Minggu, 06 Januari 2013

Anatomi



BAB. 1 ANATOMI
BAB I
ANATOMI MANUSIA

Standar Kompetensi : Menjelaskan ruang lingkup anatomi manusia
Kompetensi Dasar           :
  1. Menyebutkan pengertian anatomi
  2. Menjelaskan pentingnya Ilmu Anatomi Manusia bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
  3. Menyebutkan bidang dan sumbu tubuh manusia
  4. Menyebutkan nama regio tubuh manusia
  5. Menyebutkan posisi anatomis

A. PENGERTIAN ANATOMI
Anatomi berasal dari bahasa Yunani, anatome. Ana berarti menguraikan, tome berarti memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur / susunan tubuh dengan jalan memotong dan menguraikan bagian-bagian tubuh. Untuk itu terkadang anatomi disebut juga Ilmu Urai.
                Berdasarkan sistem tubuh manusia, anatomi pun dibagi menjadi berbagai macam, yaitu meliputi :
  1. Anatomi sistem pernafasan
  2. Anatomi sistem kardiovaskuler
  3. Anatomi sistem otot
  4. Anatomi sistem pencernaan
  5. Anatomi sistem tulang
  6. Anatomi sistem persendian
  7. Anatomi sistem urogenital
  8. Anatomi sistem endokrin
  9. Anatomi sistem saraf
  10. Anatomi sistem ekskresi
Mempelajari anatomi, berarti mempelajari bentuk, letak dan susunan dari organ-organ penyusun sistem tersebut.
                Anatomi sangat penting untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, karena dengan mempelajari ilmu ini mahasiswa dapat lebih mengenal struktur tubuh manusia, yang tentunya dibutuhkan untuk pemahaman matakuliah-matakuliah lain. Matakuliah yang terkait dengan anatomi adalah faal, PP - PPCO, kinesiologi, dan masase.
                Matakuliah anatomi manusia disajikan di Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan semester 1 dengan beban 3 sks / 3 js. Karena keterbatasan waktu, matakuliah ini tidak membahas anatomi seluruh sistem tubuh, melainkan hanya sistem tulang, otot, dan sendi. Anatomi dari sistem-sistem yang lain dibicarakan pada matakuliah faal. Perlu diketahui bahwa ilmu anatomi sarat dengan penggunaan istilah-istilah dalam bahasa Latin. Untuk itu pada bagian akhir buku ini tersedia glossarium agar mahasiswa dapat lebih mudah memahami arti istilah-istilah asing tersebut.
                Buku ini tersusun atas beberapa bagian yaitu :
  1. Osteologi             : membahas tentang sistem tulang
  2. Myologi                : membahas tentang sistem otot
  3. Arthrologi            : membahas tentang sistem persendian

B. POSISI ANATOMIS
Posisi anatomis adalah sikap tubuh berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan menggantung di sisi dan telapak tangan menghadap ke depan. Kita perlu mengetahui tentang posisi anatomis agar mempunyai persamaan persepsi ketika mengidentifikasi arah depan, belakang, kanan, kiri, dan lain-lain, terutama ketika membahas tentang anatomi lengan atas, lengan bawah, dan tangan.

C. REGIO TUBUH
Sebelum mempelajari sistem tulang, sendi, dan otot, terlebih dahulu mahasiswa harus mengetahui istilah-istilah latin untuk beberapa regio tubuh manusia. Tubuh manusia dibagi menjadi beberapa regio besar. Berikut ini adalah nama regio tubuh dengan istilah latinnya :

  1. Kepala = cranialis
  2. Leher = cervicalis
  3. Dada = thorax
  4. Perut = abdomen
  5. Lengan atas = brachium / brachialis / brachii
  6. Siku = cubitalis / cubitus / cubiti
  7. Lengan bawah = antebrachium / antebrachialis/ antebrachii
  8. Tangan = manus
  9. Ketiak = axilla
  10. Bokong = gluteus
  11. Tungkai atas / paha = femoralis / femoris
  12. Lutut = genue
  13. Tungkai bawah = cruralis / cruris
  14. Kaki = pedis
 Untuk regio selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
sc1
Gambar 1.1. Regio Tubuh Manusia Dilihat dari Depan
sc2
Gambar 1.2. Regio Tubuh Manusia Dilihat dari Belakang






D. BIDANG DAN SUMBU DASAR DALAM ANATOMI
  1. Bidang Median adalah bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama kanan dan kiri, atau disebut juga bidang sagittal tengah. Sumbunya disebut dengan linea mediana (garis tengah tubuh).
Bidang sagittal adalah semua bidang yang sejajar dengan bidang median, dengan sumbu sagittal dan longitudinal
  1. Bidang Coronal adalah bidang yang melalui sutura coronalis (lihat pembahasan ossa capitis).
Bidang Frontal merupakan semua bidang yang sejajar bidang coronal dengan sumbu longitudinal dan transversal.
  1. Bidang Transversal adalah bidang yang melintang tegak lurus pada arah panjang badan, dengan sumbu transversal dan sagittal.
Bidang sumbu tbh rev

Gambar 1.3. Bidang dan Sumbu Tubuh

E. ISTILAH-ISTILAH YANG BERHUBUNGAN ARAH
Istilah dalam bahasa latin juga kerap digunakan saat menunjukkan lokasi suatu anggota tubuh, seperti depan, belakang, atas, bawah, kanan, kiri, letak terhadap linea mediana, letak terhadap permukaan tubuh, letak terhadap tulang / regio tubuh, dan jauh dekatnya anggota tubuh dari batang tubuh. Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat menerjemahkan istilah-istilah tersebut dengan mencarinya pada glossarium.

arah rev
Gambar 1.4. Istilah yang Berhubungan dengan Arah

RANGKUMAN
  1. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur / susunan tubuh dengan jalan memotong dan menguraikan bagian-bagian tubuh.
  2. Ruang lingkup Anatomi Manusia di Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan meliputi osteologi, myologi dan arthrologi.
  3. Posisi anatomis adalah sikap tubuh berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan menggantung di sisi dan telapak tangan menghadap ke depan.
  4. Sebelum mempelajari anatomi manusia, mahasiswa perlu memahami istilah-istilah latin, terutama istilah yang berhubungan dengan regio-regio tubuh dan orientasi arah.






BAB 2. OSTEOLOGY
BAB II
OSTEOLOGI

Standar Kompetensi : Memahami tentang osteologi
Kompetensi Dasar           :
  1. Menjelaskan ruang lingkup osteologi
  2. Menyebutkan tulang-tulang Ossa Capitis
  3. Menyebutkan tulang-tulang Skeleton Trunci
  4. Menyebutkan tulang-tulang Skeleton Ekstremitatum

A. OSTEOLOGI UMUM
                Osteologi (ilmu tulang umum) merupakan ilmu yang mempelajari tentang tulang-tulang. Kata ini berasal dari bahasa latin “Os” atau dari bahasa Yunani “Osteon” yang berarti tulang. Tulang-tulang di dalam tubuh bersendi satu sama lain membentuk rangka (skeleton) dari tubuh manusia. Rangka manusia juga meliputi tulang-tulang rawan, dengan demikian tulang rawan juga termasuk dalam osteologi.
                Rangka manusia merupakan sebagian dari sistem lokomotorik dari tubuh manusia yang juga meliputi otot-otot dan sendi-sendi. Tulang-tulang menjadi tempat perlekatan otot-otot yang berkontraksi menggerakan tulang pada sendi-sendi, dengan demikian otot merupakan pembawa tulang pada proses pergerakan. Secara histologis, tulang merupakan jaringan ikat yang khusus, dalam hal ini matriks tulang dimineralisasi oleh garam-garam organik terutama kalsium fosfat.
                Pada faktanya garam-garam organik tersebut berada dalam bentuk kristal-kristal kalsiun hidroksiapatite yang khusus membentuk kekakuan tulang dan membuat tulang menjadi kokoh tetapi tidak mempengaruhi fungsi dan suplai sel-sel tulang yang terlibat, karena jaringan tulang mempunyai suatu sistem kanakuli, yang melalui saluran-saluran ini suplai pendarahan dan persarafan dari masing-masing sel dapat dilaksanakan. Terdapatnya serabut-serabut kolagen pada tulang memberikan sumbangan untuk elastisitas dan kemungkinan untuk menahan gaya-gaya tegangan. Tulang-tulang banyak disuplai oleh pembuluh darah, pembuluh-pembuluh getah bening dan saraf-saraf yang selalu menuju jaringan tulang guna mempertahankan fungsi-fungsi metabolisme. Tulang-tulang memperlihatkan suatu corak pertumbuhan yang khusus dan mempunyai daya regenerasi yang besar, sehingga penyembuhan dapat terlaksana setelah terjadi suatu cidera dan infeksi-infeksi lain.

1. Fungsi Tulang
Tulang mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a.       Memberi bentuk dan penguat pada tubuh.
b.      Sebagai pelindung alat-alat tubuh yang vital
c.       Alat pengungkit dan tampat untuk melekat otot.
d.      Tempat pembentukan sel-sel darah merah.
e.      Sebagai gudang penyimpanan kalsium.

2. Jenis-jenis Tulang
                Atas dasar morfologi atau bentuknya tulang-tulang yang terdapat pada rangka manusia terdiri atas jenis-jenis sebagai berikut:
a.       Tulang panjang: merupakan tulang-tulang utama dari anggota badan, mempunyai korpus yang panjang dan dua buah ujung tulang yang biasanya melebar. Sebagai contoh adalah humerus, femur, claviculae dan sebagainya.
b.      Tulang pendek: ukuran panjang, lebar dan tebal hampir sama. Sebagai contoh adalah tulang carpalia dan tarsalia.
c.       Tulang pipih: ukuran panjang dan lebar jauh melebihi ukuran tebalnya. Sebagai contoh adalah os frontal dan parietal.
d.      Tulang berongga: berbentuk rongga, contohnya adalah tulang belakang.

3. Pembentukan Tulang
                Tulang berasal dari mesoderm, di mana tulang mula-mula akan mengalami kondensasi untuk berubah menjadi blastema / membran rudiments, dan dari sinilah tulang rawan akan terdifferensiasi.
Proses penulangan ada 2 macam :
a.       Ossifikasi intramembranosa / endesmalis.
Disini massa membran langsung mengalami penulangan, tanpa menjadi tulang rawan terlebih dahulu.
b.      Ossifikasi intracartilaginosa  / enchondral
Sebelum menjadi tulang, massa membran berubah menjadi tulang rawan. Jadi penulangan disini terjadi melalui stadium tulang rawan.
Pict0007
Gambar 2.1 . Macam Ossifikasi dan Bagian-bagian Tulang
Ada tulang yang di dalam proses kejadiannya sebagian intramembranosa dan sebagian lagi intracartilaginosa, misalnya os occipitalis.
Pada tulang, panjang penulangan dimulai pada kira-kira 8 minggu intrauterine (dalam kandungan) yaitu pada bagian batang, dimana tipe osssifikasinya adalah enchondral pada bagian tengah dan endesmalis pada bagian tepi. Ossifikasi pada saat ini disebut ossifikasi primer.
Pada waktu lahir, bagian tengah tulang panjang disebut  diaphysis, sedangkan kedua ujung masih berupa tulang rawan yang disebut : cartilago epiphysialis. Pada kedua ujung inilah kemudian terjadi ossifikasi type enchondral. Ossifikasi inilah disebut sebagai ossifikasi sekunder, sedang tulang yang terjadi disebut sebagai epiphysis.
Ossifikasi pada kedua ujung ini terus berjalan hingga akhirnya tinggal dua lembar rawan yakni :                                                                                             
a. Cartilago articularis
Ini menutupi permukaan ujung tulang dan tetap ada selama hidup.
                b. Lamina epiphysialis
Ini terletak antara diaphysis dan epiphysis.
Bila tulang menjadi tua maka bagian ini akan mengalami ossifikasi.
                Pertumbuhan ke arah panjang dari tulang panjang tergantung dari penutupan laminan epiphysialis, dimana pertumbuhan kearah panjang akan berhenti kalau lamina epiphysialis sudah menutup.
                Ada yang disebut metaphysis, yaitu daerah diaphysis dekat lamina epiphysialis, dimana tempat ini pertumbuhan ke arah panjang terjadi.
                Pada tulang-tulang pendek, ossifikasi terjadi secara enchondral, sedangkan tulang – tulang pipih terjadi secara endesmalis. Pada wanita ossifikasi timbul lebih awal dari umumnya laki-laki dan proses berakhirnya juga lebih cepat antara 2 – 3 tahun lebih dahulu.                                                             

B. RANGKA MANUSIA
                Rangka manusia tersusun dari 206 tulang-tulang yang bersendi; 64 buah di anggota badan atas, 62 di anggota badan bawah, 28 di tengkorak, 26 buah columna vertebralis, 24 tulang iga, satu os sternum, dan satu os hyoideum. Rangka manusia termasuk endoskeleton yaitu tulang-tulang di dalam tubuh dibawah otot-otot.
                Dalam mempelajari nama tulang, perhatikan letak tulang pada tubuh kita, misalnya dengan meraba-raba tulang kita sendiri, dan usahakan  untuk mengerti arti setiap nama atau istilah. Istilah os berarti tulang, sedangkan ossa adalah bentuk jamak dari os yang berarti kumpulan tulang.
Rangka manusia, yang tersusun atas 206 tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok;
1. Ossa capitis (tulang rangka kepala)
2. Sceleton trunci (rangka batang badan)
a. Columna vertebralis (tiang punggung)
·         Vertebrae cervicalis (tulang leher) 7 ruas.
·         Vertebrae thoracalis (tulang penggung) 12 ruas.
·         Vertebrae lumbalis (tulang pinggang) 5 ruas.
·         Vertebrae sacralis (tulang kelangkang) 5 ruas.
·         Vertebrae caudalis atau coccygealis (tulang ekor) 3-4 ruas.
b. Sternum (tulang dada)
c. Costae (tulang rusuk)
3. Sceleton extremitatum (rangka anggota)
a. Sceleton extremitatum superior.
1).  Cingulum extremitatum superior (gelang bahu)
      - scapulae
      - claviculae
2). Sceleton extremitatum liberae superior (anggota gerak atas yang dapat bergerak bebas)
      -   sceleton brachii (humerus)
      -   sceleton antebrachii (ulna dan radius)
      -  sceleton manus (ossa carpalia, ossa metacarpalia, ossa phalanges manus)
b. Sceleton extremitatum inferior.
1). Cingulum extremitatum inferior (gelang panggul)
      Os coxae (os illium/ ilii, os ichium/ ischii, os pubis)
2). Sceleton extremitatum liberae inferior (anggota gerak bawah yang dapat bergerak bebas)
      -  sceleton femoris (femur, patellae)
      -  sceleton crura ( tibia, fibula)
- sceleton pedis (ossa tarsalia, ossa metatarsalia, ossa phalanges pedis)

rangka rev
Gambar 2.2. Rangka Manusia
C. OSSA CAPITIS
                Ossa capitis atau tulang rangka kepala secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu : ossa cranialis/ cranii (tulang-tulang pembentuk tengkorak) dan ossa fasciei (tulang-tulang wajah).
1. Ossa cranialis
                Ossa cranialis atau ossa cranii terdiri dari tulang-tulang :
a.       Os occipitalis
b.      Os sphenoidale
c.       Os temporale (sepasang)
d.      Os parietale (sepasang)
e.      Os frontale
f.        Os ethmoidale
2. Ossa fasciei antara lain terdiri dari tulang-tulang:
a.       Maxilla (sepasang)
b.      Mandibula
c.       Os zygomaticus (sepasang)
d.      Os nasale (sepasang)
e.      Os lacrimale (sepasang)
f.        Os palatinum (sepasang)
Carilah letak dari tulang-tulang tersebut pada gambar-gambar berikut.
Cranium depan rev
Gambar  2.3. Ossa capitis Tampak dari Anterior

Dari gambar 2.3, nampak bangunan-bangunan penting sebagai berikut:
a.       Pada os frontal (tulang dahi) tampak margo supraorbitalis yang merupakan tepi atas rongga mata, yang berakhir sebagai processus zygomaticus. Di atas margo supraorbitalis dari tiap mata, terdapat sebuah foramen supraorbitale, tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf supraorbitalis. Dari gambar ini tampak jelas bahwa os frontal berbatasan dengan tulang-tulang lain melalui sebuah sutura, yaitu dengan tulang : os zygomaticus (tulang pipi), os sphenoidale, os nasale (tulang hidung), dan maxilla (rahang atas).
b.      Tampak beberapa tulang membentuk dasar rongga mata, yaitu: os frontale, os zygomaticum, os sphenoidale, os lacrimale (tulang air mata), dan maxilla.
c.       Pada os zygomaticus tampak margo infraorbitalis yang merupakan tepi bawah rongga mata yang dibentuk bersama dengan maxilla.
d.      Pada maxilla, di bawah margo infraorbitalis, terdapat dua buah foramen infraorbitale tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf infraorbitale. Di samping itu, di bagian yang berbatasan langsung dengan gigi terdapat processus alveolaris, yang merupakan tempat tertanamnya akar gigi. Kedua maxilla kanan dan kiri bersatu di tengah membentuk sutura intermaxillaris.
e.      Pada mandibula (rahang bawah), tampak corpus (badan) mandibula, ramus (cabang) mandibula, dan foramen mentale untuk lewatnya pembuluh darah dan saraf mentalis.





cranium samping rev
Gambar 2.4. Ossa Capitis Tampak dari Samping

Dari gambar 2.4 nampaprocessusk bangunan-bangunan dari beberapa tulang :
1. Os temporale (tulang pelipis) dengan bangunan-bangunan penting sebagai berikut :
a.  Porus / meatus acusticus externus atau lubang telinga luar 
b. Processus mastoideus, suatu tonjolan yang terletak di belakang telinga
c.  Processus styloideus, suatu duri yang panjang mengarah ke bawah depan medial
2. Mandibula, tampak bangunan-bangunan:
a.       Corpus mandibula, atau badan dari tulang rahang bawah
b.      Basis mandibula (dasar tulang rahang bawah)
c.       Angulus mandibula (sudut rahang bawah)
d.      Processus condylaris dan processus coronoideus mandibula
3.       Os frontale
4.       Os parietale (tulang ubun-ubun)
5.       Os nasale
cranium atas rev
Gambar 2.5. Ossa Capitis Tampak dari Atas
Pada gambar 2.5, tampak tulang-tulang tengkorak dan sutura-suturanya, yaitu:
1.       Sutura coronalis, merupakan sendi yang dibentuk antara os frontale dan parietale
2.       Sutura sagittalis, merupakan sendi yang dibentuk antara os parietale kanan dan kiri
3.       Sutura lambdoidea, merupakan sendi yang dibentuk antara os parietale dengan os occipitalis
Cranium blkg rev
Gambar 2.6. Ossa Capitis Tampak dari Posterior

Pada gambar 2.6, sutura lambdoidea tampak jelas. Terkadang pada beberapa orang nampak sutura occipitalis transversa yang membatasi os occipitale dengan os interparietale.
Pada os occipitale tampak bagian kasar yang merupakan perlekatan dari m. trapezius yaitu :
  1. Protuberantia occipitalis externa
  2. Linea nuchalis superior dan inferior
cranium bwh rev
Gambar 2.7. Ossa Capitis Tampak dari Inferior

Pada gambar 2.7  tampak bangunan-bangunan yaitu :
  1. Sebuah lubang besar, yaitu foramen magnum yang merupakan lubang tempat lewatnya medula spinalis.
  2. Condylus occipitalis, bagian dari os occipitale tempat bersendinya os occipitale dengan vertebra cervical 1 (atlas)
  3. Processus mastoideus, processus styloideus, meatus accusticus externus.
  4. Langit-langit keras yang dibentuk oleh processus palatinus  maxilla, dan langit-langit lunak yang dibentuk oleh os palatinum.

D. SCELETON TRUNCI
1. Columna Vertebralis
                Columna vertebralis merupakan tiang punggung yang terletak di sebelah dorsal tractus digestivus (saluran pencernaan) pada linea mediana. Jika dilihat dari samping tidak lurus, tetapi seperti huruf S yang mempunyai dua lengkungan yang disebut:
Lordose : yaitu lengkungan ke ventral (di daerah vertebrae cervicales dan lumbales)
Kyphose : yaitu lengkungan ke dorsal (di daerah vertebrae thoracales dan sacrum)
Gambar 2.8. Columna Vertebralis

Bentuk umum vertebrae, mempunyai:
  • Corpus vertebrae, ialah bagian yang terbesar kuat dan tebal, letaknya di sebelah ventral. Corpus vertebrae ini mempunyai 4 dataran.
   Facies terminalis superior dan facies terminalis inferior (disebut juga facies intervertebralis)
   Antara facies terminalis superior dan facies terminalis inferior dari vertebrae dibawahnya dihubungkan oleh tulang rawan yang berbentuk cakram disebut discus intervertebralis.
   Facies ventralis dan dorsalis.
  • Arcus vertebrae, berpangkal disebelah dorsal dari corpus yang merupakan dinding kanan dan kiri serta belakang dari foramen vertebrale. Pada arcus vertebrae, terdapat tiga macam tonjolan (processus), yaitu:
   Processus transversus, terdiri dari sepasang taju melintang yang menuju ke lateral sebagai sayap.
   Processus spinosus, sebuah tonjolan yang mengarah ke dorsocaudal.
   Processus articularis (tonjolan sendi) terdiri dari dua pasang yaitu:
Ø sepasang menuju ke cranial disebut processus articularis superior yang mempunyai dataran sendi facies articularis superior.
Ø sepasang menuju ke caudal disebut processus articularis inferior yang mempunyai dataran sendi facies articularis inferior.
·         Foramen vertebrale, ialah lubang yang dibentuk oleh corpus vertebrae dan arcus vertebrae, jadi terletak disebelah dorsal dari corpus. Foramen vertebrale dari semua vertebrae itu bersama-sama membentuk suatu saluran yang disebut canalis vertebralis yang berisi medulla spinalis (sumsum tulang belakang).

thorac
               
Tampak dari superior                                            Tampak dari anterior

Gambar 2.9.  Vertebra

a. Vertebrae cervicalis
                Perbedaan dengan bentuk vertebrae pada umumnya ialah:
·         pada processus tranversus terdapat foramen, yang disebut foramen tranversarium atau foramen processus transversus,
·         processus tranversus bercabang dua (bifidal), terdiri dari: tuberculum anterior (cabang disebelah anterior) dan tuberculum posterior (cabang disebelah posterior)
·         antara kedua tuberculum terdapat sulcus nervi spinalis,
·         processus spinosus juga bifidal (bercabang dua),
·         corpus vertebrae pipih,
·         foramen vertebrale berbentuk segitiga.
                Dari 7 ruas vertebrae cervicales itu bentuknya tidak sama, terutama vertebrae cervicales satu, dua, dan tujuh, mempunyai bentuk lain dibandingkan dengan vertebrae cervicales pada umumnya.

Gambar 2.10. Vertebrae cervicalis pada umumnya

1) Vertebrae cervicales 1 (atlas)
                Atlas tidak mempunyai corpus. Posisi corpus digantikan oleh arcus anterior, sehingga atlas mempunyai dua buah arcus, yaitu arcus anterior dan arcus posterior. Kedua arcus pada bidang mediosagittal mempunyai protuberantia kecil yang disebut tuberculum anterius dan tuberculum posterius. Lateral terhadap foramen vertebralis atlas yang besar terletak massa lateralis, masing-masing mempunyai facies articularis superior dan facies articularis inferior. Pada sisi dalam arcus anterior terdapat permukaan sendi untuk dens, yaitu fovea dentis. Dari foramen tranversarium yang terletak pada processus tranversus terdapat alur yang disebut dengan sulcus arteriae vertebralis, berjalan melalui arcus posterior untuk lewatnya arteria vertebralis.
Bagian atas
Bagian bawah
Gambar 2.11. Vertebrae cervivales 1 (atlas)

2) Vertebrae cervicales 2 (Axis / Epistropheus)
                Vertebrae ini mempunyai corpus yang kecil tapi kuat. Pada tepi cranial dari corpus terdapat suatu taju yang kuat, yang karena bentuknya seperti gigi maka disebut dens axis / dens epistrophii. Pada dens ini terdapat dua dataran sendi, yaitu bagian ventral disebut facies articularis anterior dan bagian dorsal facies articularis posterior. Pada permukaan cranial dens terdapat tonjolan bulat kecil, yaitu apex dentis.
vertebrae2
Tampak depan

vertebrae2
Tampak dari atas
Gambar 2.12. Vertebrae cervicale 2 (Axis/ Epistropheus)

3) Vertebra cervicalis 7 (prominens)
Perbedaan dengan ruas yang lain, processus spinosus vertebra cervicalis 7 atau vertebra prominens panjang lurus menuju ke dorsal dan lebih menonjol dari yang lain, yang biasanya dapat diraba.
Gambar 2.13. Vertebrae cervicales7 (prominen)
b. Vertebrae thoracalis
                Perbedaan dengan vertebrae pada umumnya adalah pada sisi lateral corpus vertebrae kanan dan kiri terdapat satu atau dua buah cekungan sendi tempat bersendi dengan costae yaitu fovea costalis superior terletak di tepi cranial corpus, dan fovea costalis inferior terletak di caudal. Pada dataran ventral dari processus tranversus vertebrae thoracales 1 - 10 terdapat cekungan sendi yang disebut fovea costalis processus transversi.
thorac
Tampak dari superior
thorac
Tampak dari anterior
vertebra thorax rev
Tampak dari samping
Gambar 2.14. Vertebrae thoracalis.
                Dari 12 ruas vertebrae thoracales, yang mempunyai perbedaan dengan vertebrae thoracalis pada umumnya adalah vertebrae thoracalis 1, 10, 11, dan 12.
1)      Vertebrae thoracalis 1
Fovea costalis superior merupakan cekungan yang bulat.
2)      Vertebrae thoracalis 10.
Fovea costalis superior merupakan cekungan bulat, sedangkan fovea costalis inferiornya sangat kecil.
3)      Vertebrae thoracales 11 dan 12.
                Hanya mempunyai fovea costalis superior saja, yang merupakan bulatan penuh sedangkan yang inferior tidak ada. Fovea costalis processus transversi tidak ada, processus spinosus pendek menuju lurus ke dorsal.

c. Vertebrae Lumbalis.
                Corpusnya besar dan kuat, makin ke caudal makin kecil, processus spinosusnya pipih dan mengarah ke sagittal. Lamina arcusnya pendek dan kuat, dan pediculus arcus vertebrae sangat tebal. Processus lateralis vertebrae lumbalis dapat dinamakan processus costalis. Di belakang processus costalis terdapat processus accessorius yang ukurannya berbeda, yang bersama-sama dengan processus mammilarisnya menggambarkan sisa processus tranversus. Processus articularis inferior terbentang ke caudal. Facies articularis superior menghadap ke medial sedangkan facies articularis inferiornya menghadap ke lateral. Foramen vertebralis dari vertebra lumbalis relatif kecil.
Lumbal0002
Tampak dari depan
vertebra lumbal rev 2
Tampak dari atas
Gambar 2.15. Vertebrae lumbalis.
d. Vertebrae sacralis (os sacrum)
                Os sacrum ini merupakan tulang besar berbentuk segitiga dengan basis di sebelah cranial, terdapat di sebelah caudal dari vertebrae lumbalis, sebelah kanan dan kirinya dibatasi oleh sepasang os coxae. Os sacrum terjadi karena persatuan dari lima ruas vertebrae sacrales. Ke atas, tulang ini bersendi dengan vertebrae lumbalis V, bersama-sama membentuk suatu bangunan yang menonjol disebut promontorium. Sedangkan ke bawah, apexnya bersendi dengan os coccygis.
                Pada os sacrum ini dapat dibedakan beberapa dataran dan bagian yaitu, dataran yang menghadap ke rongga pelvis (facies pelvina ossis sacri), dataran yang menghadap ke arah dorsal (facies dorsalis ossis sacri), bagian atas yang menghadap ke cranial (basis ossis sacri), bagian caudal (apex ossis sacri), dan bagian lateral (pars lateralis ossis sacri).
                Pada facies pelvina terdapat garis-garis melintang, disebut lineae transversae, yang merupakan garis batas antar vertebra sacralis yang telah menyatu. Tampak pula lubang-lubang di kanan kiri lineae transversae, disebut foramina sacralia, tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf sacralis.
                Pada facies dorsalis, tampak rigi-rigi yang merupakan persatuan dari beberapa processus transversus vertebrae sacralis, disebut crista sacralis mediana. Canalis sacralis, yang merupakan persatuan dari beberapa foramen vertebralis vertebrae sacralis, terlihat sebagai suatu saluran tempat lewatnya cairan serebro spinalis. 
                Pada bagian ventral dari pars lateral, terdapat bangunan yang menyerupai sayap kupu-kupu, disebut ala ossis sacri. Sedang sisi lateral dari pars lateral yang berbentuk seperti daun telinga dan akan bersendi dengan coxae disebut facies auricularis.
sacrum rev
Tampak dari anterior

Sacrum 1 rev
Tampak dari posterior
sacrum0002
Tampak dari samping
Gambar 2.16. Os sacrum.

e. Vertebrae caudales (os coccygis)
                Coccygis dibentuk dari tiga atau empat vertebrae. Permukaan yang menghadap sacrum mempunyai cornu atau tanduk, yang dibentuk dari persatuan sempurna processus articularis vertebrae coccygis 1. Sisa vertebrae coccygis hanya terdiri atas tulang yang kecil dan bulat.

sacrum0005
Gambar 2.17. Os coccygis.

2. Costae (tulang rusuk)
                Jumlah costae seluruhnya ada 12 pasang, menurut bahan yang membentuk dibedakan menjadi dua bagian :
·         Os costalis, merupakan bagian terpanjang terletak disebelah dorsolateral.
·         Cartilago costalis, merupakan bagian yang pendek terletak disebelah ventromedial, bagian ini terjadi dari jaringan tulang rawan. Cartilago costalis 1-7 melekat pada sternum, cartilago costalis 8-10 melekat pada cartilago costalis 7, sedangkan cartilago costalis 11 dan 12 berakhir bebas.
Dengan demikian 12 passang costae itu dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
·         Costae verae (iga sejati) yaitu costae 1-7.
·         Costae supriae (iga palsu) yaitu costae 8-10.
·         Costae fluctuantes/ vertebrales (iga melayang) yaitu 11 dan 12.
                Tiap costae umumnya terdiri dari : caput costae, collum costae dan corpus costae. Caput costae mempunyai dataran sendi yang disebut dengan facies articularis capitis costae. Pada costae 2 – 10, facies articularis capitis costae dibagi menjadi 2 bagian yaitu; facies articularis capitis costae superior, dan facies articularis capitis costae inferior, kedua facies ini dipisahkan oleh suatu rigi yyang disebut crista capitis costae.
                Collum costae, bentuknya langsing dan pada kebanyakan costae terdapat pinggiran yang tajam yang disebut, crista colli costae, ke arah lateral dibatasi oleh tonjolan yaitu tuberculum costae. Pada costae 1 – 10, tuberculum ini mempunyai dataran sendi yaitu, facies articularis tuberculi costae.
                Corpus costae ke arah lateral membelok ke ventral pada suatu sudut yang disebut angulus costae. Namun pada costae 11 dan 12 angulus costae ini tidak ada. Pada corpus costae ini antara facies superior dan facies inferior jelas perbedaannya, yaitu adanya sulcus costae pada facies inferior costae 2 – 11.
3
Gambar  2.18. Costae tampak dari depan
scapula costae
Gambar  2.19. Costae tampak dari belakang

                Dari 12 pasang costae ini, ada beberapa yang mempunyai sifat lain, yaitu:
  • Costae 1
   Pendek tetapi terlebar.
   Caput tidak mempunyai crista capitis costae.
   Angulus berimpit dengan tuberculum costae.
   Di dataran cranial dari corpus terdapat tuberculum musculi scaleni anterioris, sedangkan disebelah medial terdapat sulcus arteriae subclaviae.

·         Costae 2
Pada bagian corpus terdapat tuberositas musculi serrati anterioris tempat perlekatan dari m. serratus anterior.

  • Costae 11 dan 12.
   Ujungnya berakhir melayang bebas.
   Tidak mempunyai facies articularis tuberculi costae.
costae rev
Gambar 2.20. Costae 1, 2, 3 dan 7


3. Sternum (tulang dada).
                Merupakan tulang tunggal yang pipih, mempunyai tiga bagian pokok :
a.       Manubrium sterni (hulu)
Manubrium sterni, bagian ini berbentuk belah ketupat dan merupakan bagian terlebar. Disini dijumpai beberapa lekuk yaitu, di sebelah cranial terdapat incisura jugularis, pada sudut craniolateral kanan dan kiri ada takik yang disebut incisura clavicularis sterni untuk bersendi dengan claviculae. Di bawahnya lagi terrdapat takik yang disebut incisura costalis prima atau satu, dan pada batas antara manubrium dan corpus terdapat setengah takik yang disebut incisura costalis secunda (dua).
b.      Corpus sterni.
Corpus sterni merupakan bagian yang panjang dan pipih, dengan banyak takik di kanan kirinya. Takik teratas hanya setengah, bila bergabung dengan takik terbawah manubrium akan membentuk incisura costalis 2. Takik selanjutnya berturut-turut disebut incisura  costalis 3 - 7 dan pada tiap-tiap incisura disebelah cranial dan caudal dibatasi oleh bagian yang menonjol yang disebut processus costalis. Manubrium dan corpus sterni membentuk sendi symphysis manubriosternalis.
c.       Processus xiphoideus (tulang pedang-pedangan).
Processus xiphoideus terletak disebelah caudal yang membentuk hubungan symphysis xiphosternalis dengan corpus sterni.

Ster
Gambar 2.21. Sternum.

E. SCELETON EXTREMITATUM SUPERIOR
1. Cingulum  Extremitatum Superior (gelang bahu)
a. Scapulae (tulang belikat).
                Scapulae merupakan tulang pipih yang berjumlah sepasang dan berbentuk segitiga. Dengan demikian, scapulae mempunyai tiga sisi atau tepi, yaitu margo vertebralis (medialis), margo axilaris (lateralis), dan margo cranialis (superior). Tulang ini juga mempunyai tiga sudut, yaitu angulus medialis/superior, angulus lateralis dan angulus inferior. Pada angulus lateralis terdapat dataran sendi besar dan oval yang disebut cavitas glenoidalis. Di sebelah cranial cavitas ini terdapat tonjolan kasar yang disebut tuberculum supraglenoidale dan di bawahnya terdapat tuberculum infraglenoidale.
Scapulae mempunyai  dua  bidang datar yaitu  facies ventralis dan facies dorsalis. Facies ventralis atau disebut juga facies costalis merupakan dataran yang cekung, dengan bagian yang cekung disebut fossa subscapularis, tempat perlekatan m. subscapularis. Dataran yang kedua, yaitu facies dorsalis lebih cembung, dekat angulus superior terdapat suatu tonjolan yang kuat, dinamakan spina scapulae, yang berakhir melebar di sebelah lateral disebut acromion. Pada acromion terdapat dataran sendi yang disebut facies articularis clavicularis, tempat acromion bersendi dengan claviculae. Dengan adanya  spina scapulae, maka facies dorsalis scapulae terbagi menjadi dua daerah yaitu, fossa supraspinata dan fossa infraspinata.
                Margo superior, agak ke lateral terdapat takik, incisura scapulae dan di sebelah lateralnya terdapat tonjolan kuat seperti paruh burung, yang disebut processus coracoideus.
Scapula rev
Tampak dari anterior
Scapula 1
Tampak dari posterior

Scapula 1
Tampak dari lateral
Gambar 2.22. Scapulae




b. Claviculae (tulang selangka)
                Tulang ini berbentuk huruf S yang mempunyai dua dataran: yaitu facies superior dan facies inferior. Facies superior berujung medial kuat dan bulat disebut extremitas sternalis claviculae dan pada ujungnya terdapat dataran sendi yaitu, facies articularis sternalis claviculae untuk bersendi dengan sternum. Ujung lateral atau disebut sebagai extremitas acromialis mempunyai dataran sendi facies articularis acromialis claviculae yang bersendi dengan acromion.
                Facies inferior bersifat lebih kasar dan di tengah-tengahnya terdapat sulcus musculi subclavius.  Dekat ujung lateral lebih ke dorsal terdapat tonjolan yaitu tuberculum conoideum.
clavicula rev
Tampak dari atas
clavicula rev
Tampak dari bawah

Gambar 2.23. Claviculae.

2. Sceleton Extermitatum Liberae Superior
a. Humerus
                Merupakan tulang panjang yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis.


1). Epiphysis proximalis
Bagian ini mempunyai bulatan besar yang disebut caput humeri untuk bersendi dengan cavitas glenoidalis scapulae. Di sebelah distal caput menyempit, bagian ini disebut collum anatomicum humeri, di sebelah lateral caput ini ada dua tonjolan; yang pertama, tonjolan yang lebih besar yang dinamakan tuberculum majus dan  ke distal melanjutkan diri sebagai rigi yang disebut crista tuberculi majoris humeri; yang kedua, tonjolan yang lebih kecil disebut tuberculum minus terletak di sebelah medial dan ventral. Tuberculum minus ini melanjutkan diri sebagai rigi yang dinamakan crista tuberculi minoris humeri. Antara kedua tuberculum ini terdapat suatu parit yang memanjang ke arah distal, disebut sulcus intertubercularis.
humeri

Tampak dari anterior                      Tampak dari posterior
Gambar 2.24. Tulang humerus kiri

2). Diaphysis
Diaphysis merupakan corpus dari tulang ini. Di sebelah cranioventral pertengahan corpus agak ke lateral terdapat tonjolan yang disebut tuberositas deltoidea, di sebelah dorsal tuberositas deltoidea ini terdapat sulcus nervi radialis. Corpus humeri ini makin ke distal berubah dari silinder menjadi bentuk segitiga, sehingga dijumpai tiga tepi yakni; margo medialis, margo lateralis dan margo volaris dengan demikian corpus bagian distal mempunyai tiga dataran, yaitu; facies posterior, facies anteromedialis, dan facies anterolateralis.
3). Epiphysis distalis
Merupakan bagian yang pipih, pada ujungnya terdapat bonggol yang disebut condylus humeri. Condylus humeri mempunyai dua tempat sendi, yaitu; capitulum humeri di sebelah lateral bersendi dengan tulang radius, dan trochlea humeri yang bersendi dengan ulna. Di sebelah ventrocranial capitulum humeri terdapat cekungan disebut fossa radialis, tempat bersendi dengan os radius, sedangkan di sebelah ventrocranial trochlea humeri terdapat cekungan yang dalam yaitu fossa olecrani tempat masuknya olecranon. Pada bagian epiphysis terdapat sulcus nervi ulnaris. Tepi medial dan lateral condylus humeri tampak menonjol kuat, disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis.

b. Ulna (tulang hasta)
Seperti halnya humerus, tulang ini juga terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis.
1). Epiphysis proximalis
Bagian ini besar dan kasar, ke arah volaris mepunyai takik disebut incisura semiulnaris ulnae atau incisura trochlearis yang bersendi dengan trochlea humeri. Incisura itu disebelah volair berakhir meruncing disebut processus coronoideus sedangkan di sebelah dorsal berakhir menonjol, disebut olecranon, yang membentuk tonjolan siku. Di sebelah radial dan agak ke distal dari incisura itu terdapat takik disebut incisura radialis ulnae yang bersendi dengan tulang radius. Di sebelah dorsal incisura radialis ini terdapat rigi yang arahnya ke caudal disebut crista musculi supinatoris, dan di sebelah ventrodistal dari bagian  ini terdapat dataran kasar yang disebut tuberositas ulnae.
ulna re
Gambar 2.25. Tulang ulnae kiri
2). Diaphysis
Merupakan corpus dari tulang ini. Mempunyai tiga sisi, yaitu margo posterior, anterior dan margo interosseus yang terletak di sebelah radial berbentuk rigi-rigi tajam. Dan juga mempunyai tiga dataran yakni, facies anterior, posterior, dan medial. 
3). Epiphysis distalis
Berakhir bulatan disebut caput ulnae. Pada caput ini ada akhiran yang menonjol disebut  processus styloideus ulnae, caput ini dilapisi oleh  dataran sendi berbentuk segitiga  yang disebut  circumferentia articularis  ulnae yang bersendi dengan  tulang radius distal.
c. Radius (tulang  pengumpil)
1). Epiphysis proximalis
Bagian ini kecil yang disebut caput radii. Pada ujung caput terdapat cekungan disebut fovea articularis untuk bersendi dengan humerus. Tepi cranial caput dilapisi oleh dataran sendi yang disebut circumferentia articularis radii, untuk bersendi dengan tulang  ulnae bagian proximal. Bagian distal dari caput menyempit, yang disebut collum radii. Di sebelah ventrodistal dari collum itu, yang merupakan batas dengan diaphysis, terdapat tonjolan kasar yaitu tuberositas radii.
radius rev
Gambar 2.26.  Radius kiri
2). Diaphysis
Disebut juga corpus radii yang mempunyai 3 sisi yaitu; margo anterior, margo posterior dan margo interosseus, yang terletak di sebelah ulnair berbentuk rigi tajam, dan juga mempunyai 3 dataran yaitu facies  anterior yang menghadap tapak tangan , facies posterior dan facies lateralis.
3). Epiphysis distalis
Bagian ini besar dan lebar, ujung sebelah radial memanjang yang disebut processus styloideus radii. Pada bagian ini terdapat tempat sendi yaitu, incisura ulnaris radii untuk bersendi dengan tulang ulnae bagian distalis, dan facies articularis carpalis menghadap ke distal untuk bersendi dengan carpus.

d. Ossa carpalia
                Merupakan tulang-tulang kecil yang terdiri  dari 8 buah tulang, tersusun dalam dua deretan dari radial ke ulnair. Deretan proximal terdiri dari os scaphoideum (tulang bentuk kapal), os lunatum (tulang bulan), os triquetrum (tulang segitiga) dan os pisiforme (tulang kacang). Deretan distal adalah os trapezium, os trapezoideum (disebut juga mutangulum majus dan minus), os capitatum (tulang berkepala) dan os hamatum (tulang berkait).
                Os hamatum di sebelah volair juga mempunyai dua tonjolan berbentuk kail yang disebut hamulus ossis hamati. Tonjolan itu bersama-sama dengan os pisiforme merupakan tepian yang tinggi dan kuat disebut eminentia carpi ulnaris, dengan demikian pada volamanus diantara kedua eminentia merupakan daerah seperti parit disebut sulcus carpi.

e. Ossa metacarpalia
                Jumlahnya lima buah dan merupakan tulang-tulang panjang yang kecil diberi nomor dari arah radial ke ulnair (os metacarpal 1 sampai os metacarpal 5). Tiap-tiap tulang terdiri dari 3 bagian yakni basis atau epiphysis proximalis, corpus atau diaphysis, dan caput atau epiphysis distalis.
                Basis, pada bagian ini terdapat dataran sendi, hubungan antara ossa carpalia dengan ossa metacarpalia, yaitu:
·         Os metacarpale 1 dengan os trapezium
·         Os metacarpale 2 dengan os trapezoideum
·         Os metacarpale 3 dengan os capitatum
·         Os metacarpale 4 dengan os sedikit os capitatum dan os hamatum
·         Os metacarpale 5 dengan os hamatum
                Ada dataran sendi untuk bersendi dengan os metacarpale di sampingnya yang disebut facies articularis intermetacarpale. Di sebelah dorsal dari basis os metacarpale 3 berakhir menonjol disebut, processus styloideus ossis metacarpale 3.
                Corpus mempunyai dua dataran yakni, facies dorsalis yang agak cembung dan facies volaris yang cekung.
                Caput ossis metacarpi bersendi dengan phalanx proximal dari masing-masing jari. Pada bagian ini juga didapatkan tulang-tulang kecil yang disebut ossa sesamoidea.

f. Ossa digitorum manus
                Ossa digitorum manus atau tulang-tulang jari tangan / ruas jari tangan adalah tulang penyusun jari tangan. Tangan orang normal memiliki lima jari yang diberi nama jari I sampai V dari lateral ke medial. Ibu jari (pollux/ digitus I), telunjuk (index / digitus II), jari tengah (digitus medius/ digitus III), jari manis (digitus anularis/ digitus IV), dan jari kelingking (digitus minimus/ digitus V).
Berbentuk tulang panjang, tiap-tiap jari mempunyai 3 ruas phalanx, kecuali ibu jari karena hanya mempunyai 2 ruas phalanx dan bagian tiap-tiap phalanx terdiri dari  basis, corpus dan caput. Phalanx terdekat dengan metacarpal disebut phalanx proximal, yang terjauh disebut phalanx distal, dan di antaranya disebut phalanx medial.


manus rev
Gambar 2.27. Ossa  carpal, metacarpal, dan digitorum manus kanan






F. SCELETON EXTREMITATUM INFERIOR 
1. Cingulum Extremitatum Inferior (gelang panggul)
a. Os Coxae
                Tulang ini berjumlah dua kanan dan kiri, dimana sepasang coxae dengan os sacrum bersama-sama membentuk bangunan yang disebut pelvis atau panggul.
                Os coxae sebenarnya terdiri dari tiga tulang yang tumbuh menjadi satu, yaitu : os Ilium, os Ischium dan os Pubis, pada waktu embrio ketiga tulang masih terpisah dan sebagian bertemu membentuk acetabulum, garis perbatasannya berbentuk huruf Y.

1). Os Ilium (tulang usus)
                Tulang ini merupakan tulang yang letaknya paling cranial dari os coxae, berbentuk pipih dan lebar. Tulang ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
·         corpus ossis ilium
·         ala ossis ilium
Os ilium mempunyai dua dataran, yaitu facies pelvina dan facies dorsalis. Facies pelvina, dataran ala ossis ilium yang menghadap ke rongga badan, berbentuk cekung dan licin yang disebut fossa iliaca, dan di sebelah dorsalnya terdapat dataran sendi yang berbentuk daun telinga disebut facies auricularis yang bersendi dengan facies auricularis os sacrum. Bagian yang kasar dari dataran ini disebut tuberositas iliaca. Tepi cranial dari ala ossis ilium berbentuk huruf S yang disebut crista iliaca. Dari facies pelvina ke arah facies dorsalis crista iliaca ini dapat dibagi menjadi 3 bagian : labium internum, linea intermedia dan labium externum.
                Crista iliaca disebelah ventral berakhir menonjol disebut spina iliaca anterior superior (SIAS). Sedangkan ke arah caudal crista iliaca membentuk dua tonjolan yang disebut spina iliaca posterior superior dan spina iliaca posterior inferior. Dari sini tepian itu menuju ke suatu cekungan yang disebut incisura ischiadica mayor.
                Pada facies pelvina, terdapat garis yang jalannya condong ke ventrolateral kemudian membelok ke ventromedial disebut linea arcuata yang memisahkan ala ossis ilium dengan corpus ossis ischii.
                Corpus ossis ilium ini turut membentuk acetabulum, dengan tepi yang menonjol sebagai bibir tebal disebut limbus acetabuli.

2). Os Ischium
                Tulang ini merupakan bagian yang letaknya di sebelah caudal dari os ilium dan di sebelah dorsal dari os pubis. Os ischii terdiri dari tiga bagian.
  • Corpus ossis ischii, bagian ini kuat dan tebal, pada dataran lateral terdapat bangunan yang merupakan tempat persendian yang disebut acetabulum untuk bersendi dengan os femur. Pada bagian dalam dari acetabulum merupakan suatu cekungan disebut fossa acetabuli dan bagian ini dikelilingi oleh suatu tepian berbentuk tapal kuda disebut facies lunata acetabuli.  Pada tepi dorsal terdapat tonjolan disebut spina ischiadica dan di sebelah caudal dari spina ini  terdapat takik kecil  yang disebut incisura ischiadica minor.
  • Ramus superior ossis ischii, ke arah caudal terdapat tonjolan membulat kuat disebut tuber ischiadicum. Ramus inferior ossis ischii, ke arah cranial ramus ini terdapat lubang besar yang disebut foramen obturatum.

3). Os Pubis
                Tulang ini terletak di sebelah ventral, terdiri dari :
  • Corpus ossis pubis, ke arah lateral turut membentuk acetabulum.
  • Ramus superior ossis pubis, pada perbatasan dengan corpus terdapat suatu tonjolan yang disebut eminentia iliopectinea/ iliopubica, dari daerah ini terdapat rigi-rigi yang tajam yaitu, pecten ossis pubis, dan di sebelah ventral dari bagian ini terdapat tonjolan membulat disebut tuberculum pubicum. Ramus ini disebelah ventral berakhir dengan dataran sendi yaitu facies symphysialis. Pertemuan antara facies symphysialis kanan dan kiri membentuk sendi yang disebut symphysis pubis. Ramus inferior ossis pubis berjalan condong ke caudolateral lalu berhubungan dengan ramus inferior ossis ischii.
coxae rev
Gambar 2.28. Os coxae kanan

acetabulum
Gambar 2.29 . Acetabulum

2. Sceleton extremitatum liberae inferior
a. Femur (tulang paha)
                Femur adalah tulang panjang yang terdiri dari :
1). Epiphysis  proximalis
Bagian ujung disebut caput femoris untuk bersendi dengan acetabulum coxae, di tengah-tengah caput femoris terdapat cekungan  disebut fovea capitis femoris. Ke arah lateral menyempit menjadi collum femoris, pada batas antara collum dan diaphisis menjadi lebar kembali dan terdapat dua tonjolan yaitu trochanter mayor dan trochanter minor. Kedua tonjolan ini saling berhubungan yaitu disebelah ventral dihubungkan oleh suatu garis disebut linea intertrochanterica dan di sebelah dorsal dihubungkan oleh suatu rigi yaitu crista intertrochanterica, dan pada trochanter mayor terdapat cekungan dalam disebut fossa trochanterica. Sebelah caudal trochanter minor terdapat garis yang menuju ke distal disebut linea pectinea dan bagian kasar tempat perlekatan m. gluteus yang disebut tuberositas glutea.
femur
Tampak depan                                  Tampak belakang
Gambar 2.30. Femur kanan
2). Diaphysis
Berbentuk segitiga, mempunyai tiga dataran : facies anterior, facies medialis, dan facies lateralis. Batas antara facies medialis dan lateralis merupakan garis yang jelas disebut linea aspera yang terdiri dari labium medial dan labium lateral. Ke arah caudal kedua labium membatasi daerah dataran berbentuk segitiga disebut facies poplitea.
3). Epiphysis distalis
Berakhir menjadi dua tonjolan yang bulat yaitu, condylus medialis femoris dan condylus lateralis femoris, yang keduanya mempunyai dataran sendi yang disebut facies articularis inferior, tempat femur bersendi dengan os tibia. Di sebelah dorsal, kedua condylus dipisahkan oleh cekungan fossa intercondylaris namun tetap berhubungan melalui garis yang disebut linea intercondylaris. Sedang di daerah ventral dari bagian ini membentuk dataran sendi untuk patellae yaitu facies patellaeris. Masing-masing condylus ke arah samping membentuk tonjolan kecil yang disebut epicondylus medialis femoris dan epicondylus lateralis femoris.

b. Patellae (tempurung lutut)
                Merupakan tulang pipih dan berbentuk segitiga dengan basis di sebelah proximal dan apex disebelah distal. Patellae terdiri dari dua dataran yaitu, facies anterior dan facies posterior yang mempunyai dataran sendi yaitu facies articularis yang akan bersendi dengan os femur.
patelapatela
         Tampak dari anterior                   Tampak dari posterior

Gambar 2.31. Patellae
c. Tibia (tulang kering)
1) Epiphysis proximalis
Terbelah menjadi dua bagian yang disebut condylus medialis tibiae dan condylus lateralis tibiae. Keduanya mempunyai dataran sendi yang disebut facies articularis superior condylus medialis dan lateralis tibiae, tempat bersendi dengan facies articularis inferior condylus medialis dan lateralis femur. Kedua dataran sendi ini dibatasi oleh tepian yang meninggi disebut eminentia intercondylaris dan pada eminentia ini terdapat dua tonjolan, yaitu : tuberculum intercondylare mediale dan tuberculum intercondylare laterale. Hubungan antara tibia dan femur dibatasi oleh tulang rawan berbentuk cincin yaitu, meniscus medialis dan meniscus lateralis. Di sebelah lateral terdapat dataran sendi, facies articularis fibularis untuk bersendi dengan os fibula bagian proximal. Sedangkan bagian ventrodistal terdapat tonjolan kasar disebut tuberositas tibiae.
tibia rev
Tampak anterior                         Tampak  lateral          Tampak posterior
Gambar 2.32. Tibia kanan
2) Diaphysis
Bagian ini merupakan corpus tibiae yang penampang lintangnya berbentuk segitiga dengan tepi : margo mediale, margo interosseus dan margo anterior. Dengan demikian bisa kita temui tiga dataran : facies medialis, facies lateralis (menghadap kearah fibula) dan facies posterior. Pada facies posterior terdapat suatu garis dari laterocranial ke mediodistal disebut linea musculi solei.


3) Epiphysis distalis
Pada bagian ini disebelah medial terdapat tonjolan kuat disebut malleolus medialis, pada dataran lateral terdapat suatu yaitu : incisura fibularis tibiae yang bersendi dengan fibula distal. Pada ujung distal terdapat dataran sendi yaitu : facies articularis inferior tibiae dan facies articularis malleoli medialis yang bersendi dengan talus. Di sebelah dorsal malleolus medialis terdapat sulcus malleolaris.

d. Fibula (tulang betis)
                 Merupakan tulang panjang yang letaknya di sebelah lateral dan sejajar dengan tibiae. Terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1) Epiphysis proximalis
Bagian ini disebut caput fibulae dengan bagian yang meruncing disebut apex capitis fibulae. Capitulum ini disebelah medial mempunyai dataran sendi yang disebut facies articularis capitis fibulae, bersendi dengan tibia proximal.
2) Diaphysis
Merupakan corpus yang mempunyai 3 tepi yang tajam (margo anterior, posterior, dan margo interosseus) dan 3 dataran (facies mediale, laterale, dan posterior).
3) Epiphysis distalis
Bagian ini membentuk malleolus lateralis. Pada dataran medial terdapat dataran sendi facies articularis malleoli lateralis yang bersendi dengan talus.

fibula
Tampak anterior                  Tampak posterior   Bersama tibia tampak anterior
Gambar  2.33. Os fibula kiri

e. Ossa Tarsalia
Tarsus atau pangkal kaki/pergelangan kaki tersusun oleh tujuh tulang yaitu : talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforme laterale, dan os cuboideum
  • Talus terletak di bawah tibia, di atas calcaneus, merupakan os tarsal yang paling besar nomor dua, setelah calcaneus. Kedua sisi talus diapit oleh malleolus laterale dan mediale.
  • Calcaneus adalah tulang tarsal terbesar, membentuk bangunan yang disebut tumit. Facies posterior terdapat suatu tonjolan yang disebut tuber calcanei tempat perlekatan tendo Achilles/ tendo calcanei.
  • Os naviculare terdapat pada bagian medial kaki, di depan talus.
  • Os cuneiforme adalah tulang-tulang berbentuk baji yang bersendi di sebelah belakang dengan os naviculare dan di sebelah depan dengan ossa metatarsalia. Os cuneiforme ada tiga buah yaitu mediale, laterale, dan intermedium. Di sebelah lateral, os cuneiforme lateral bersendi dengan os cuboideum.
  • Os cuboideum terletak di sebelah lateral kaki antara calcaneus dengan os metatarsal IV dan V. Sesuai dengan namanya, tulang ini berbentuk kubus.
f.  Ossa Metatarsalia
Ossa metatarsalia atau tulang-tulang telapak kaki dibentuk oleh lima tulang dengan nomor I sampai V dari medial ke lateral. Masing-masing mempunyai bagian proximal (basis), tengah (corpus) dan distal (caput). Basis metacarpal bersendi dengan tarsus dan os metatarsal lainnya, sedangkan caput  bersendi dengan phalanx proximal. Pada permukaan inferior basis os metatarsal I terdapat ossa sesamoidea.
g. Ossa Digitorum Pedis
Ossa digitorum pedis atau tulang-tulang jari kaki (ruas jari kaki) adalah tulang penyusun jari kaki. Kaki orang normal memiliki lima jari yang diberi nama jari I sampai V dari medial ke lateral (terbalik bila dibandingkan dengan jari tangan). Ibu jari (hallux/ digitus I), jari kedua (digitus II), jari tengah (digitus medius/ digitus III), jari keempat (digitus  IV), dan jari kelingking (digitus minimus/ digitus V).
Berbentuk tulang panjang, tiap-tiap jari mempunyai 3 phalanges, kecuali ibu jari karena hanya mempunyai 2 phalanges dan bagian tiap-tiap phalanx terdiri dari basis, corpus dan caput. Phalanx terdekat dengan metacarpal disebut phalanx proximal, yang terjauh disebut phalanx distal, dan di antaranya disebut phalanx medial


tarsal atas rev
tampak dari superior
Gambar 2.34. Os tarsal, metatarsal, dan ossa digitorum pedis kanan

tarsal bwh rev
tampak dari inferior
Gambar 2.35. Os tarsal, metatarsal, dan ossa digitorum pedis kanan

RANGKUMAN
  • Osteologi (ilmu tulang umum) merupakan ilmu yang mempelajari tentang tulang-tulang. Kata ini berasal dari bahasa latin “Os” atau dari bahasa Yunani “Osteon” yang berarti tulang.
  • Fungsi tulang : memberi bentuk dan penguat pada tubuh, alat pengungkit dan tempat untuk melekat otot, tempat pembentukan sel-sel darah merah, dan sebagai gudang penyimpanan kalsium.
  • Jenis-jenis tulang; tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang berongga.
  • Proses penulangan dikenal ada 2 macam ; ossifikasi intramembranosa / endesmalis dan ossifikasi intracartilaginosa.
  • Rangka manusia, yang tersusun atas 206 tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
1.       Sceleton capitis (tulang rangka kepala)
    1. Sceleton trunci (rangka batang badan) : Columna vertebralis (tiang punggung), Sternum (tulang dada), Costae (tulang rusuk),
    2. Sceleton extremitatum (rangka anggota) : sceleton extremitatus superior dan inferior




BAB 3
BAB III
ARTHROLOGI

Standar Kompetensi       : Memahami tentang Arthrologi
Kompetensi Dasar           :
  1. Menyebutkan pengertian Arthrologi
  2. Menyebutkan macam-macam sendi

A.        Arthrologi UMUM
Arthrologi ialah cabang llmu pengetahuan yang mempelajari tentang persendian (kata Yunani, arthron = sendi). Tercakup di sini semuanya mengenai persendian, baik struktur, ligamenta maupun fungsinya. Dianggap lebih tepat dari pada syndesmologia; yaitu ilmu pengetahuan mengenai ligamenta dan persendian yang berhubungan dengannya (kata Yunani syndesmos = ligamentum), karena banyak bangunan dalam tubuh yang disebut dengan ligamentum (lig. inguinale, lig., vocale, lig. teres uteri), akan tetapi tidak termasuk dalam syndesmologia.
Tulang-tulang yang merupakan bagian dari kerangka badan, satu sama lain dihubungkan dengan perantaraan suatu persendian (articulatio atau junctura ossium). Bila kita tinjau semua hubungan tulang pada kerangka badan, maka pada prinsipnya mereka dapat dipisahkan dalam dua golongan besar yaitu: 1. Synarthrosis, semua hubungan tulang yang tidak memiliki ruang sendi; 2. Diarthrosis, semua junctura ossium yang mempunyai ruang sendi.

1.       SYNARTHROSIS
Persendian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • Tidak mempunyai ruang sendi (vacuum articulatio), jadi juga tidak memiliki capsula articularis, membran synovialis dan synovia.
  • Kedua tulang dihubungkan oleh suatu substansi antara yang dapat berupa jaringan fibreus, cartilago atau tulang.
Substansi ini berhubungan dengan facies articularis tulang yang membentuk persendian. Termasuk synarthrosis adalah :
a. Junctura Cartilagine
       1) Synchondrosis
Substansi penghubungnya dapat berupa cartilago hyalin. Pada umumnya synchondrosis dengan cartilago hyalin adalah persendian sementara, dimana kemudian hari cartilago hyalin akan digantikan oleh tulang. Maka junctura ini berubah dari syncondrosis menjadi synostesis.
Contoh :
·    Synchondrosis bentuk Y pada acetabulum, yang menghubungkan os illium , os ischii dan os pubis tulang coxae yang masih muda.
2) Symphysis
Substansi penghubungnya berupa suatu discus dari fibrocartilago.
Contoh :
·    Discus inteervertebralis antara 2 corpus vertebrae.
·    Symphysis ossium pubis.

b.  Junctura Fibrosa
Berbeda dengan junctura cartilaginea yang mempunyai substansi penghubung berupa cartilago, maka junctura fibrosa mempunyai substansi penghubung berupa jaringan fibreus, termasuk ini adalah :
1) Sutura.
Bentuk ini hanya terdapat pada cranium, antara 2 tulang yang pada umumnya pipih, terdapat suatu lapisan jaringan mengikat fibreus yang tipis.
Disebut sutura vera apabila pinggir-pinggir tulang yang berhubungan mempunyai beberapa tonjolan dan lekukan, yang sesuai satu sama lain, dipisahkan oleh suatu lapisan jaringan fibreus yang tipis, termasuk sutura vera ialah :
·      Sutura dentata ; tonjolannya berbentuk seperti gigi, terdapat antara tulang-tulang parietale.
·      Sutura serrata ; pinggir tulang nampak seperti gigi gergaji, terdapat antara kedua bagian os frontale.
·      Sutura limbosa; selain adanya tonjolan-tonjolan yang masuk dalam lekukan yang sesuai pada pinggir tulang terdapat juga overlapping antara pinggir-pinggir tulang tersebut, misalnya antara os frontale dan os parietale.
Disebut sutura notha, apabila dataran tulang yang berapposisi, merupakan permukaan yang kasar.
·      Sutura squamosa ; antara os temporale dan os pariotale, dimana terdapat overlapping antara pinggir kedua tulang tersebut.
·      Sutura harmonia ; antara kedua tulang terdapat apposisi biasa (tidak ada overlapping), seperti antara kedua tulang maxilla.
2) Comphosis
Bentuk hubungan ini khusus terdapat antara akar gigi dan aveoli dari mandibula dan maxilla.
3)  Sohinglyosis.
Suatu bentuk junctura dimana suatu lembaran tulang tipis menyisip kedalam suatu fissura yang terdapat pada tulang tipis yang lain. Misalnya antara rostrum sphemoidale dan lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dengan os vomer.
4)  Syndesmosis.
Tulang-tulang disini baik yang letaknya berdekatan maupun berjauhan dihubungkan dengan perantaraan satu atau lebih ligamenta. Ligamenta ini dapat berbentuk membran, berkas yang pipih atau membulat.
Contoh :   membrana interossea antara radius dan ulna; lig. coracoacromiale, lig. coracoclaviculare.


Catatan :
Di dalam discus fibrocartilagineus dari symphysis ossium pubis, seringkali dijumpai suatu celah. Bentuk ini yang dianggap sebagai bentuk peralihan antara gynarthrosis dan diarthrosis, disebut amphiarthrosis, Nama ini diberikan atas dasar struktur sendinya. Akan tetapi menurut Gray, hubungan tulang yang termasuk synarthrosis, tetapi masih mungkin terjadi gerakan meskipun sedikit dan tidak spesifik, dimasukkan dalam golongan amphiarthrosis. Jadi bentuk symphysis dan syndesmosis dimasukkan dalam golongan amphiarthrosis.
Maka menurut Gray dikenal 3 golongan bentuk sendi yaitu:
·      Synarthrosis : dimana tidak terdapat gerakan pada sendi.
·      Amphiarthrosis : dimana hanya ada sedikit gerakan pada sendi.
·      Diarthrosis : dimana terdapat gerakan yang bebas pada sendi.

2.      DIARTHROSIS
Junctura ossium di sini mempunyai ruang sendi yang disebut cavum articulare.  
Ciri-ciri suatu diarthrosis adalah sebagai berikut !       
·    Facies articularis tulang-tulang yang membentuk persendian bersifat licin.
·    Facies articularis ini tertutup oleh cartilago articularis. Pada umumnya berupa cartilago hyalin, akan tetapi kadang-kadang berupa fibrocartilago. Cartilago articularis ini licin, mengkilap dan menghadap ke ruang sendi, melekat erat pada facies articularis tulang.
·    Mempunyai capsula articularis yang membungkus persendian  dengan melekat pada tulang-tulang yang membentuk sendi, dekat peripher daripada facies articularisnya.
http://www.geocities.com/cmboneinfo/joint.jpg
Gambar 3.1. Sendi Diarthrosis

Ruangan di dalamnya disebut cavum articulare yang berisi synovia.
Capsula articularis suatu sendi mungkin ketat, mungkin juga longgar. Seringkali diperkuat oleh ligamentum atau tendo-tendo dan serabut-serabut otot di sekeliling persendian.
Dinding capsula terdiri atas dua lapisan :
  • Lapisan luar disebut membrana fibrosa.
Terdiri atas jaringan pengikat fibreus dengan serabut-serabut elastis juga terdapat di dalamnya. Melekat pada tulang dengan melanjutkan diri pada periostiumnya
·         Lapisan dalam disebut membrana synovialis.
Melapisi permukaan dalam membrana fibrosa dan bagian tulang yang mungkin berada dalam cavum articulare, sampai tepi daripada cartilago articularis (tak pernah sampai menutupi cartilago articularis).
Terdiri atas jaringan pengikat longgar dengan serabut-serabut elastis dan lemak. Permukaan dalamnya licin, akan seringkali ditemui lipatan-lipatan (plicae synovialis) dan tonjolan-tonjolan halus (villi synovilis). Membrana sy­novialis ini kadang-kadang menembus membrana fibrosa untuk berhubungan dengan bursa di sekelilingnya persendian.
Membrana synovialis memproduksi synovia, suatu cairan sendi yang berfungsi untuk melicinkan persendian, terdiri atas cairan dengan garam-garam, mucin, albumin, tetes lemak dan detritus cellulair.

Terdapat beberapa macam diarthrosis berdasarkan :
a. Jumlah tulang yang membentuknya :
1)      Articulatio simplex : dibentuk oleh dua tulang, misalnya articulatio coxae.
2)      Articulatio composita : dibentuk oleh lebih dari 2 tulang, misalnya articulatio cubiti.
b. Sumbu geraknya :
1)      Sendi uniaxial : mempunyai 1 sumbu gerak (ginglymus).
2)      Sendi biaxial : mempunyai dua sumbu gerak (sendi pelana).
3)      Sendi polyaxial : mempunyai lebih dari dua sumbu (enarthrosis).
c. Bentuk facies articularis tulang yang membentuknya  :
1) Articulatio spheroidea (cityla).
Persendian di sini dibentuk oleh suatu caput yang globulair dan suatu cekungan bentuk mangkok yang sesuai.
Enarthrosis adalah bentuk khusus dari articulatio spheroidea , dimana mangkoknya berbentuk lebih dari setengah bola,
Articulatio spheroidea bersifat polyaxial. Untuk praktisnya di anggap mempunyai 3 sumbu gerak yaitu :
- sumbu sagittal.
- sumbu transversal.
- sumbu vertical (longitudinal).
2) Articulatio ellipsoidea (artaculatio condylaris).
Dibentuk oleh permukaan sendi yang convex dan concaf masing-masing berbentuk oval. Mempunyai dua sumbu gerak yaitu :
- sumbu sagittal dan
- sumbu transversal.
Contoh: Articulatio radiocarpea.
3) Ginglymus (sendi engsel).
Dataran sendi yang satu convex cylindris yang lain berupa cekungan yang sesuai. Gerakannya hanya pada satu bidang, seperti gerakan engsel pada pintu. Jadi bersifat uniaxial dengan sumbu gerak transversal. Misalnya : sendi siku.
4) Articulatio trochoidea (pivot joint).
Sendi ini terdiri atas suatu proses yang dapat berputar dalam suatu cincin, atau sebaliknya cincinnya yang berputar terhadap poros. Cincin ini sebagian dibentuk oleh tulang, sebagian lagi oleh ligamentum.
Contoh : Pada articulatio radioulnaris proximalis, cincin dibentuk oleh incisura radialis ulnae dan lig. annulare. Pada articulatio atlanto-epistrophei/atlantoaxialis, cincin dibentuk oleh arcus anterior atlantis  dan lig. transversum atlantis. Sumbu geraknya 1 yaitu (sumbu vertical (longitudinal) yang hanya memungkinkan gerak rotasi saja.
5) Articulatio Solaris (sendi pelana).
Pada tulang yang satu, facies articularisnya concaf dalam 1 arah dan convex dalam arah yang tegak lurus arah pertama, sedang permukaan sendi/yang lain convexnya sesuai dengan tulang pertama.
Mempunyai 2 sumbu gerak yaitu :
- sumbu transversal.
- sumbu sagittal.
Contoh : Articulatio carpo metacarpea I.
6) Arthrodia (articulatio plana; sendi irregulair).
Permukaan sendi disini bentuknya irregulair, pada umumnya datar atau melengkung sedikit. Hanya memungkinkan gerak menggelincirnya, jadi bersifat non axial.
Gerakan disini pada umumnya dibatasi oleh ligamentum dan tonjolan tulang di sekeliling persendian.
Contoh : Articulatio intercarpea, articulatio intertarsea, sendi antara processus articularis vertebrae.
Catatan :
Pada sendi-sendi di atas, permukaan sendinya adalah congruent. Artinya permukaan sendi tulang yang satu adalah sama bentuk dan  lengkungnya dengan permukaan sendi tulang yang satunya lagi.

B. ARTHROLOGI KHUSUS
Berdasarkan letaknya pada rangka manusia, sendi dibagi-bagi menjadi :
·    Juncturae ossium skeleton trunci : articulatio atlantoaxialis, articulatio Intervertebralis, articulatio lumbosacralis, articulatio costovertebralis, dan articulatio sternocostalis.
·    Cingulum membri superioris: articulatio sternoclavicularis, articulatio acromioclavicularis.
·    Junctura membri superioris liberi terdiri atas : articulatio humeri, articulatio cubiti, articulatio radioulnaris, articulatio radiocarpea, articulationes manus.
·    Cingulum membri inferiori, terdapat dalam bentuk: articulatio sacroilliaca, dan symphysis ossium pubis.
·    Juncture membri inferiori liberi terdiri atas : articulatio coxae, articulatio genu, articulatio tibiofibularis, articulatio talocruralis, articulationes pedis.

Berikut ini secara spesifik akan dibicarakan mengenai bermacam-macam hubungan tulang, jenis persendian dan gerakan yang mungkin terjadi.
  1. Articulatio atlantooccipitalis : dibentuk oleh kedua condylus occipitalis dengan kedua fovea articularis superior atlas. Sendi atlantooccipitalis termasuk type sendi ellips (articulatio ellipsoidea).

Gambar 3.2. Articulatio Atlantooccipitalis
2.Articulatio atlantoepistropica/ atlantoaxialis, dibentuk oleh :
  1. articulatio antara facies articularis inferior atlas dan facies superior axis / epistrophei
  2. articulatio antara fovea dentis atlas dan facies articularis anterior dentalis axis / epistrophei
vertebrae 4 rev 3
Gambar 3.3. Articulatio Atlantoepistropica/ Atlantoaxialis
Articulatio atlantooccipitalis dan articulatio atlantoaxialis bersama-sama merupakan suatu articulatio spheroidea. Kemudian gerak yang terjadi padanya, merupakan juga kemungkinan gerak kepala, yaitu :
o   Anteflexi dan retroflexi : terjadi pada articulatio atlantooccipitalis dengan sumbu gerak transversal.
o   Lateroflexi : terjadi pada articulatio atlantooccipitalis dengan axis gerak sagittal.         
o   Rotasi : terjadi pada articulatio atlantoaxialis, dengan sumbu gerak vertical, 
o   Circumduksi

3. Articulatio intervertebralis
Articulatio intervertebralis dibentuk oleh hubungan antara vertebra satu dengan lainnya. Terdapat dua macam hubungan, yaitu :
·         Termasuk synarthrosis adalah :
   hubungan antara corpus vertebra yang berbatasan.
   hubungan antara lamina arcus vertebra yang berbatasan.
   hubungan antara processus spinosus yang berbatasan,
   hubungan antara processus transversus yang berbatasan.

·         Termasuk diarthrosis (junctura synovialis) adalah : hubungan antara processus articularis vertebra yang berbatasan melalui :
   lig. longitudinale antersus dan posterius (hubungan ini termasuk syndesmosis).
   discus intervertebratalis (hubungan ini termasuk symphysis). Tiap discus intervertebralis terdiri atas nucleus pulposus dan annulus fibrosus
vertebrae 4 rev 2
Gambar 3.4. Articulatio Intervertebralis
Gerakan yang mungkin terjadi di dalam articulatio intervertebralis ialah gerakan menggelincir. Di daerah leher, facies articularis inferior menggelincir ke ventral atau ke dorsal, terhadap facies articularis superior, sehingga dapat terjadi gerakan anteflexi atau retroflexi columna vertebralis di daerah leher dengan axis gerak transversal (frontal-horizonta1).
Kemungkinan lain yaitu, facies articularis inferior kanan menggelincir ke ventral, sedang facies articularis inferior kiri menggelincir ke dorsal dan sebaliknya. Dengan demikian terjadi gerakan memutar atau rotasi, terhadap axis gerak yang terletak pada planum medianum, dan tegak lurus bidang yang melalui facies articularis tersebut (kanan dan kiri).
Gerak rotasi pada masing-masing articulatio intervertebralis di daerah leher ini akan menghasilkan gerak lateroflexi leher. Oleh karena facies articularis cularis superior di sini juga sedikit menghadap ke medial, maka gerak latero flexi leher selalu disertai dengan rotasi leher. Jadi gerakan rotasi atau lateroflexi yang murni tidak mungkin dilakukan di leher.
Di daerah thorax, semua gerakan pada articulatio intervertebralis dibatasi untuk tidak mengganggu respirasi. Oleh karena sepasang facies articularis (kanan dan kiri) dianggap membentuk suatu segmen bola dengan pusat kira-kira pada linea mediana dataran ventral corpus vertebrae, maka kemungkinan gerak columna vertebralis di daerah thoracal adalah :
- flexi dan extensi (pada sumbu gerak transversal).
- lateroflexi (pada sumbu sagittal).
- rotasi (pada sumbu vertical).
Gerakan di atas adalah hasil penjumlahan gerak menggelincir yang terjadi pada masing-masing articulatio intervertebralis di daerah thorax.
Flexi di sini hanya sedikit oleh karena facies articularis superior hanya sedikit sekali mengarah ke cranial.
Extensi (retroflexi) juga terbatas oleh karena processus articularis inferior akan mengenai lamina arcus vertebrae di bawahnya dan processus spinosus akan tertahan juga oleh processus spinosus di bawahnya.
Lateroflexi dapat terjadi secara bebas, tetapi dibatasi oleh adanya costae dan sternum, terutama di daerah vertebrae thoracicae bagian atas. Gerak rotasi di bagian thoracal columna vertebralis adalah yang paling bebas daripada ketiga gerak tersebut di atas.
Di daerah lumbal oleh karena dianggap axis vertical melalui ujung processus spinosus, maka rotasi yang bergerak paling luas adalah tepi ventral corpus vertebrae.
Masing-masing corpus vertebrae, satu sama lain dihubungkan oleh suatu dis­cus intervertebralis, sehingga kemungkinan gerak rotasi ini hanya sedikit.
Facies articularis superior dan inferior pada processus articularis verte­brae lumbalis, tidak berapposisi rapat satu sama lain, jadi agak renggang. Maka kemungkinan sedikit gerak rotasi, yang segera akan dihambat oleh terkuncinya facies articularis superior dan inflexi satu sama lain. Apposisi facies articularis superior dan inferior yang tidak rapat satu sama lain ini, juga memungkinkan sedikit lateroflexi, anteflexi dan retroflexi dapat terjadi secara bebas di daerah lumbal. Terutama terletak antara lumbalis III - IV dan IV - V, dimana lengkung lumbalnya paling tajam.

Articulatio lumbosacralis
Bentuk sendi dan gerakan-gerakan pada articulatio antara vertebra lumbalis V dan os sacrum adalah sejenis dengan sendi-sendi antar lumbal lainnya.
Discus intervertebralis di sini paling tebal, sehingga gerakan yang mungkin terjadi di sini lebih bebas dari pada antara 2 vertebrae lumbalis lainnya. Oleh karena tulang yang berhubungan di sini (corpus vertebrae lumbalis dan os sacrum), lebih pipih dalam arah sagittal, maka gerak anteflexi dan retroflexi lebih bebas dari pada lateroflexi.
Waktu bangun dari posisi duduk, terjadi retroflexi columna vertebralis pada sacrum. Waktu duduk pada posisi berdiri, terjadi anteflexi.
Processus articularis inferior vertebra lumbalis V terpisah jauh dari processus ossis sacrii, sehingga gerak rotasi lebih bebas terjadi di sini.

vert rev
Gambar 3.5. Articulatio Lumbosacralis

Bila tulang belakang kita pandang sebagai satu kesatuan, gerakan-gerakannya menyerupai gerakan-gerakan yang mungkin terjadi pada suatu sendi spheroid, yaitu :
1) Anteflexi :
Gerakan membungkuk ke depan bawah.
Axis geraknya adalah transversal. Dapat terjadi pada semua bagian columnus vertebralis, namun di regio cervical gerakan ini paling luas. Anteflexi secara berlebihan dari columna vertebralis, dihambat terutama oleh lig. longitudinale posterius dan juga oleh ketegangan otot extensor di punggung.
2) Retroflexi (extensi).
Axis gerakannya transversal juga. Bebas terjadi di daerah cervical dan lumbal, namun terbatas sekali di daerah thoracal.
Retroflexi berlebihan dihambat oleh lig. longitudinale anterius dan processus spinosus vertebrae.
Khusus di daerah thoracal, lig. longitudinale anterius tebal dan processus spinosusnya panjang, lebih miring ke arah caudal. Dapat dimengerti bila retroflexi di sini terbatas sekali.
3) Lateroflexi
Gerakan menekuknya badan ke samping. Sumbu geraknya sagittal. Bebas terjadi di daerah cervical dan lumbal, terutama daerah lumbal. Di daerah thoracal dibatasi oleh adanya costae dan sternum.
4) Rotasi
Gerak memutar dari columna vertebralis pada bidang gerak horizontal, dengan sumbu geraknya vertikal.
Arah rotasi (ke kanan atau ke kiri) ditentukan dengan melihat arah pemutaran bagian ventral atas columna vertebralis terhadap bagian ventral bawahnya.
Jadi misalkan pelvis dan tungkai memutar ke kiri, tanpa memutar tubuh bagian atas, dikatakan terjadi rotasi ke menuju columna vertebralis. Rotasi bebas terjadi di daerah cervical dan thoracal. Di daerah lumbal hampir tak ada gerak rotasi.
5) Circumduksi
Gerakan circulair dari bagian atas badan terhadap bagian bawah badan yang merupakan gerak kombinasi anteflexi, retroflexi, dan lateroflexi.
  1. Articulatio capitis costae
Articulatio capitis costae dibentuk oleh fovea costalis inferior dan superior vertebrae dengan caput costae.
  1. Articulatio costotransversaria
Dibentuk oleh fovea articularis transversalis dengan tuberculum costae.

vertebrae1
Gambar 3.6. Articulatio Capitis Costae dan Costotransversaria

  1. Articulatio sternocostalis
Articulatio sternocostalis adalah sendi yang dibentuk oleh cartilago costalis 2 sampai 7 dengan incisura costalis 2 sampai 7 sternum.



7.      Articulatio Sternoclavicularis
                Articulatio sternoclavicularis adalah persendian antara sternum dan claviculae yang dibentuk oleh incisura jugularis sternum, extremitas sternalis claviculae dan cartilago costae 1.
Di antara kedua facies articularisnya terdapat suatu discus articularis, yang dapat lebih menyesuaikan kedua facies articularis incongruent tadi membagi cavum articulare menjadi dua: Capsula articularis di sini bersifat longgar, sehingga gerakan lebih bebas.
Articulatio sternoclavicualris fungsionil bersifat articulatio spheroidea, dengan axis-axis yang berjalan :
- craniocaudal (vertical).
- ventrodorsal (sagittal).
- lateromedial (longitudinal).
sternococlav

Gambar 3.7. Articulatio Sternocostalis dan sternoclavicularis

Maka extremitas acromialis claviculae dapat digerakkan ke ventral dan dorsal, ke cranial dan caudal. Claviculae dapat dirotasikan seluas ± 22°
Gerakan ke cranial dan caudal tidak seluas ke ventral dan dorsal, sehingga pada circumduksi, ektremitas acromialis claviculae tidak membentuk suatu lingkaran, melainkan suatu ellips dengan sumbu panjang ke arah ventrodorsal.

8. Articulatio Acromioclaviculris
    Articulatio acromioclaviculris adalah persendian antara claviculae dan acromion  yang dibentuk oleh acromion scapulae dan extremitas acromialis claviculae. Termasuk type sendi arthrodia. Facies articularisnya kecil dan rata, dilapisi fibrocartilago. Di antara kedua articularisnya terdapat discus articularis yang hanya memisahkan sebagian saja ke-2 permukaan sendi. Seringkali discus ini tidak ada.
Articulatio acromioclavicularis bersifat articulatio spheroidea (morphologia termasuk arthrodia dengan kemungkinan gerakan hanya menggelincir).
Terhadap axis craniocaudal, terjadi gulingan ke lateral dan reduksi gulingan ke lateral dari pada scapulae.
Terhadap axis ventrodorsal, terjadi gerak rotasi ke atas dan ke bawah. Terhadap axis lateromedial (transversal), terjadi gerak mengguling ke atas dan reduksi gulingan ke atas.

Gerakan-gerakan pada  cingulum superioris
Untuk menyatakan gerakan-gerakan pada cingulum membri superioris (articulatio acromioclavicularis dan articulatio sternoclavicularis), kita memakai istilah gerakan-gerakan untuk scapulae, yaitu :
1) Elevasi
Gerakan ke cranial dari scapulae dalam bidang frontal dengan margo vertebralis tetap sejajar columna vertebralis.
Contoh : gerakan mengangkat bahu.
2) Depressi.
Kembalinya dari posisi elevasi. Tak ada gerakan depressi lebih ke bawah daripada posisi normal.
3) Abduksi (protaksi)
Gerakan ke lateral daripada scapulae, menjauhi linea mediana (pada bi­dang frontal), dengan margo vertebralis tetap sejajar columna vertebralis. Gerakan abduksi murni boleh dikatakan tidak pernah terjadi. Gerakan ini selalu disertai gerakan mengguling ke lateral, yaitu gerakan memutar scapulae dengan axis vertical, sedemikian sehingga margo axilaris bergerak ke depan dan margo vertebralis bergerak ke belakang sedikit.
Abduksi murni tidak mungkin disebabkan 2 faktor :
§  Bentuk dinding thorax yang melengkung.  
§  Scapulae berhubungan dengan claviculae, yang bergerak ke depan pada sendi sternoclavucularis dengan axis vertical.
4) Adduksi (retraksi).
Gerakan scapulae mendekati linea mediana, pada umumnya berkombinasi dengan gerak reduksi gulingan ke lateral.
5) Mengguling ke atas.
Gerakan scapulae pada axis transversal, sedemikian hingga facies posteriornya menghadap ke craniodorsal. Gerakan ini disertai dengan gerakan rotasi daripada claviculae, pada sumbu longitudinalnya (transversal hanya terjadi bersama dengan retroflexi humerus.
6) Reduksi gulingan ke atas.
Kembalinya dari gulingan ke atas.
7) Rotasi ke atas.
Gerak rotasi scapulae pada bidang frontal, sedemikian sehingga angulus inferiornya memutar ke atas lateral.
Rotasi ke atas selalu disertai dengan elevasi humerus.
Dari gerakan-gerakan di atas jelas bagi kita bahwa cingulum membri superioris yang berhubungan dengan caput humeri dengan perantaraan cavitas glenoidalis scapulae, mempunyai peranan penting dalam memperluas gerakan membrum superius.
Selain itu cingulum ini juga berfungsi untuk menggantungkan anggota gerak atas kita.

9. Articulatio Humeri
Articulatio humeri adalah persendian antara cingulum extremitatum superior dan lengan atas atau disebut juga sendi bahu. Sendi ini dibentuk oleh cavitas glenoidalis scapulae dengan caput humeri.
Hubungan antara cingulum membri dengan superioris dan lengan atas diadakan oleh articulatio humeri. Sendi ini dibentuk oleh caput humeri dan cavitas glenoidalis scapulae. Caput humeri berbentuk setengah bola, cavitas glenoidalis berbentuk suatu cekungan yang dangkal. Dengan adanya labrum glenoidale yang melekat pada pinggir cavitas glenoidalis, cekungan ini diperdalam. Labrum glenoidale terdiri atas fibrocartilago.
Melihat bentuk permukaan sendinya, seperti telah dijelaskan di atas, maka articulatio humeri mempunyai morphologis type articularis spheroidea. Capsula articularisnya longgar, melekat sekeliling cavitas glenoidelis di sebelah luar labrum glenoidale pada collum anatomicum humari.
                
lengan rev
Gambar 3.8. Articulatio Acromioclavicularis dan Articulatio Humeri
Sendi bahu mempunyai 3 axis gerak, maka gerakan yang mungkin di sini ialah
o   Anteflexi dan retroflexi (axis transversal).
o   Abduksi dan adduksi (axis sagittal).
o   Exorotasi dan endorotasi (axis vertical).
o   Circumduksi.

10. Articulatio Cubiti
Articulatio cubiti adalah persendian antara lengan atas dan lengan bawah atau disebut juga sendi siku. Articulatio cubiti terdiri dari tiga macam hubungan tulang, yaitu :
  1. Articulatio humeroulnaris
Dibentuk oleh trochlea humeri dan incisura trochlearis ulnae.
  1. Articulatio humeroradialis
Dibentuk oleh capitulum humeri dengan fovea capituli radii
  1. Articulatio radioulnaris proximalis
Dibentuk oleh incisura radialis ulnae dan circumferentia articularis capituli radii

Articulatio humeroradialis dan humeroulnaris, bersama-sama  membentuk suatu sendi yang termasuk type ginglymus, dengan axis gerak transversal. Kemungkinan geraknya hanya hanya flexi dan extensi.
Bila ditinjau satu persatu, morphologis articulatio humeroulnaria adalah articulatio type ginglymus, sedang articulatio humeroradialis adalah articulatio spheroidea. Akan tetapi pada sendi humeroradialis ini hanya mungkin terjadi gerakan terhadap axis vertical dan axis transversal. Gerak pada axis sagittal yaitu abduksi dan adduksi, adalah tidak mungkin karena radius diikat terhadap ulna (dengan perantaraan ligamenta dan membrana interossea).
Kedua sendi dari articulatio cubiti, juga articulatio radioulnaris proximalis, dibungkus oleh capsula articularis epicondylihumeri dan olecranon berada di luar capsula.  
Articulatio radioulnaris proximalis merupakan articulatio trochoidea, dimana circumferentia articularis radii berupa poros yang dapat berputar terhadap cincin yang dibentuk oleh incisura radialis dan sebagian lig. anulare. Lig. anulare radii adalah ligamentum yang melingkungi caput radii dan melekat pada pinggir anterior dan posterior incisura radialia ulnae, dengan demikian mempertahankan caput radii tetap berada dalam incisura radialis. Sendi ini tidak mempunyai capsul tersendiri, melainkan terdapat dalam capsul sendi siku.
Kemungkinan gerak di sini adalah rotasi, terhadap sumbu longitudinal melalui pusat fovea caput radii.

lengan rev
Gambar  3.9. Articulatio Cubiti
11. Articulatio Radiocarpea
Articulatio Radiocarpea adalah persendian antara lengan bawah dan tangan (pergelangan tangan). Sendi ini adalah sendi ovoid (articulatio ellipsoidea), dibentuk oleh facies articularis carpea radii dan discus articularis pada ujung distal ulna, dengan deretan proximal tulang carpal (os scaphoideum, os lunatum, os triquetrum). Facies articularis carpea dan discus articularis carpea dan discus articularis membentuk suatu permukaan sendi yang concav berbentuk oval dalam arah transversal. Sedang deretan ossa carpi yang proximal membentuk permukaan sendi yang convex.

Persendian atas rev 3                        
Gambar 3.10. Articulatio Radiocarpalis

Articulatio radiocarpalis/ radiocarpea mempunyai sumbu gerak transversal dan sagittal. Kemungkinan geraknya yaitu :
- volairflexsi tangan
- dorsoflexi tangan (extensi),
- abduksi (radialflexi).                                         ,
- adduksi (ulnairflexi).
- circumduksi.
Articulationes manus terdiri atas articulationes intercarpea dan articulatio mediocarpea.
Articulatio mediocarpea dibentuk oleh deretan proximal dan distal ossa carpii.
Sendi-sendi diantara masing-masing tulang carpal pada masing-masing deretan disebut articulatio intercarpea.
Persendian di sini termasuk articulatio plana, yang hanya memungkinkan gerak menggelincir. Akan tetapi secara total gerak ini menghasilkan suatu gerak seperti yang didapat pada sendi-sendi engsel, pada articulatio meddiocarpea.

12. Articulationes carpometacarpea dan Articulationes intermetacarpeae
Khas di sini ialah articulatio carpometacarpea pollicis. Dibentuk oleh tulang metacarpal I dan os trapezium. Termasuk sendi plana.
Axis gerakannya adalah axis transversal dan sagittal (terhadap dataran volair metacarpal) sehingga kemungkinan-kemungkinannya adalah sebagai berikut :
o   Extensi : gerakan ke arah radial menjauhi jari telunjuk.
o   Flexi : kembalinya dari gerak extensi.
o   Hyperflexi : gerakan ke medial dari pada ibu jari sehingga ibu jari berada di sebelah palmar tangan.
o   Abduksi : gerakan ke arah volair dari pada ibu jari, pada bidang tegak lurus telapak tangan.
o   Adduksi : kembalinya dari gerakan abduksi.
o   Circumduksi : gerakan inilah yang memungkinkan kita menyentuh jari-jari II s/d V dengan ujung ibu jari. Dikatakan merupakan kombinasi gerak abduksi dan hyperflexi.
Articulationes carpometacarpea yang lain bersifat arthrodial. Tulang-tulangnya dihubungkan oleh lig. carpometacarpea dorsalia dan palmaria.
Articulationes intermetacarpeae adalah sendi-sendi antara basis tulang metacarpal yang berbatasan. Termasuk sendi arthrodia. Terdapat dalam capsula articularis dari articulatio carpometacarpal.

13.  Articulationes metacarpophalangea.
Sendi ini menghubungkan basis phalanx proximalis dengan ujung distal metacarpal yang sesuai. Termasuk articulatio ellipsoidea. Caput metacarpal yang convex, oval sesuai dengan cekungan dangkal yang oval juga pada basis phalanx proximalis.
Sendi ini dibungkus capsula articularis, diperkuat oleh lig. colateralia pada sisinya.             
Kemungkinan gerak di sini :
o   Flexi : gerak jari mendekati telapak tangan,
o   Extensi : kembalinya dari gerak flexi. Seringkali dapat terjadi hyperextensi jari pada sebagian besar orang.
o   Abduksi : untuk jari-jari II, IV, V ini adalah gerakan menjauh dari jari tengah.             
o   Adduksi : kembalinya dari gerak abduksi. Untuk jari tengah, abduksi dikatakan sebagai radiaflexi, adduksi sebagai ulnairflexi.
Articulatio metacarpophalangeae jari I lebih mengarah ke type ginglymus, hingga ada gerakan flexi dan extensi saja.

14. Articulatio Interphalangea
Ini adalah sendi antara dua phalanx yang berdekatan, sehingga ada articulatio interphalangea proximalis dan distalis. Karena termasuk type ginglymus, jadi hanya ada gerak flexi dan extensi.
Mempunyai capsula articularis, dan diperkuat oleh lig. cullateralia.
Persendian atas rev
Gambar 3.11. Persendian pada Telapak Tangan

15. Articulatio sacroilliaca
Articulatio sacroilliaca sukar untuk diklasifikasikan. Mempunyai sedikit ruang sendi, akan tetapi tidak terdapat gerakan di sini. Gerakan pada panggul terjadi pada kedua articulatio coxae dan articulatio sacrum.
Sendi yang dibentuk oleh facies auricularis ossis sacri dan facies auricularis os illii ini, menurut beberapa buku dimasukkan dalam golongan sendi amphiarthrosis. Permukaannya ditutupi oleh cartilago yang tipis, Terutama pada umur lanjut, kedua permukaan sendinya dipisahkan oleh suatu suatium yang berisi cairan seperti synovia. Gerakan di sini boleh dikatakan tidak ada. Kecuali pada wanita hamil dimana ligamentum di sini menjadi longgar sehingga memungkinkan sedikit gerakan.  
Juncturae cinguli membri inferiores, selain berupa amphiarthrosis (articulatio sacroiliaca) juga berupa syndesmosis dan symphisis.
Berupa syndesmosis adalah hubungan antara sacrum dan os ischii. Hubungan antara kedua os pubis berupa symphysis dan disebut symphysis ossium pubis/ symphysis pubica.
pelvis

Gambar 3.12. Articulatio Sacroilliaca dan Symphysis Pubica
16. Articulatio coxae (sendi paha).
Sendi ini termasuk articulatio spheroidea dan dibentuk oleh caput femoris dan acetabulum. Cartilago hanya terdapat pada facies lunata. Acetabulum diperdalam oleh labrum acetabulare yang terdiri atas fibrocartilago. Labrum glenoidale ini melekat pada tepi acetabulum, kecuali pada incisura acetabulinya. Incisura acetabuli ini, dilingkungi oleh ligamentum transversum acetabuli, yang merupakan penyempurnaan dari lingkaran yang dibentuk oleh labrum acetabulare.
Oleh karena acetabulum menjadi lebih dalam dengan adanya labrum ini, caput femoris masuk ke dalamnya lebih dari separuh, maka sendi peluru disini dinamakan enarthrosis.
Capsula articularisnya kuat dan padat. Di sebelah cranial melekat pada pinggir acetabulum dan pinggir luar labrum, serta berhubungan dengan lig. transversum, di sebelah caudal melekat pada linea intertrochanterica (ventral). Di sebelah dorsal, perlekatannya lebih ke arah proximal.
Arthrologi bawah 1 rev
Gambar 3.13. Articulatio Coxae

Gerakan yang mungkin pada articulatio coxae ialah gerakan terhadap axis transversal, sagittal dan vertical.
Yaitu :
- flexi dan retroflexi.
- abduksi dan adduksi.
- endorotasi dan exorotasi.
- circumduksi.


17. Articulatio genu (sendi lutut)
Sendi ini dimasukkan dalam type ginglymus, dengan satu axis gerak trans­versal. Tetapi sebenarnya strukturnya lebih kompleks. Dapat dianggap terdiri atas 3 sendi yaitu :
o   articulatio condylaris : antara 2 condyli femoris dengan condyli tibiae yang sesuai, bersama miniscinya.
o   sendi antara patellae dan femur : sebagian merupakan arthrodia oleh karena permukaan sendinya yang incongruent, gerakan menggelincir di sini tidak sempurna.
Arthrologi bawah
Gambar 3.14. Articulatio Genus

Articulatio genus terdiri dari beberapa hubungan tulang, yaitu :
·                     Articulatio femoropatellaeris
·                     Articulatio meniscofemoralis lateralis
·                     Articulatio meniscofemoralis medialis
·                     Articulatio meniscotibialis lateralis
·                     Articulatio meniscotibialis medialis


Gerakan yang mungkin di sini ialah flexi dan extensi.
Pada kedudukan flexi tanpa beban juga dapat endorotasi dan exorotasi. Gerakan flexi/extensi di sini berbeda dengan pada sendi engsel yang khas misalkan sendi siku. Disebabkan oleh karena axis transversal di sini berpindah ke depan selama extensi dan ke dorsal selama flexi. Condylus femoris dapat dianggap berbentuk cylinder. Axis kedua cylinder, membentuk sudut ke arah dorsal. Dataran cylinder di sini agak melengkung dalam arah sagittal, jari-jarinya makin ke dorsal makin pendek, sehingga pada penampang sagittal nampak gambaran sebagai spiral.

18. Articulatio tibiofibularis
Hubungan antara tibia dan fibula terdiri atas:
o   articulatio tibio fibularis
Merupakan articulatio plana, yang dibentuk oleh condylus lateralis tibiae dan caput fibulae.
o   syndesmosis tibio fibularis
Dibentuk oleh facies medialis ujung distal fibula dan incisura fibularis tibiae.

19. Articulatio Talocruralis
Hubungan antara tungkai bawah dan kaki berupa articulatio talocruralis. Dibentuk oleh facies articularis inferior tibiae, facies articularis melleoli tibiae, facies articularis malleoli fibulae dan dataran atas talus yaitu: facies superior, facies malleolaris dan lateralis. Termasuk type sendi engsel (ginglymus). Kemungkinan geraknya adalah flexi dan extensi (dorsoflexi).

 20. Articulatio intertarsalia
Persendian pada kaki dibentuk oleh tulang-tulang tarsal, metatarsal, dan phalanges pedis, yaitu :
1.       Articulatio talocalcanea
2.       Articulatio talocalcaneonaviculare
3.       Articulatio talonaviculare
4.       Articulatio calcaneocuboidea
5.       Articulatio cuneonavicularis
6.       Articulatio intercuneiformis
7.       Articulatio cuneocuboidea
8.       Articulatio tasometatarsea
9.       Articulatio metatarsophalangealis
10.   Articulatio interphalangealis

Persendian antara tulang-tulang tarsal pada umumnya bersifat arthrodia dengan kemungkinan gerak menggelincir satu sama lain.
Yang dibentuk oleh persendian antara calcaneus dan cuboid, talus dan os naviculare geraknya lebih luas. Menghasilkan gerakan kaki yang disebut:
·         Inversi : kaki dalam keadaan dorsoflexi dan telapak kaki menghadap ke medial
·         Eversi  : kaki dalam keadaan plantarflexi dan telapak kaki menghadap ke lateral.

Arthrologi bawah2
Gambar 3.15. Persendian Tungkai Bawah

RANGKUMAN
·    Arthrologi ialah cabang llmu pengetahuan yang mempelajari tentang persendian (kata Yunani Arthron = sendi).
·    Hubungan tulang ada dua yaitu: SYNARTHROSIS dan DIARTHROSIS.
·    Contoh persendian yang termasuk di dalam juncturae ossium skeleton trunci : articulatio Atlantoaxialis, articulatio Intervertebralis, articulatio Lumbosacralis, articulatio Costovertebralis, dan articulatio Sternocostalis.
·    Hubungan antara tulang-tulang yang membentuk cingulum membri superioris: Articulatio Sternoclavicularis, articulatio acromioclavicularis.
·    Hubungan antara tulang pada junctura membri superioris liberi terdiri atas : Articulatio humeri, articulatio cubiti, articulatio radioulnaris, articulatio radiocarpea, articulationes manus.
·    Hubungan antara tulang-tulang yang membentuk cingulum membri inferiori, terdapat dalam bentuk : Articulatio sacroilliaca, dan symphysis ossium pubis.
·    Hubungan antara tulang pada juncture membri inferiori liberi terdiri atas : Articulatio coxae, articulatio genu, articulatio tibiofibularis, articulatio talocruralis, articulationes pedis.




BAB 4
BAB  IV
MYOLOGI

Standar Kompetensi : Memahami tentang myologi
Kompetensi Dasar :
  1. Menyebutkan nama otot bagian depan batang badan
  2. Menyebutkan nama otot bagian belakang batang badan
  3. Menyebutkan nama otot bahu
  4. Menyebutkan nama otot lengan atas
  5. Menyebutkan nama otot lengan bawah
  6. Menyebutkan nama otot tangan
  7. Menyebutkan nama otot pangkal paha
  8. Menyebutkan nama otot tungkai atas
  9. Menyebutkan nama otot tungkai bawah
  10. Menyebutkan nama otot kaki

A. MYOLOGI UMUM

Myologi berasal dari bahasa Yunani yaitu:
-          Myo berarti otot
-          Logia berarti ilmu
Jadi myologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang otot-otot dan struktur yang ada hubungannya dengan otot.
Sifat dari otot yang menyolok adalah sifat kontraktil. Otot berkontraksi karena adanya prikkel (rangsang) dari pusat.
Secara garis besar sel otot dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
  • Otot Polos (otot otonom)
Disebut otot polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis-garis melintang.
Otot polos ini berkontraksinya perlahan dan dapat mempertahankan kontraksinya untuk waktu yang lama dengan menggunakan energi  yang sedikit. Otot ini bekerja tanpa kemauan kita maka dinamakan juga otot-otot tak sadar. Otot polos ini terdapat pada dinding usus, pembuluh darah, kandung kencing, rahim dll.
Pict0001
Gambar 4.1. Gambaran Mikroskopis Otot Polos
  • Otot Seran lintang / otot lurik
Disebut otot seran lintang atau lurik karena di dalam protoplasmanya terdapat garis-garis melintang.
Otot seran lintang ini cepat berkontraksi, tetapi cepat pula melemasnya. Otot ini bekerja atas kemauan kita sehingga otot ini dinamakan otot-otot sadar.
Otot seran lintang ini umumnya melekat pada kerangka sehingga disebut juga dengan otot kerangka.
Pict0001
Gambar 4.2. Gambaran Mikroskopis Otot Seran Lintang
  • Otot Jantung.
Otot Jantung ini berseran lintang tetapi bekerjanya tanpa kemauan kita. Jadi otot ini merupakan bentuk antara otot polos dan otot seran lintang. Otot jantung ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri.
Pict0001
Gambar 4.3. Gambaran Mikroskopis Otot Jantung

1. Otot Seran Lintang / Otot Kerangka
Otot kerangka mempunyai 2 bagian, yaitu
·         Empal / Venter
Serabut-serabut otot berkelompok menjadi satu berkas yang dilapisi jaringan ikat yang tipis yang disebut perimysium internum atau perimysium tingkat I.
Beberapa perimysium tingkat I berkelompok menjadi satu rombongan yang diselubungi oleh jaringan ikat lagi yang dinamai perimysium tingkat II. Begitu seterusnya sampai tingkat III, tingkat IV, sampai empal dilapisi jaringan ikat yang paling luar disebut perimysium externum atau disebut juga fascia (otot).
·         Urat = Tendo
Otot tidak langsung melekat pada tulang-tulang, tetapi melekat melalui urat-urat (tendo/tendon) di kedua ujung sebagai perantaranya. Tendo ini merupakan jaringan ikat yang kuat sekali, lebih kuat daripada otot itu sendiri. Warnanya putih berkilat seperti perak. Tendo inilah yang melekat pada tulang, tonjolan-tonjolan tulang atau garis pada tulang. Bentuknya menyerupai bentuk otot dan mempunyai selubung juga.
Tendo-tendo dibedakan menjadi 2 macam yaitu origo dan insertio. Origo adalah tendo yang melekat pada bagian rangka yang tetap (tidak banyak geraknya), seolah-olah merupakan pangkal dari otot itu. Insertio adalah tendo yang melekat pada bagian rangka yang banyak bergerak, jadi merupakan ujung dari otot itu.
otot1 rev
Gambar 4.4. Otot, Tendo, dan Penampang Lintang Otot Lurik
2. Fungsi utama
1.      penggerak
2.      pembentuk postur
3.      penghasil panas
3. Struktur otot
1.      Jaringan otot terkecil, yaitu sabut otot (muscle fibers)
2.      Masing-masing dipisahkan oleh jaringan halus yang terdiri dari: jaringan ikat Retikuler dan beberapa kolagen elastis  ENDOMYSIUM
3.      12 sampai dengan 50 sabut otot disatukan menjadi berkas atau fasikulus yang masing-masing dipisahkan PERIMYSIUM
4.      Seluruh otot dibungkus oleh jaringan ikat EPIMYSIUM
Picture1
Gambar 4.5. Penampang Lintang Otot dan Sel Otot Lurik
4. Nama otot
Setiap nama menerangkan satu atau lebih ciri-ciri otot
1.      Kerjanya ; flexor, extensor, adductor dll.
2.      Arah serabut : rectus, tranversus
3.      Lokasi : tibialis, femoris
4.      Jumlah penyusun otot : bicep, tricep
5.      Bentuk : deltoideus, trapezius, quadratus
6.      Titik ikatannya : sternocleidomastoideus

5. Macam-macam bentuk otot
a.      Menurut Bentuknya
1) Seperti kumparan
Gambar 4.6. Otot Berbentuk Kumparan
2) Seperti kipas
Gambar 4.7. Otot Berbentuk Kipas

3) Berbentuk pipih (picak)
v  Pipih panjang
Gambar 4.8. Otot Berbentuk Pipih Panjang

v  Pipih lebar
Gambar 4.9. Otot Berbentuk Pipih Lebar



b.      Menurut jalannya serabut-serabut otot
1)      Berserabut sejajar
Gambar 4.10. Otot Berserabut Sejajar

2) Berserabut seperti kipas
Gambar 4.11. Otot Berserabut Seperti Kipas

3) Berserabut melingkar
Gambar 4.12. Otot Berserabut Melingkar




4) Berserabut seperti bulu ayam:
·         Otot berbulu dobel
Gambar 4.13. Otot Berserabut Dobel

·         Otot berbulu sebelah
Gambar 4.14. Otot Berserabut Sebelah
·         Otot berbulu majemuk
Gambar 4.15. Otot Berserabut Majemuk



c.       Macam-macam bentuk otot yang lain
1.      Otot berperut dua atau lebih
Gambar 4.16. Otot Berperut Dua

2)      Otot berkepala dua atau lebih
Gambar 4.17. Otot Berkepala Dua

3)      Otot bergigi atau berbentuk gergaji
Gambar 4.18. Otot Berbentuk Gergaji



B. SUSUNAN OTOT ANGGOTA BADAN ATAS
1. Otot-otot dari Bagian Belakang Batang Badan
a. M. trapezius:
o. protuberentia occipitalis externa, linea nuchalis superior, septum nuchae, processus spinosus vertebrae prominens, processus spinosi semua vertebrae thoracales.
i.  pars descendens dari bagian kranial septum nuchae pada extremitas acromialis claviculae.
Pars ascendens dari vertebrae thoracales yang bawah pada tepi bawah spina scapulae.
Gambar 4.19. M. trapezius
b.  Mm. rhomboidei minor et major:
o. processus spinossus spinosi vertebrae cervicales VI dan VII (minor)
Processus spinosi vertebrae thoracales I – IV (major)
i. margo vertebralis scapulae mulai dari basis spina scapulae.
c.         M. Levator scapulae:
o. tubercula posteriores processus transversi vertebrae cervicales I – IV
i. angulus medialis scapulae
Gambar 4.20. Mm. rhomboidei minor et major & M. Levator scapulae

d.      M. Latissimus dorsi:
o. Processus spinosi vertebrae Thoracales VII – XII
     lamina superficialis fasciae lumbodorsalis, crista iliaca,        costae X – XII
i.  Crista tuberculi minoris
Gambar 4.21. M. Latissimus dorsi

2.      Otot-otot dari bagian depan batang badan:
a.  M. Subclavius:
  o. ujung medial iga I bagian tulang
  i. permukaan bawah claviculae sepanjang sulcus subclavius.
b. M. Pectoralis minor:
o. costae III – V
i. processus coracoideus scapulae.
Gambar 4.22. M. Subclavius dan  M. Pectoralis minor
c.       M. Serratus anterior:
o. costae I – VIII
i. margo vertebralis scapulae

      Gambar 4.23. M. Serratus anterior
d.      M. pectoralis major:
o. pars clavicularis pada extrimitas sternalis claviculae
    pars sternalis pada sternum dan rawan iga I – VI
    pars abdominalis pada vagina m. recti abdominis
i. crista tuberculi majoris
Gambar 4.24. M. Pectoralis mayor
e.      M. Rectus abdominis
a.    permukaan luar cartilago costae 5 sampai 7 dan processus xiphoideus
i.    sisi kranial os pubis antara tuberculum pubicum dan symphysis pubis
Gambar 4.25. M. Rectus abdominis

f.        M. obliquus externus abdominis
o. dengan 7-8 ujung insersio berotot dari permukaan luar iga ke 5 sampai 12
i.    bertendo lebar pada lig. Inguinale dan vagina musculi recti abdominis
Gambar 4.26. M. Obliquus externus abdominis
g.       M. obliquus internus abdominis
o. linea intermedia crista iliaca , fascia thoracolumbal, 2/3 lateral lig. inguinale
i.    sisi kaudal ketiga iga sebelah kaudal , linea alba bertendo, berfungsi membentuk vagina musculi recti abdominis
 
Gambar 4.27. M. Interossei dorsalis

h.      M. transversus abdominis
o. permukaan dalam cartilago 6 iga sebelah kaudal, processus transversus, labium internum crista iliaca, sepertiga lateral lig. inguinale
i. vagina musculi recti abdominis
Gambar 4.28. M. Tranversus abdominus

3.      Otot-otot bahu
a. M. Deltoideus:
     o. extremitas acromialis claviculae, acromion
     i. tuberositas deltoidea humeri
Gambar 4.29. M. Deltoideus
b. M. Supraspinatus:
     o. fossa supraspinata scapulae
     i. tuberculum majus humeri bagian atas
c. M. Infraspinatus:
     o. fossa infraspinata sacpulae
     i. tuberculum majus humeri bagian tengah

Gambar 4.30. M. Supra dan infraspinatus
d. M. Teres minor:
     o. margo axillaris scapulae
     i. tuberculum majus humeri bagian bawah
e. M. Teres major:
     o. margo axillaris dan angulus inferior scapulae
     i. crista tuberculi minoris humeri
Gambar 4.31. M. Teres mayor dan minor
f. M. Subscapularis:
     o. facies costalis scapulae
     i. tuberculum minus humeri
Gambar 4.32. M. Subscapularis
4.      Otot-otot lengan atas
a. M. Biceps brachii:
     o. caput longum: tuberositas supraglenoidalis
         caput breve: processus coracoideus scapulae
     i. tuberositas radii
Gambar 4.33. M. Biceps brachii
b. M. Coracobrachialis:
     o. processus coracoideus
     i. pertengahan humerus
c. M. Brachialis:
 o. pertengahan humerus, mencakup insersi m. deltoideus
 i. tuberositas ulnae
Gambar 4.34. M. Coracobrachialis dan M. Brachialis
d. M. Triceps brachii
o.    caput longum : tuberculum infraglenoidale
       caput mediale : facies posterior humerus
       caput laterale           : facies posterior humerus
     i. olecranon
Gambar 4.35. M. Triceps Brachii
5.      Otot lengan bawah
a. M. Pronator teres:
     o. caput humerale: epicondylus medialis humeri
         caput ulnare: processus coronoideus
i.        tuberositas pronatoria pada pertengahan pinggir lateral radius
b. M. Supinator:
     o.  epicondylus lateralis humeri
          lig. Collaterale laterale
          lig. Anulare radii
          crista supinatoria ulnae
i.        radius diatas insersi m. pronator teres
c. M. Pronator quadratus:
     o. facies volaris ulnae bagian distal
            i. facies volaris radii bagian distal
Gambar 4.36. M. Pronator teres, M. Pronator quadratus, dan M. Pronator teres

d. M. Flexor carpi radialis:
     o. epicondylus medialis humeri
     i. basis pada ossium metacarpalium II dan III
Gambar 4.37. M. Flexor carpi radialis dan M. Palmaris longus


e. M. Palmaris longus:
     o. epicondylus medialis humeri
     i. aponeurosis palmaris
f. M. Flexor carpi ulnaris:
    o. caput humerale: epicondylus medialis humeri
        capul ulnare: pinggir dorsal ulna
     i. os pisiforme
Gambar 4.38. M. Flexor carpi ulnaris

g. M. Flexor digitorum profundus:
     o. facies volaris ulnae
         membrana interosea
     i. basis phalanx terakhir jari II – V
Gambar 4.39. M. Flexor digitorum profundus
h. M. Flexor pollicis longus:
     o. facies volaris radii
         membrana interossea
     i. basis phalanx terakhir ibu jari
Gambar 4.40. M. Flexor pollicis longus

i. M. Brachioradialis:
     o. pinggir radial humerus
         septum intermuscularis lateral
     i. processus styloideus radii
Gambar 4..41. M. Brachioradialis
j. M. Extensor carpi radialis longus:
     o. seperti m. brachioradialis
     i. basis ossis metacarpalis II
Gambar 4.42. M. Extensor carpi radialis longus

k. M. Extensor carpi radialis brevis:
     o. epicondylus lateralis humeri
     i. basis ossis metacarpalis III

l. M. Extensor carpi ulnaris:
     o. epicondylus lateralis humeri
         facies dorsalis ulnae
      i. basis ossis metacarpalis V

Gambar 4.43. M. Extensor carpi radialis brevis dan M. Extensor carpi ulnaris
m. M. Anconeus:
     o. epicondylus lateralis humeri
        permukaan belakang simpai sendi articulatio Cubiti
     i. permukaan lateral olecranon
        facies dorsalis ulnae
Gambar 4.44. M. Anconeus
n. M. Extensor digitorum communis:
     o. epicondylus lateralis humeri
         fascia antebrachii
      i. aponeurosis dorsalis jari II - V
o. M. Extensor digiti minimi:
o. bersatu erat dengan origo m. extensor digitorum communis
      i. aponeurosis dorsalis  jari V
Gambar 4.45. M. Extensor digitorum communis dan M. Extensor digiti minimi

p. M. Abductor pollicis longus:
     o. facies dorsalis ulnae et radii
         membrana interossea antebrachii
      i. basis ossis metacarpalis I
Gambar 4.46. M. Abductor pollicis longus

q. M. Extensor pollicis brevis:
     o. facies dorsalis radii
         membrana interossea antebrachii
i.         basis phalanx pertama ibu jari
r. M. Extensor pollicis longus:
     o. facies dorsalis ulnae
         membrana interossea antebrachii
      i. basis phalanx terakhir ibu jari
Gambar 4.47. M. Extensor pollicis brevis dan longus

s. M. Extensor indicis :
     o. facies dorsalis ulnae
         membrana interossea antebrachii
      i. aponeurosis dorsalis telunjuk

Gambar 4.48. M. Extensor Indicis
6. Otot-otot tangan
a. M. Abductor pollicis brevis:
     o. lig. Carpi transversum
         tuberositas ossis navicularis
         urat m. abductor pollicis longus
      i. sisi lateral basis phalanx proksimal ibu jari
Gambar 4.49. M. Abductor pollicis brevis




b. M. Opponens pollicis:
     o. lig. Carpi transversum
         os trapezium
i.        sisi lateral os metacarpale I
c. M. Palmaris brevis:
     o. aponeurosis palmaris bagian medial
            i. jaringan bawah kulit didaerah hypothenar


Gambar 4.50. M. Opponens pollicis dan M. Palmaris brevis

d. M. Flexor pollicis brevis:
     o. caput superficiale: lig. Carpi transversum
caput profundus: os trapezium, os trapezoideum dan os capitatum
i. os sesamoideum laterale dan basis phalanx proksimal ibu jari
Gambar 4.51. M. Flexor pollicis brevis

e. M. Adductor pollicis:
     o. caput obliqum: basis pada ossa metacarpalia II & III os capitatum  ikat-ikat disekitar os capitatum
       caput transversum: facies volaris ossis metacarpalis III
i. basis phalanx proksimal ibu jari os sesamoideum mediale

Gambar 4.52. M. Adductor pollicis




f. M. Abductor digiti  V (minimi):
     o. os pisiforme
         lig. Carpi transversum
      i. basis phalanx pertama kelingking
Gambar 4.53. M. Abductor digiti V (minimi)
g. M. Flexor digiti V brevis:
     o. hamulus ossis hamati
         lig. Carpi transversum
      i. bersama dengan m. abductor digiti V

Gambar 4.54. M. Flexor digiti V brevis

h. M. Opponen digiti V (minimi):
     o. hamulus ossis hamati
         lig. Carpi transversum
      i. margo medialis ossis metacarpalis V
Gambar 4.55. M. Opponen digiti V
i. Mm. Lumbricales:
     o. urat-urat m. flexor digitorum profundus
      i. aponeurosis dorsalis jari II – V

Gambar 4.56. Mm. Lumbricales

j. Mm Interossei volaris (3 buah)
     o. sisi medial os metacarpale II
         sisi lateral ossa metacarpalia IV dan V
i. sisi medial basis phalanx pertama telunjuk dan aponeurosis  dorsalis jari itu
sisi lateral basis phalanx pertama jari IV dan V dan aponeurosis dorsalis jari-jari itu
Gambar 4.57. Mm Interossei volaris

k. Mm. Interossei dorsales (4 buah):
     o. sisi yang berhadapan pada ossa metacarpalia
  i. pinggir lateral phalanx pertama jari II dan III dan aponeurosis dorsalis jari-jari itu
     pinggir medial phalanx pertama jari III dan IV dan pada aponeurosis dorsalisnya
Gambar 4.58. Mm Interossei dorsales

C. SUSUNAN OTOT ANGGOTA BAWAH
1. Otot-otot Pangkal Paha
    a. M. Psoas minor:
        o. corpus vertebrae Thoracalis XII
            corpus vertebrae Lumbalis I
            discus diantara kedua vertebrae itu
i. eminentia iliopectinea
   fascia iliaca
   b. M. Psoas mayor
       o. corpora vertebrae Thoracalis Xii dan vertebrae Lumbalis I – V
            processus transversi semua vertebrae Lumbalis
i.        trochanter minor femoris
   c. M. Iliacus:
o. fossa iliaca
i. trochanter minor femoris
Gambar 4.59. M. Psoas minor Psoas mayor dan Iliacus

   d. M. Gluteus maximus:
       o. ala ossis ilium
            permukaan belakang os sacrum dan os coccygis
            lig. Sacroiliaca posteriora
            lig. Sacrotuberosum
       i. 2/3 bagian atas pada tractus iliotibialis
            1/3 bagian bawah pada tuberositas glutea femoris
Gambar 4.60. M. Gluteus maximus

e. M. Gluteus medius:
     o. ala ossis ilium
     i. trochanter mayor permukaan lateral
f. M. Gluteus minimus:
     o. ala ossis ilium
     i.  trochanter mayor permukaan depan


Gambar 4.61. M. Gluteus medius dan minimus
g. M. Piriformis:
     o. facies pelvina ossis sacri
     i. puncak trochanter major femur
h. M. Obturator internus:
     o. permukaan medial membrana obturatoria os coxae
     i. fossa trochanterica femur
i. M. Gemellus superior:
     o. spina ischiadica
     i. fossa trochanterica femur
j. M. Gemellus inferior:
     o. tuber ischiadicum
     i. fossa trochanterica femur
k. M. Quadratus femoris:
     o. tuber ischiadicum
     i. crista intertrochanterica femur
Gambar 4.62. M. Piriformis M. Obturator internus M. Gemellus superior dan inferior dan M. Quadratus femoris

l. M. Obturator externus:
     o. permukaan luar membrana obturatoria os coxae
     i. fossa trochanterica femur
Gambar 4.63. M. Obturator externus

m. M. Tensor fasciae latae:
     o. labium externum crista iliaca
         spina iliaca anterior superior
         permukaan dalam fascia latae
i.        melalui tractus iliotibialis Maissiatii
Gambar 4.64. M. Tensor fasciae latae

2. Otot-otot Tungkai Atas
a. M. Sartorius:
     o. spina iliaca anterior superior
      i. facies medialis tibiae
Gambar 4.65. M. Sartorius
b. M. Quadriceps femoris
v   M. rectus femoris:
o. caput rectum: spina iliaca anterior inferior
    caput obliquum: sedikit diatas acetabulum
i.        tuberositas tibiae dengan perantaraan lig. Patellae
Gambar 4.66. M. rectus femoris


v   M. vastus medialis:
o. bagian terbawah linea intertrochanterica   labium mediale,  linea aspera
i.        pinggir medial urat lekat m. rectus femoris dan patellae
v   M. vastus lateralis
o. permukaan depan dan bawah trochanter major
i. pinggir lateral urat lekat m. rectus femoris dan patellae
v   M. vastus intermedius:
o. permukaan depan dan lateral femur
i. urat lekat m. rectus femoris
Gambar 4.67. M. vastus medialis M. vastus lateralis dan M. vastus intermedius
c. M. Pectineus:
     o. pecten ossis pubis
         fascia pectinea
i. linea pectinea femoris
Gambar 4.68. M. Pectineus
d. M. Adductor longus:
     o. ramus superior ossis pubis
      i. labium medialis linea asperae
Gambar 4.69. M. Adductor longus


e. M. Gracillis:
     o. ramus inferior ossis pubis
      i. facies mediale Tibiae
Gambar 4.70. M. Gracillis
f. M. Adductor brevis:
     o. ramus inferior ossis pubis
      i. labium mediale lineae asperae

Gambar 4.71. M. Adductor brevis

g. M. Adductor magnus:
     o. ramus inferior ossis pubis
         ramus inferior ossis ischii
         tuber ischiadicum
      i. labium mediale linea asperae, condylus medialis femoris
h. M. Adductor minimus:
     o. ramus inferior ossis pubis
         ramus inferior ossis ischii
      i. labium mediale linea asperae
Gambar 4.72. M. Adductor magnus dan minimus

i. M. Semitendinosus:
     o. tuber ischiadicum
      i. facies mediale Tibiae
j. M. Semimembranosus:
     o. tuber ischiadicum
      i. simpai sendi lutut

Gambar 4.73. M. Semitendinosus dan M. Semimembranosus
k. M. Biceps femoris:
     o. caput longum: tuber ischiadicum
         caput breve: labium laterale linea asperae
      i. caput fibulae (bagian terbesar)
         condylus lateralis tibiae (bagian kecil)
Gambar 4.74. M. Biceps femoris


3. Otot tungkai bawah
a. M. Tibialis anterior
o. Condylus lateralis tibiae, facies lateralis tibiae, membrana interosea cruris, fascia cruris.
i.    Permukaan plantar os cuniforme I, permukaan atas basis ossis metatarsalis I
b. M. Extensor digitorum longus
o. Condylus lateralis tibiae, capitulum dan facies medialis fibula, fascia cruris.
i.  Aponeurosis dorsalis jari kaki II – V

Gambar 4.75. M. Tibialis anterior dan M. Extensor digitorum longus

c. M. Extensor hallucis longus
o. Facies medialis fibula, membrana interossea cruris
i. Basis phalanx terakhir ibu jari


d. M gastrocnemius
o.    Caput mediale : epicondylus medialis femoris
caput laterale : epicondylus lateralis femoris
i.      Tuber calcanei dengan perantaraan tendo calcanei (achilles)
Gambar 4.76. M. Gastrocnemius dan M. extensor hallucis longus

e. M. Soleus
o. Caput dan facies posterior fibula, linea poplitea fibula, arcus tendineus m. Solei
i. Tuber calcanei dengan perantaraan tendo calcanei              
f. M. Plantaris
o. Condylus lateralis femoris
i.  Tuber calcanei
catatan : ketiga otot ini bersama juga dinamakan m. Triceps surae.

Gambar 4.77. M. Soleus dan M. Plantaris


g. M. Popliteus
o. Condylus lateralis femoris, lig. Popliteum arcuatum.
i. Planum popliteum tibiae
h. M. Flexor digitorum longus
o. Facies posterior tibiae, facies cruris lembar dalam
i. Phalanx terakhir jari kaki II – V


Gambar 4.78. M. Popliteus dan M. Flexor digitorum longus


i M. Flexor hallucis longus
o. Facies posterior fibulae, facies cruris lembar dalam, membrana interosea cruris
i.  Phalanx terakhir ibu jari kaki
j. M. Tibialis posterior
o. Facies posterior fibulae, facies posterior tibiae
i. Tuberositas ossis navicularis, ossa cuneiformia I – III

Gambar 4.79. M. Flexor hallucis longus M. Tibialis posterior

k. M. Peronaeus longus
 o. Caput fibulae, facies lateralis fibulae
 i. Os cuneiforme I, basis ossis metatarsalis I
l. M. Peronaeus brevis
o. Facies lateralis fibulae
  i. Basis ossis metatarsalis V

Gambar 4.80. M. Peronaeus longus dan brevis
4. Otot-otot Kaki
a. M. abductor hallucis
o. tuber calcanei
i. phalanx proximal ibu jari
b. M. abductor digiti minimus
o. tuber calcanei
i. sisi lateral phalanx proximal kelingking dan tuberositas ossis metatarsalis V
Gambar 4.81. M abductor hallucis dan M. Abductor digiti minimus

c. M. adductor hallucis
o. caput obliquum : permukaan plantar os cuneiforme
caput transversum : caput articulatio sendi metatarsophalangea III-V
i.  os sesamoidea laterale , basis phalanx pertama ibu jari kaki

Gambar 4.82. M. adductor hallucis

d. M. flexor digiti minimi brevis
o. lig. plantare longum, basis ossis metatarsalis V
i.   phalanx proximal jari V kaki dan tuberosstitas ossis metatarsalis V
e. M. flexor hallucis brevis
o. ossa cuneiforme medial, lateral dan intermedia
i. os sesamoideum medial dan lateral
Gambar 4.83. M. flexor digiti minimi brevis dan M Flexor hallucis brevis

f.        Mm. interossei plantares ( 3 buah)
o. sisi medial ossa metatarsalia III - V
i. aponeurosis dorsalis jari III – V, sisi medial basis phalanx pertama jari III - V

Gambar 4.84. M. Interossei plantares

g. Mm. Interossei dorsales
o. sisi-sisi yang berhadapan kelima ossa metatarsalia
i. yang pertama pada sisi medial basis phalanx pertama jari II, yang lain pada sisi lateral basis phalanx pertama jari II - IV
Gambar 4.85. M. Interossei dorsalis
RANGKUMAN
  • Myologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang otot-otot dan struktur yang ada hubungannya dengan otot.
  • Secara garis besar sel otot dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu otot polos, seran lintang dan lurik.
  • Otot diberi nama berdasarkan : perlekatannya, regionya, bentuknya, arah serabut, kerjanya, dan jumlah penyusun.
  • Otot dibagi berdasarkan regio : bagian belakang dan depan batang badan, bahu, lengan atas, lengan bawah, pangkal paha, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki.
LATIHAN
  1. Sebutkan macam-macam otot lurik berdasarkan bentuknya!
  2. Sebutkan dan berikan contoh penamaan otot berdasarkan bentuk, perlekatan, dan kerjanya!
  3. Sebutkan perbedaan otot polos, jantung dan lurik!
  4. Sebutkan otot-otot yang termasuk :
a.       Otot bahu
b.      Otot lengan bawah
c.       Otot tungkai atas
d.      Otot bagian depan batang badan











DAFTAR PUSTAKA
1.  Sobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia 1 dan 2. Jakarta : EGC
2.   Cantarella, V. 1999. Bones and Muscles. New York : Wolf Fly Press.
3.  Hariyono, Januarto, OB. 2002. Materi Perkuliahan Ilmu Urai (Tulang, Persendian, dan Otot). Malang :Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
4.  ___. 1995. Diktat Osteologi.  Semarang : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UNDIP
5.  ___. 1993. Diktat Myologi dan Artrhrologia. Semarang : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UNDIP






















GLOSSARIUM


A

Abdomen
: perut
Abductor
: penarik pergi, pembawa pergi
   M. abductor
: otot yang mempunyai pengaruh membawa pergi ke arah tertentu
Acetabulum
: tempat yang digunakan untuk peunyimpanan sejenis cuka aromatis yang diletakkan di atas meja
Achilles
: tokoh Yunani, pahlawan Troya, yang wafat dipanah oleh Paris, dengan panah menembus tendo M. triceps surae
Acromion
: ujung bahu, bagian tertinggi dari bahu
Acusticus
: ada kaitannya dengan pendengaran
Adductor
: menarik mendekat
   M. adductor
: otot dengan gerakan menarik
Ala (-e)
: sayap
Anatomia
: seni memotong menjadi bagian-bagian tertentu
Angulus
: sudut
Antebrachium
: lengan bawah
Anterior
: lebih ke depan dibanding yang lain
Anulus
: cincin kecil
Apex (-icis)
: ujung paling luar
Aponeurosis
: tendo yang berbentuk lembaran
Arcus
: lengkung
Arteria
: pembuluh nadi
Articulatio
: sendi, hubungan
Aspera
: kasar, tidak rata
Atlas
: vertebra leher, pengangkat yang kuat
Auditivus
: ada kaitannya dengan pendengaran
Auricula
: telinga kecil
Axilla
: ketiak
Axis
: sumbu, vertebra cervicalis kedua




B

Basis
: permukaan datar yang merupakan dasar
Biceps
: bercaput dua
Brachium
: lengan atas
Brevis
: pendek, kecil sempit
Bursa
: kantung kulit




C

Calcaneus
: bagian belakang telapak kaki
Calvaria
: tulang atap tengkorak
Canalis
: berbentuk saluran
Capitulum
: kepala kecil
Capsula
: tutup kecil
Caput
: kepala kecil
Carpal
: berhubungan dengan carpus
Carpus
: pergelangan tangan
Cartilago
: tulang rawan
Cauda
: ekor, ujung akhir semua organ
Caudalis
: lebih dekat ke ekor
Cavitas
: lubang
Cavum
: ruang berongga
Centralis
: terletak di pusat/ bagian tengah
Cervix (-icis)
: leher
Cingulum
: ikat pinggang, mengelilingi
Claviculae
: kunci kecil,batang berbentuk huruf S
Columnae
: tiang
Communis
: bersama-sama
Condylus
: kaput sendi, tonjolan bulat di ujung tulang
Conoideus
: berbentuk kerucut
Coracoideus
: seperti paruh burung gagak
Corpus
: badan
Costae
: iga
Coxa (-e)
: pinggul
Cranialis
: ke arah kepala/ cranium
Cranium
: tengkorak
Crista
: rigi yang tajam dari suatu tulang
Crus, cruris
: tungkai bawah
Cubitus
: sendi siku




D

Deltoideus
: seperti delta/ segitiga
Dens, dentis
: gigi
Depressor
: menekan ke bawah
Dexter -tra
: kanan
Diagonalis
: menyilang
Diaphysis
: tumbuh di antaranya
Diarthrosis
: hubungan sendi yang bebas
Digitus
: jari
Discus
: keping
Distalis
: terletak lebih jauh dari rangka tubuh, lawan proximal
Dorsalis
: ada kaitan dengan punggung, lebih mengarah ke punggung




E

Epicondylus
: benjol pada condylus
Epiphysis
: pertumbuhan, tumbuh di atas sesuatu
Epistropheus
: vertebra cervicalis II
Extensor
: peregang, pengencang
Externus
: sebelah luar
Extremitas
: ujung paling luar




F

Facies
: dataran, wajah
Fascia
: penutup otot yang tersusun atas jaringan ikat
Femoralis
: kata sifat femur
Femur
: tulang paha
Fibula
: kait, tulang betis
Fibularis
: terkait dengan fibula
Fissura
: celah, membelah
Flexor
: penekuk
Foramen
: lubang
Fossa
: lekuk yang lebar dan datar, galian
Fovea
: lekuk yang agak rata, lubang berbentuk melingkar
Frontalis
: berkaitan dengan dahi




G

Gastrocnemius
: otot buah betis
Genus, genus
: lutut
Glutaeus
: pantat, bokong




H

Hallux
: jari kaki besar, jempol kaki
Hamatus
: berbentuk seperti kaitan
Humerus
: tulang lengan atas
Hypothenar
: bagian bawah telapak tangan dekat kelingking




I

Iliacus
: berhubungan dengan ilium
Ilium
: bagian dari usus halus
Incisura
: takik, sayatan, potongan
Index
: penunjuk, jari telunjuk
Inferior
: lebih ke bawah dari yang lain
Insertio
: bagian akhir otot yang dapat bergerak, lawan origo
Internus
: sebelah dalam
Ischium
: tulang duduk




J

Jugularis
: bagian depan leher, lekuk pada claviculae
Junctura
: hubungan, menghubungkan
    Junctura fibrosa
: hubungan antara dua tulang melalui jalinan pengikat
    Junctura cartilaginea
: pengikat antar tulang rawan, misalnya symphisis
    Junctura synovialis
: hubungan antara tulang sendi, misalnya articulatio




L

Lambdoideus
: menyerupai lambda (huruf Yunani)
Lamina
: lapisan, plat
Lateralis
: lebih jauh dari garis tengah, ke sisi
Latissimus
: yang terlebar
Libera
: bergerak bebas
Ligamentum
: struktur menyerupain ikatan
Linea
: garis
Longitudinalis
: mengarah memanjang, ke arah ukuran panjang badan
Longus
: panjang
Lumbalis
: ada kaitannya dengan pangkal paha
Lunatus
: berbentuk seperti bulan




M

Magnus
: besar, hebat, kuat
Malleolus
: palu kecil berkepala bulat, tulang kecil
Mandibula
: rahang bawah
Manubrium
: pegangan, jabatan tangan
Manus
: tangan
Margo
: sisi
Mastoideus
: menyerupai putting susu
Mayor
: lebih besar
Maxilla
: rahang atas
Maximus
: yang terbesar
Meatus
: canalis yang pendek, gang penembus
Medialis
: ke arah tengah, lawan lateral
Medius
: terletak di tengah, terletak di antaranya
Membrana
: kulit yang lembut, bagian / anggota tubuh
Meniscus
: bulan setengah lingkaran
Metacarpus, -al
: tangan bagian tengah, telapak tangan
Metatarsal
: ada hubungan dengan kaki bagian tengah, telapak kaki
Minor
: lebih kecil
Mons
: gunung, tampak besar
Muscularis
: ada kaitan dengan otot
Musculus
: otot
Myo
: berkaitan dengan otot
Myologia
: ilmu tentang otot




N

Nasalis
: berkaitan dengan hidung
Navicularis
: berbentuk seperti kapal
Nervus
: saraf
Nucha, -ae
: tengkuk
Nucleus
: inti kecil




O

Obliquus
: melintang, ke arah sisi
Obturatorius
: untuk menghambat, menyumbat
Occipitalis
: kulit belakang kepala
Olecranon
: perpanjangan dari siku
Opponens
: terletak berseberangan
Opticus
: ada kaitannya dengan penglihatan
Orbita
: lubang mata
Oris
: ada kaitannya dengan mulut
Os, ossis
: tulang
Osteologi
: ilmu tentang tulang
Ostium
: pintu, jalan masuk
Oticus
: ada kaitannya dengan telinga
Ovalis
: berbentuk lonjong




P

Palatum
: langit-langit
Palma
: telapak tangan
Palmaris
: ada kaitannya dengan telapak tangan
Parietalis
: ke arah sisi, dinding
Pars
: bagian
Patellae
: tempurung lutut
Pecten
: pinggir, menyisir
Pectoralis
: kata sifat dari pectus (dada)
Pelvis
: tulang panggul
Periosteum
: lapisan luar tulang
Pedis
: kaki
Petrosus
: berbatu, berkarang
Phalanx (- angis)
: ruas-ruas jari
Piriformis
: seperti buah pir
Plantar
: telapak kaki
Plantaris
: terkait telapak kaki
Posterior
: belakang
Processus
: maju ke depan, tonjolan
Profundus (-al)
: lebih ke dalam
Prominentia
: lebih maju ke depan, penonjolan
Promontorium
: lengkung yang terletak di depan
Pronator
: otot yang pada waktu diputarnya lengan bawah akan menarik telapak tangan ke bawah, ke arah dorsal
Protuberantia
: penonjolan
Proximalis
: lebih dekat ke rangka tubuh, pangkal, lawan distal
Psoas
: daerah pinggul




Q

Quadratus
: sudut empat, segi empat
Quadriceps
: berkepala empat




R

Radialis
: berkaitan dengan tulang radius
Radius
: tulang lengan bawah
Ramus
: batang, cabang
Rectus
: lurus
Regio
: daerah, arah
Rhomboideus
: seperti belah ketupat




S

Sacrum
: kesucian
Sacralis
: ada kaitannya dengan sacrum
Sagittal
: dari ventral ke dorsal, arah panah
Sartorius
: pemotong, untuk menyayat
Scalenus
: berbentuk segitiga tidak sama sisi, miring
Scaphoideus
: menyerupai kano, perahu
Scapulae
: bahu, punggung
Semilunaris
: setengah lingkaran
Semimembranosus
: setengahnya berkulit atau mempunyai membran (aponeurosis)
Semitendinosus
: setengahnya berurat, setengah bertendo
Serratus
: digergaji
Sinister (-tra)
: kiri
Soleus
: menyerupai ikan
Solitarius
: menyendiri
Sphenoidalis
: seperti ujung pacul
Spina
: taju tajam, duri, tulang punggung, vertebra
Spinalis
: kata sifat dari spina
Squamae
: sisik (kulit ular)
Sternalis
: kata sifat dari sternum
Sternoclavicularis
: dari tulang dada sampai ke claviculae
Sternocostalis
: dari tulang dada sampai ke iga
Sternum
: tulang dada
Sulcus
: alur parit
Superficialis
: terletak di permukaan
Superior
: lebih tinggi, atas
Supinator
: memutar ke luar, lawan pronator
Sutura
: jahitan, hubungan antara dua tulang tengkorak
Symphysis
: hubungan tulang melalui serabut tulang rawan
Synarthrosis
: hubungan tulang yang tak dapat bergerak
Synchondrosis
: hubungan tulang berupa tulang rawan
Syndesmosis
: hubungan tulang oleh jaringan ikat
Synostosis
: hubungan tulang rawan antara dua tulang yang bebas
Synovia
: pelumas sendi




T

Talus
: bagian belakang kaki, nama dari salah satu tulang  tarsal
Tarsus (-al)
: pergelangan kaki
Temporalis
: ada kaitannya dengan pelipis
Tendo
: otot, menegangkan/ meregangkan
Teres
: bundar, bulat memanjang
Thenar
: berkaitan dengan ibu jari
Thorax
: dada
Tibia
: tulang kering
Tibialis
: terkait dengan tibia
Transversus
: melintang
Trapezius
: berbentuk seperti meja, trapesium
Triceps
: berkepala tiga
Trochanter
: roda, putaran, berputar dalam lingkaran
Trochlea
: bangunan seperti katrol, rol, putaran
Truncus
: batang, rangka manusia
Tuber
: benjol bulat
Tuberculum
: tuber kecil
Tuberositas
: tulang yang terasa kasar




U

Ulna
: salah satu  tulang lengan bawah
Ulnaris
: berkaitan dengan ulna
Umbilicus
: pusar
Unguis
: kuku




V

Vagina
: penutup, bagian dari alat kelamin wanita
Vas
: pembuluh
Vascularis
: berkaitan dengan pembuluh
Vena
: pembuluh darah yang membawa darah ke jantung
Venter
: perut
Ventralis
: lebih dekat ke perut (lawan dorsal)
Vertebra
: tulang belakang
Verticalis
: vertikal, tegak lurus




X

Xiphoideus
:seperti pedang




Z

Zona
: area
Zygomaticus
: berkaitan dengan tulang pipi







BAB V
OTOT-OTOT PADA EXTREMITAS SUPERIOR
DAN INFERIOR

A.      REGIO DELTOIDEA
Fascianya tebal dan kuat, merupakan kelanjutan dari fascia pectoralis. Ke arah belakang akan menutupi m. infraspinatus dan m. teres minor yang terlihat sebagai tendo yang melekat pada fossa infraspinatus. Ke atas akan melekat pada clavicula, acromion dan spina scapula.
Otot-otot yang ada diregio Deltoidea :
1. m. deltoideus
2. m. supraspinatus
3. m. infraspinatus
4. m. teres minor
5. m. teres major
6. m. subscapularis

1.       m. Deltoideus :
Otot ini kuat dan tebal yang akan membentuk bahu.
·         Origo     : 1/3 lateral clavicula, facies superior acromion dan tepi bawah spina scapulae
·         Insertio : tuberositas deltoideus
·         Fungsi    : abduksi lengan atas, rotasi ke lateral, rotasi ke medial, extensi dan fleksi lengan atas

                              
2.       m. Supraspinatus :
·         Origo      : 2/3 bagian medial fossa supraspinatus
·         Insertio  : tendo dari otot  ini akan melekat pada tuberculum majus humeri
·         Fungsi     : abduksi lengan atas

                  

3.       m. Infraspinatus :
Otot ini ditutupi oleh m. deltoideus dan m. trapezius
·         Origo     : 2/3 medial fossa infraspinatus
·         Insertio : permukaan medial dari tuberculum majus humeri
·         Fungsi    : rotasi ke lateral lengan atas

                 
4.       M. Teres minor :
·         Origo      : sepanjang margo lateral dari fossa infraspinatus
·         Insertio  : melekat pada capsula artikulatio humeri untuk kemudian melekat pada tepi
                   bawah tuberculum majus humeri
·         Fungsi    : rotasi lateral dari lengan atas

                 
5.       M. Teres mayor :
·         Origo      : angulus inferior scapulae
·         Insertio  : crista tuberculi minoris
·         Fungsi    : adduksi lengan atas, rotasi medial dari lengan atas

                                           


6.       M. Subscapularis :
·         Origo     : tuberculum minus humeri dan crista tuberculi minoris
·         Insertio : fossa subscapularis
·         Fungsi    : rotasi medial lengan atas

                         

B.      REGIO DORSUM
Fascia yang terdapat diregio dorsum dikenal sebagai : fascia lumbodorsalis . Merupakan kelanjutan ke caudal dari fascia nuchae . Kearah caudal akan melekat pada crista iliaca membentuk : fascia glutealis
Otot-otot yang ada di region Dorsum adalah :
1. M. Latissimus dorsi
2. M. Trapezius
3. M. Levator scapulae
4. M. Rhomboideus major

1.       M. Latissimus dorsi :
·      Bentuk trianguler, superficial
·      Origo      : proc. Spinosus Vth 7-12 ; crista iliaca; dan indirect pada fascia lumbodorsalis daerah
                   VL dan VS
·      Insertio  : sulcus intertubercularis
·      Fungsi    : adduksi , ekstensi dan rotasi medial dari lengan atas

                                 


2.       M. Trapezius :
       Superficial dan lebar
       Berdasarkan arah serabutnya dibagi atas : pars desendens, pars transversum dan pars ascendens
       Origo : - linea nuchae superior
             - protuberantia occipitalis externa
             - proc. Spinosus  VTh 7
             - lig. Spinosum dan supraspinosum VTh   
       Insertio : tepi posterior ,1/3  lateral clavicula
                 tepi medial acromion
                 tepi atas spina scapulae
       Fungsi : elevasi dari bahu
               rotasi scapula selama abduksi
               elevasi lengan atas
                                   

3.       M. Levator scapulae :
       Origo : tuberculum posterius dan proc. Transversus dari VC 1-4
       Insertio : margo medialis scapulae setinggi spina scapulae
       Fungsi : elevasi scapulae untuk  mengangkat bahu, retraksi dan fiksasi dari scapulae
                                      

4.       M. Rhomboideus major :
       Origo : lig. Spinosum dan supraspinosum dari VTh 2-5
       Insertio : margo medialis scapulae dibawah spina scapulae
       Fungsi : retraksi dan fiksasi scapulae


5.       M. Rhomboideus minor :
·      Origo : - proc. Spinosus VC 7- VTh 1
                           - lig nuchae
·      Insertio : margo medialis scapulae setinggi radiks dari spina scapulae
·      Fungsi : retraksi dan fiksasi dari scapulae

                                                         
         

C. REGIO PECTORALIS
Pada regio pectoralis fascia akan melekat pada clavicula dan sternum dan menutupi m. pectoralis major sehingga dikenal sebagai fascia pectoralis . Kearah belakang fascia pectoralis akan menutupi m. latissimus dorsidan nantinya akan membentuk dasar dari fossa axillaris .
Otot- otot yang ada di regio pectoralis adalah :
1. M. Pectoralis major
2. M. Pectoralis minor
3. M. Subclavius
4. M. Serratus anterior
           Keempat otot ini akan di innervasi oleh : rami musculares yang berasal dari plexus brachialis

1.                               1. M. Pectoralis major :
       Sangat lebar, multilaminar, letak paling superficial
       Origo     : - facies anterior clavicula
                                   - facies anterior sternum
                                   - cartilago costae 1-6
                                   - aponeurosis m. obliqus abdominis externus
                                                 
       Insertio : tuberculi majoris humeri
       Innervasi : n. pectoralis medialis dan lateralis
       Fungsi   : - rotasi ke medial
                               - adducti lengan atas
                               - Elevasi dan depresi dari lengan atas

                                                     


2.       M. Pectoralis minor :
       Terletak dibelakang dari m. pectoralis major
       Origo         : facies externa dari costae 2-5
       Insertio    : processus coracoideus
       Fungsi       : depresi dari bahu
       Innervasi : n. pectoralis medialis dan lateralis
                                                 

                                                   
3.       M. Subclavius :
Otot subclavius adalah otot kecil berbentuk segitiga yang terletak di antara clavicula dan tulang                 rusuk pertama.
Otot ini disokong dengan tendon tebal dan pendek serta tulang rawan dari os costae 1    di depan ligamentum costoclavicularis.
   Origo : cartilago costae 1
   Insertio            : facies inferior dari clavicula
   Fungsi               : membantu depresi bagian lateral dari clavicula
   Innervasi : percabangan C5 dari plexus  brachialis


                                

4.       M. Seratus anterior :
   Otot ini akan membentuk bagian medial dari fossa axillaris
   Origo       : - facies externa costae 1-8
   Insertio   : - facies costalis scapulae, pada :
                                                          . Angulus superior
                                                          . Angulus inferior
                                                          . Margo medialis
   Fungsi     : -  rotasi lateral dari scapulae
                                  -  abducti lengan atas
                                  -  elevasi diatas bidang horisontal
   Innervasi :    n. thoracalis longus

                       


D.      REGIO BRACHII
Fascia di regio ini adalah 
Sedangkan otot-otot yang ada diregio ini adalah :
1.       M. Biceps brachii
2.       M. Coracobrachialis
3.       M. Brachialis
4.       M. Triceps brachii
1.       M. Biceps brachii :
Otot ini mempunyai 2 caput : caput breve dan caput longum
·         Origo :
C. breve : melekat pada proc. Coracoideus
C. longum : tendonya panjang akan melekat pada tuberculum supraglenoidalis
·         Insertio :
        kedua caput akan bersatu membentuk corpus ( belly) yang besar ….. Untuk nantinya melekat pada tuberositas radii
·         Fungsi :
        gerakan fleksi lengan atas dan bawah
        supinasi dari lengan bawah
                          



2.       M. Coracobrachialis :
     Origo : bersama dengan caput breve dari m. biceps akan melekat pada procesus
                   coracoideus
     Insertio : melekat pada  1/3 medial humeri
     Fungsi : fleksi lengan atas

                                   

3.       M. Brachialis :
   Origo :  2/3 distal dari facies intermedial dan anterolateral  dari humeri
   Insertio : melekat pada capsula articularis articulatio cubiti dan facies anterior proc.
                     Coronoideus serta pada tuberositas ulnae
   Fungsi : fleksi  dan supinasi dari lengan bawah


                                      
4.       M. Triceps brachii :
    Mempunyai 3 caput : caput lateral, c. longum dan c. medial
   Origo :
               C. longum : melekat pada tuberculum infraglenoidalis
               C. lateral : melekat pada sulcus n. radialis
               C. medial : melekat dibawah sulcus n. radialis
   Insertio :
                Ketiga caput akan bersatu melekat pada facies superior dari olecranon
   Fungsi :
                          Caput medial : ekstensi lengan bawah
                          Caput longum dan lateral : memperkuat gerakan ekstensi dari lengan bawah


                                 



E.       REGIO ANTEBRACHII
Otot-otot di regio ini terdapat pada :
1.   Bagian ventral          :  - lamina superfi
                                      - lamina profunda
2. Bagian dorsal             :  - lamina superficial
                                                 - lamina profunda
Otot-otot di bagian ventral lamina superficial :
1.    M. pronator teres
2.    M. fleksor carpi radialis
3.    M. fleksor carpi ulnaris
4.   M. fleksor digitorum superficialis
5.    M. Palmaris longus
Otot-otot di bagian ventral lamina profunda :
1.    M. Flexor digitorum profundus
2.    M. flexor policis longus
3.    M. pronator quadrates



Otot-otot di bagian dorsal lamina superficial :
1.    M. Brchio radialis
2.    M. Extensor carpi radialis brevis
3.    M. Extensor carpi radialis longus
4.    M. Extensor carpi ulnaris
5.    M. Extensor digitorum
6.    M. Extensor digiti minimi
7.    M. Enconeus
Otot-otot di bagian dorsal lamina profunda :
1. M. supinator
2. M. abductor pollicis brevis
3. M. extensor pollicis brevis
4. M. extensor pollicis longus
5. M. Extensor indicis


F.       REGIO GLUTEUS
Fascia : Fascia di regio glutea  : Fascia glutea.  Menutupi seluruh m. gluteus maximus. Kearah depan membentuk aponeurosis glutealis,  terdapat diatas m. gluteus medius bersatu dengan capsula dari artc. Coxae dan caput dari m. rectus femoris. Kearah bawah sebagai traktus iliotibialis fascia latae, keatas melekat pada crista iliaca .
Otot-otot yang ada diregio ini adalah :
1. m. Gluteus maximus
2.    m. Gluteus medius
3.    m. Gluteus minimus
4.    m. Tensor fascia latae
5.    m. Piriformis
6.    m. Obturator internus
7.    m. Obturator externus
8.    m. Gemmelus superior
9.    m. Gemmelus inferior
11.  m. Quadratus femoris

1.       M. Gluteus maximus :
Letak paling superficial dan paling lebar
·      Origo : - os ilium, facies dorsalis ossis sacri
            - os coccygeus, lig. Sacrotuberosum
     Insertio :
            - tuberositas glutealis femoris
            - traktus iliotibialis fascia latae
            - labium lateral linea aspera
            -  condylus lateralis tibiae
     Fungsi :
                  - ekstensi tungkai atas
            - ekstensi pelvis
            - rotasi lateral tungkai atas
     Innervasi :
           - n. gluteus inferius

                       

2.       M. Gluteus medius :
  Origo :
        - os ilium , antara linea glutea anterior n posterior
        - Aponeurosis glutealis
   Insertio :
        - facies lateralis trochanter major
   Fungsi :
        - otot ini penting untuk berjalan
        - abductie tungkai atas
        - rotasi medial


                           


3.       M. Gluteus minimus :
   Origo :
        - os ilium antara linea glutea anterior n inferior
   Insertio :
        - tepi anterior trochanter major

   Fungsi :
        - abductie tungkai atas
        - rotasi ke medial

               



4.       M. Tensor fascia latae :
     Origo :
        - labium externus crista iliaca dan SIAS
     Insertio :
        - tractus iliotibialis
     Fungsi :
        - flexi tungkai atas
        - rotasi ke medial 

                                     

      5. M. Piriformis :
     Origo :
        - facies pelvina ossis sacri  dari VS 2-4
        - SIPI dari os ilium
     Insertio :
        - trochanter major
     Fungsi :
        - rotasi lateralis tungkai atas

                                 



5.       Obturator internus :
   Origo :
        - facies pelvina membrana obturatoria
   Insertio :
        - facies medialis trochanter major
   Fungsi :
        - rotasi lateral tungkai atas

                                         

6.  M. Obturator externus :
   Origo :
        - facies externa ossis pubis
        - tepi dari foramen obturatum
        - membrana obturatoria
   Insertio :
        - fossa intertrochanterica

   Fungsi :
        - rotasi lateral tungkai atas dan adductie


                         


7.       Gemellus superior :
   Origo :
        - spina ischiadica
        - tuber ischiadica
   Insertio :
        - margo superior n inferior dari tendo m. obturator internus
   Fungsi :
        - rotasi ke lateral tungkai atas

8.       M. Gemellus Inferior :
   Origo :
        - spina ischiadica
        - tuber ischiadicum
   Insertio :
        - margo superior dan inferior dari tendo m. obturator internus
   Fungsi :
        - rotasi lateral tungkai atas


9.       M. Quadratus Femoris :
  Origo :
        - tuber ischiadicum
  Insertio :
        - crista intertrochanterica
  Fungsi :
        - rotasi lateral tungkai atas



                                


G.   REGIO FEMUR
Fascia yang ada di regio femur dikenal sebagai fascia latae.Fascia ini  nantinya akan melanjutkan diri kedalam fascia yang terdapat di regio glutea dan regio cruris. Kemudian  fascia ini akan menyilangi artc. Genu dan melekat pada patella, condillus medialis tibia serta capitulum fibulae.
Otot-otot yang ada di regio  femoris adalah :
 Regio anterior femur :
                1. m illiopsoas
                                - m. illiacus
                                - m. psoas major
                                - m. psoas minor
                2. m. quadratus femoris
                                - m. rectus femoris
                                - m. vastus lateralis dan medialis
                                - m. vastus intermedius
                3. m. sartorius
   Regio medialis femur :
                      - m. pectineus
                - m. adductor brevis
                - m. adductor longus
                - m. adductor magnus
                - m. gracilis
                - m. obturator externus
   Regio posterior femur :
                - m. biceps femoris
                - m. semitendinosus
                - m. semimembranosus
1.       M. Iliopsoas :
   Merupakan otot flexor yang kuat untuk tungkai atas
   Otot ini terdiri dari ;
                - m iliacus
                - m. psoas major
                - m. psoas minor
a. m. Iliacus :
   Origo : - fossa iliaca, ala ossis sacri  dan ligamentum iliolumbale
   Insertio : - trochanter minor dan  melekat pada sisi lateral  dari tendo m. psoas major
   Fungsi   :  flexi tungkai atas
b. m. Psoas minor :
   Origo       : tepi bawah dari VTh XII – VL V
   Insertio  : Trochanter minor
   Fungsi     : Flexi tungkai atas dan flexi lateral dari collumna  vertebralis

       c.  m. Psoas minor ;
   Bila otot ini ada, Letak diventral dari m. psoas major
   Origo dan insertio ikut bersama-sama dengan m. psoas major
   Demikian untuk innervasi dan fungsinya sama dengan m. psoas major

2.       M. sartorius :
               Otot ini sangat panjang berjalan miring kemedial bawah
·   Origo       : - Pada SIAS dan daerah dibawahnya
·   Insertio   : - bagian atas dari facies medialis   tibiae dan tendo dari m. gracilis  dan m.
                      semitendinosus
·   Fungsi     :  membantu flexi tungkai atas dan  tungkai bawah

H.  REGIO CRURIS :
Fascia diregio ini dikenal sebagai fascia cruris. Merupakan kelanjutan kecaudal dari fascia latae. Kemudian fascia ini akan melanjutkan diri ke regio pedis.
Otot-otot yang ada di regio Cruris adalah :
   Regio cruris anterior :
                        - m. tibialis anterior
                        - m. extensor halucis longus
                        - m. extensor digitorum longus
                        - m. peroneus tertius
   Regio cruris posterior :
                        - m. tricep surae , ta :
                        - m. gastrocnemius caput lateral dan medial
                        - m. soleus
   Regio cruris lateral :
                        - m. peroneus longus
                        - m. peroneus brevis

1.       M. Gastrocnemius :
   Otot ini mempunyai dua caput yaitu a; caput mediale dan laterale
   Origo   : - caput lateral : condilus lateral femoris
            - caput medial : condylus medial  femoris
. Insertio : os calcaneus
. Fungsi   :  flexi plantar kaki dan untuk inversi kaki

2.       M. Soleus :
   Otot ini kuat dan sedikit gepeng
   Origo   :  - capitulum fibulae
                           - collum fibulae ke linea soleus tibiae
. Insertio :  - os calcaneus
. Fungsi   :  - flexi plantar kaki dan  cenderung untuk inversi kaki




3.       M. Popliteus :
   Origo           :  - Condylus lateralis femoris
                                  - Bagian belakang meniscus
   Insertio      :  - area triangularis tibiae
                                  - Diatas linea soleus
   Fungsi         :  - Rotasi lateral femur
                                  - rotasi medial tibiae

4.       M. Tibialis posterior :
   Origo           : - Pada membran interossea fibulae  dan tibiae
                                  - serbut membentuk tendo di sisi posterior malleolus medialis
   Insertio      : - tuberositas ossis naviculare, os cuneiforme, os cuboideum dan
                             basis ossa metatarsal 2,3,4
   Fungsi         :  untuk inversi kaki















DAFTAR PUSTAKA



Yokochi, C. 1983. Human Anatomy. Alih bahasa oleh Adji Dharma. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Leonhardt, H. 1990. Atlas dan Anatomi Manusia. Alih bahasa oleh Dr. H. Tonang. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Noback, C.R. 1982. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Alih bahasa oleh DR. A. Munandar. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Guyton, A. 1991. Textbook of Medical Physiology. Phyladelphia : W.B.Saunders Co.

Putz, R. 2000. Sobotta. Atlas Anatomi manusia. Alih bahasa oleh dr. Septelia Inawati wanandi. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC.























SOAL-SOAL


1.       Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di neurocranium
2.       Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di viscerocranium
3.       Sebutkan sutura-sutura yang ada di cranium
4.       Sebutkan tulang-tulang pembentuk sceleton trunci
5.       Sebutkan bagian-bagian dari Collumna Vertebralis
6.       Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae cervicalis 1 (VC 1)
7.       Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae thoracalis
8.       Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae lumbalis
9.       Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae sacralis atau os sacrum
10.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os costae
11.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di sternum
12.   Sebutkan tulang-tulang pembentuk extremitas superior
13.   Sebutkan tulang-tulang pembentuk extremitas inferior
14.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os scapulae
15.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os claviculae
16.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os humerus
17.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os radius dan ulnae
18.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di ossa manus
19.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os coxae
20.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os femur
21.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os tibia dan fibulae
22.   Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di ossa pedis
23.   Sebutkan persendian yang ada di extremitas superior
24.   Sebutkan persendian yang ada di extremitas inferior
25.   Sebutkan tulang pembentuk articulatio humeri
26.   Sebutkan tulang pembentuk articulatio cubiti
27.   Sebutkan tulang pembentuk articulatio radiocarpea
28.   Sebutkan tulang pembentuk articulatio coxae
29.   Sebutkan tulang pembentuk articulatio genu
30.   Sebutkan nama-nama otot diregio pectoralis
31.   Sebutkan nama-nama otot diregio deltoidea
32.   Sebutkan nama-nama otot diregio brachii
33.   Sebutkan nama-nama otot diregio antebrachii
34.   Sebutkan nama-nama otot diregio gluteus
35.   Sebutkan nama-nama otot diregio femur
36.   Sebutkan nama-nama otot diregio cruris
37.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. pectoralis major
38.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. deltoideus
39.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. biceps brachii
40.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. triceps brachii
41.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. gluteus maximus
42.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. Iliopsoas
43.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. gastrocnemius
44.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. tibialis posterior
45.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. serratus anterior
46.   Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. obturator externus
47.   Sebutkan pembagian sistem saraf pusat dan tepi
48.   Sebutkan organisasi sistem saraf
49.   Sebutkan 12 saraf cranialis
50.   Sebutkan otot-otot yang dipersyarafi oleh medulla spinalis


































                                       

                                       



                                 
           


                                                                


                    
                                 























 





























1 komentar: