa mulai melompat di mana
saja, tetapi bidang pendaratan atau tujuannya harus diberi tanda agar
mengetahui tanda tersebut sebagai tingkat keberhasilan dalam lompatannya.
Gerak
dasar lompat juga terkait dengan gerak dasar lari, yaitu melakukan gerak
awalan. Jadi, dalam gerak lompat terdapat sejumlah komponen yang bisa
diaktifkan secara maksimal, yaitu kecepatan, kelincahan, kelenturan, dan daya
tolak otot tungkai.
Kecepatan
lari sangat menentukan keberhasilan melakukan lompat jauh. Daya dorong otot
tungkai dalam gerak melompat juga sangat berperan pada saat gerakan menolak
untuk melewati tiang dalam lompat tinggi atau bak pasir atau matras dalam
lompat jauh. Tujuan guru mengajarkan lompat adalah dapat memberi pengenalan
gerakan dasar yang diharapkan memiliki keterampilan dasar yang kelak
dikembangkan lebih lanjut. Modifikasi untuk gerak lompat diarahkan pada faktor
kecepatan lari, kemampuan menolak, kelincahan dan kelenturan.
Ø Contoh
pengembangan gerak lompat
v Melompat
tanpa Gerakan Awalan
a) Tolakan dengan dua kaki
Sikap permulaan:
Berdiri tegak,
kedua kaki rapat atau agak rapat, kedua tangan di samping badan. Gerakannya:
Sambil
membengkokkan lutut ke depan, kedua tangan diayunkan ke belakang, badan agak
dicondongkan ke depan, tumit diangkat. Kemudian, sambil menolakkan kedua kaki
ke atas depan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan atas melewati
samping badan. Pada waktu mendarat/jatuh pada kedua kaki lutut ditekuk supaya
mengeper, kedua tangan ke depan, berat badan ke depan atau pada kedua ujung
kaki. Pandangan ke depan.
b) Tolakan dengan satu kaki
Sikap permulaan:
Berdiri dengan
salah satu kaki di depan (kiri) lurus, kaki yang lainnya (kanan) di belakang
dengan lutut agak ditekuk ke depan. Kedua tangan ke belakang, berat badan
berada pada kaki kanan Gerakannya:
Bersamaan dengan
mengayunkan kaki kanan ke atas depan, kaki kiri ditolakkan ke atas depan
menyusul kaki kanan, kedua tangan diayunkan dari belakang ke depan atas melalui
samping badan. Pada waktu badan melayang di udara, kedua kaki dirapatkan, jatuh
atau mendarat pada kedua kaki (ujung kaki) dengan lutut ditekuk badan mengeper,
kedua tangan ke depan, berat badan agak ke depan atau pada kedua ujung kaki.
C. Karakteristik Jasmani dan Tahap
Kemampuan Motorik Anak Kelas 3 Sekolah Dasar
Menurut
Sukintaka (1992: 41) karakteristik jasmani dan tahap perkembangan motorik anak umur 9 tahun (kelas III) yang
dimiliki antara lain:
(1) perbaikan
koordinasi dalam keterampilan gerak,
(2) daya tahan
berkembang,
(3) pertumbuhan
tetap,
(4) koordinasi
mata dan tangan baik,
(5) sikap tubuh
yang tidak baik mungkin diperlihatkan,
(6) perbedaan
jenis kelamin tidak menimbulkan konsekuensi yang besar,
(7) secara fisiologik
putri pada umumnya mencapai kematangan lebih dahulu daripada anak laki-Iaki,
(8) gigi tetap
mulai tumbuh,
(9) perbedaan
secara perorangan dapat dibedakan dengan nyata,
(10) kecelakaan
cenderung memacu mobilitas.
Sedangkan pada umur 9 tahun, tahap kemampuan motoric
yang dimiliki antara lain:
(1) belajar
rileks bila merasa lelah,
(2) belajar
tentang masalah-masalah hambatan gizi,
(3) dapat menggunakan
mekanika tubuh yang baik,
(4) mengatasi
kekurangan sebaik mungkin,
(5) berusaha
untuk menguasai keterampilan sebaik mungkin,
(6) memperbanyak
kegiatan untuk meningkatkan kemampuan jasmani dengan latihan-Iatihan dasar,
(7)
mengembangkan kekuatan otot, daya tahan otot, dan kelentukan.
D. Perkembangan
Keterampilan Gerak Anak Kelas 3 Sekolah Dasar
Perkembangan
keterampilan gerak bagi anak-anak sekolah dasar, diartikan sebagai perkembangan
dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan gerak yang
berkaitan dengan olahraga. Gerak dasar pada anak membentuk dasar untuk gerak.
Keterampilan gerak dasar itu didukung oleh pola gerak. Pola gerak merupakan
serangkaian gerak terkait yang terorganisir. Misalnya, sebuah pola gerak berupa
mengangkat tangan ke samping atau ke atas. Berdasarkan pola gerak inilah
terbentuk gerak dasar. Diantara berbagai bentuk pola gerak itu, ada pula gerak
yang dominan. Dikatakan dominan, karena menjadi landasan utama untuk dapat
dilakukan dan dikuasai dengan baik keterampilan gerak dasar.
Gerak
dasar merupakan dasar macam-macam keterampilan yang sangat perlu adanya
bimbingan, latihan, dan pengembangan agar anak dapat melaksanakan dengan
tangkas dan lancar. Bagi anak-anak normal kebanyakan keterampilan dan kematangannya
selalu berkaitan dengan gerak dasar.
Pada
fase transisi usia 7-10 tahun, anak secara individu mulai dapat
mengkombinasikan dan menerapkan gerak dasar yang terkait dengan penampilan
dalam aktivitas jasmani. Gerakan yang dilakukanberisikan unsur-unsuryang sama,
seperti gerak dasar, tetapi dalam pelaksanaannya lebih akurat dan terkendali.Selama
periode inianak terlibat secara aktif dalam pencarian dan pengkombinasian
berbagai macam pola gerak dan keterampilan. Pada umumnya kemampuan mereka akan
sangat cepat meningkat (Yudha M Saputra, 2001: 14).
Aktivitas
penegembangan kemampuan untuk mempertahankan dan menyempurnakan bentuk-bentuk
dan corak dari gerakan dasar yang telah diperolehnya, agar menjadi lebih
mantap. Selain itu merupakan bagian permulaan bagi aktivitas anak-anak. Untuk
memperoleh memperoleh bentuk-bentuk gerakan yang baru dari situasi yang baru (stabilisasi).
Aktivitas pengembangan kemampuan gerak stabilitas, pada dasarnya adalah
suatu bentuk kegiatan yang diajarkan kepada anak-anak kelas permulaan di
sekolah dasar, agar mereka memiliki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangannya,
misalnya:" berjalan, di atas balok keseimbangan, bertumpu pada satu kaki,
sikap kayang dan sebagainya.
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, maka betapa pentingnya bentuk-bentuk keterampilan
dasar bagi anak sekolah dasar. Oleh karena itu program pengajaran pendidikan
jasmani yang diselenggarakan di sekolah dasar hendaknya dapat mengembangkan
berbagai bentuk keterampilan gerak dasar.
BAB VI
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil observasi dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengembangan keterampilan gerak dasar di sekolah dasar harus mendapat
perhatian yang
serius dari guru pendidikan jasmani. Keterampilan gerak dasar lari
dan lompat
merupakan gerak dasar lokomotor yang sangat penting maka perlu
adanya suatu
latihan, bimbingan dan pengembangan dari guru pendidikan jasmani agar dapat
berkembang secara baik.
Cara
yang terbaik untuk mengembangkan keterampilan gerak.dasar lari dan lompat di
sekolah dasar adalah dengan pendekatan bermain, karena masa anak-anak merupakan
masa yang senang bermain. Model-model pengembangan gerak dasar lari dan lompat
di sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan
anak. agar hasil yang ingin dieapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
B. Saran
Untuk
dapat mengembangkan kemampuan motorik anak sekolah dasar secara optimal mutlak
diperlukan sarana prasarana pendidikanjasmani yang memadai, disamping
dibutuhkan guru pendidikan jasmani atau guru kelas yang memahami masalah
pendidikan jasmani. Diperlukan penelitian lanjutan agar dapat menjawab seluruh
permasalahan mengapa motorik murid sekolah dasar masih kurang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik T.M. dan Gusril.
(2004). Perkembangan Motorik pada Anak-Anak. Jakarta: Depdiknas.
Syarifuddin. Aip dan
Muhadi (1992). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta:
Depdikbud.
Sugiyanto dan Sudjarwo.
1992. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:
Departemen Pendidikan
dan kebudayaan.
Mamanet. (2009).
Kemampuan Motorik Murid Sekolah Dasar Kelas 3, (online),
(http://mamanet.wordpress.com/kemampuan-motorik-murid-sekolah-dasar-kelas-3/),
diakses 23 Oktober 2011.
Mardiya. (2010). Mengoptimalkan
peran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak didik di sekolah dasar, (online),
(http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/mengoptimalkan-peran-pendidikan-jasmani-olahraga-dan-kesehatan-dalam-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-didik-di-sekolah-dasar-oleh-drs-mardiya/),
diakses 23 Oktober 2011.
Wen. (2010). Penerapan
konsep belajar motorik pada siswa kelas 4 sekolah dasar, (online),
(http://wengayo.blogspot.com/p/konsep-belajar-motori.html), diakses 23 Oktober
2011.
Mega. (2011). Perkembangan
anak umur 9 tahun, (online),
(http://mega-social.blogspot.com/2011/05/perkembangan-anak-umur-9-tahun.html),
diakses 23 Oktober 2011.
Anonim. (2011).
Perkembangan Anak | Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Psikososial,
(online), (http://www.gexcess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html),
diakses 23 Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar