BAB. 1 ANATOMI
BAB I
ANATOMI
MANUSIA
Standar Kompetensi :
Menjelaskan ruang lingkup anatomi manusia
Kompetensi Dasar :
- Menyebutkan pengertian anatomi
- Menjelaskan pentingnya Ilmu Anatomi Manusia bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
- Menyebutkan bidang dan sumbu tubuh manusia
- Menyebutkan nama regio tubuh manusia
- Menyebutkan posisi anatomis
A. PENGERTIAN ANATOMI
Anatomi
berasal dari bahasa Yunani, anatome. Ana berarti menguraikan, tome berarti memotong. Jadi anatomi
adalah ilmu yang mempelajari struktur / susunan tubuh dengan jalan memotong dan
menguraikan bagian-bagian tubuh. Untuk itu terkadang anatomi disebut juga Ilmu
Urai.
Berdasarkan sistem tubuh manusia, anatomi pun dibagi
menjadi berbagai macam, yaitu meliputi :
- Anatomi sistem pernafasan
- Anatomi sistem kardiovaskuler
- Anatomi sistem otot
- Anatomi sistem pencernaan
- Anatomi sistem tulang
- Anatomi sistem persendian
- Anatomi sistem urogenital
- Anatomi sistem endokrin
- Anatomi sistem saraf
- Anatomi sistem ekskresi
Mempelajari anatomi,
berarti mempelajari bentuk, letak dan susunan dari organ-organ penyusun sistem
tersebut.
Anatomi sangat penting untuk mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, karena dengan
mempelajari ilmu ini mahasiswa dapat lebih mengenal struktur tubuh manusia,
yang tentunya dibutuhkan untuk pemahaman matakuliah-matakuliah lain. Matakuliah
yang terkait dengan anatomi adalah faal, PP - PPCO, kinesiologi, dan masase.
Matakuliah anatomi manusia disajikan di Jurusan
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan semester 1 dengan beban 3 sks / 3 js. Karena
keterbatasan waktu, matakuliah ini tidak membahas anatomi seluruh sistem tubuh,
melainkan hanya sistem tulang, otot, dan sendi. Anatomi dari sistem-sistem yang
lain dibicarakan pada matakuliah faal. Perlu diketahui bahwa ilmu anatomi sarat
dengan penggunaan istilah-istilah dalam bahasa Latin. Untuk itu pada bagian
akhir buku ini tersedia glossarium agar mahasiswa dapat lebih mudah memahami
arti istilah-istilah asing tersebut.
Buku ini tersusun atas beberapa bagian yaitu :
- Osteologi : membahas tentang sistem tulang
- Myologi : membahas tentang sistem otot
- Arthrologi : membahas tentang sistem persendian
B. POSISI ANATOMIS
Posisi anatomis adalah
sikap tubuh berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan menggantung di sisi
dan telapak tangan menghadap ke depan. Kita perlu mengetahui tentang posisi
anatomis agar mempunyai persamaan persepsi ketika mengidentifikasi arah depan,
belakang, kanan, kiri, dan lain-lain, terutama ketika membahas tentang anatomi
lengan atas, lengan bawah, dan tangan.
C. REGIO TUBUH
Sebelum mempelajari
sistem tulang, sendi, dan otot, terlebih dahulu mahasiswa harus mengetahui
istilah-istilah latin untuk beberapa regio tubuh manusia. Tubuh manusia dibagi
menjadi beberapa regio besar. Berikut ini adalah nama regio tubuh dengan
istilah latinnya :
- Kepala = cranialis
- Leher = cervicalis
- Dada = thorax
- Perut = abdomen
- Lengan atas = brachium / brachialis / brachii
- Siku = cubitalis / cubitus / cubiti
- Lengan bawah = antebrachium / antebrachialis/ antebrachii
- Tangan = manus
- Ketiak = axilla
- Bokong = gluteus
- Tungkai atas / paha = femoralis / femoris
- Lutut = genue
- Tungkai bawah = cruralis / cruris
- Kaki = pedis
Untuk regio selengkapnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 1.1. Regio
Tubuh Manusia Dilihat dari Depan
Gambar 1.2.
Regio Tubuh Manusia Dilihat dari Belakang
D. BIDANG DAN SUMBU DASAR DALAM ANATOMI
- Bidang Median adalah bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian yang sama kanan dan kiri, atau disebut juga bidang sagittal tengah. Sumbunya disebut dengan linea mediana (garis tengah tubuh).
Bidang sagittal adalah semua
bidang yang sejajar dengan bidang median, dengan sumbu sagittal dan
longitudinal
- Bidang Coronal adalah bidang yang melalui sutura coronalis (lihat pembahasan ossa capitis).
Bidang Frontal merupakan semua
bidang yang sejajar bidang coronal dengan sumbu longitudinal dan transversal.
- Bidang Transversal adalah bidang yang melintang tegak lurus pada arah panjang badan, dengan sumbu transversal dan sagittal.
Gambar 1.3.
Bidang dan Sumbu Tubuh
E. ISTILAH-ISTILAH YANG BERHUBUNGAN ARAH
Istilah dalam bahasa
latin juga kerap digunakan saat menunjukkan lokasi suatu anggota tubuh, seperti
depan, belakang, atas, bawah, kanan, kiri, letak terhadap linea mediana, letak
terhadap permukaan tubuh, letak terhadap tulang / regio tubuh, dan jauh
dekatnya anggota tubuh dari batang tubuh. Untuk itu mahasiswa diharapkan dapat
menerjemahkan istilah-istilah tersebut dengan mencarinya pada glossarium.
Gambar 1.4.
Istilah yang Berhubungan dengan Arah
RANGKUMAN
- Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur / susunan tubuh dengan jalan memotong dan menguraikan bagian-bagian tubuh.
- Ruang lingkup Anatomi Manusia di Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan meliputi osteologi, myologi dan arthrologi.
- Posisi anatomis adalah sikap tubuh berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan menggantung di sisi dan telapak tangan menghadap ke depan.
- Sebelum mempelajari anatomi manusia, mahasiswa perlu memahami istilah-istilah latin, terutama istilah yang berhubungan dengan regio-regio tubuh dan orientasi arah.
BAB 2. OSTEOLOGY
BAB II
OSTEOLOGI
Standar Kompetensi :
Memahami tentang osteologi
Kompetensi Dasar :
- Menjelaskan ruang lingkup osteologi
- Menyebutkan tulang-tulang Ossa Capitis
- Menyebutkan tulang-tulang Skeleton Trunci
- Menyebutkan tulang-tulang Skeleton Ekstremitatum
A. OSTEOLOGI UMUM
Osteologi
(ilmu tulang umum) merupakan ilmu yang mempelajari tentang tulang-tulang. Kata
ini berasal dari bahasa latin “Os” atau dari bahasa Yunani “Osteon” yang
berarti tulang. Tulang-tulang di dalam tubuh bersendi satu sama lain membentuk
rangka (skeleton) dari tubuh manusia. Rangka manusia juga meliputi
tulang-tulang rawan, dengan demikian tulang rawan juga termasuk dalam
osteologi.
Rangka
manusia merupakan sebagian dari sistem lokomotorik dari tubuh manusia yang juga
meliputi otot-otot dan sendi-sendi. Tulang-tulang menjadi tempat perlekatan
otot-otot yang berkontraksi menggerakan tulang pada sendi-sendi, dengan
demikian otot merupakan pembawa tulang pada proses pergerakan. Secara
histologis, tulang merupakan jaringan ikat yang khusus, dalam hal ini matriks
tulang dimineralisasi oleh garam-garam organik terutama kalsium fosfat.
Pada
faktanya garam-garam organik tersebut berada dalam bentuk kristal-kristal
kalsiun hidroksiapatite yang khusus membentuk kekakuan tulang dan membuat
tulang menjadi kokoh tetapi tidak mempengaruhi fungsi dan suplai sel-sel tulang
yang terlibat, karena jaringan tulang mempunyai suatu sistem kanakuli, yang
melalui saluran-saluran ini suplai pendarahan dan persarafan dari masing-masing
sel dapat dilaksanakan. Terdapatnya serabut-serabut kolagen pada tulang
memberikan sumbangan untuk elastisitas dan kemungkinan untuk menahan gaya-gaya
tegangan. Tulang-tulang banyak disuplai oleh pembuluh darah, pembuluh-pembuluh
getah bening dan saraf-saraf yang selalu menuju jaringan tulang guna
mempertahankan fungsi-fungsi metabolisme. Tulang-tulang memperlihatkan suatu
corak pertumbuhan yang khusus dan mempunyai daya regenerasi yang besar,
sehingga penyembuhan dapat terlaksana setelah terjadi suatu cidera dan infeksi-infeksi
lain.
1. Fungsi Tulang
Tulang mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a.
Memberi
bentuk dan penguat pada tubuh.
b.
Sebagai
pelindung alat-alat tubuh yang vital
c.
Alat
pengungkit dan tampat untuk melekat otot.
d.
Tempat
pembentukan sel-sel darah merah.
e. Sebagai
gudang penyimpanan kalsium.
2. Jenis-jenis Tulang
Atas dasar morfologi atau
bentuknya tulang-tulang yang terdapat pada rangka manusia terdiri atas
jenis-jenis sebagai berikut:
a.
Tulang
panjang: merupakan tulang-tulang utama dari anggota badan, mempunyai korpus
yang panjang dan dua buah ujung tulang yang biasanya melebar. Sebagai contoh
adalah humerus, femur, claviculae dan sebagainya.
b. Tulang pendek: ukuran panjang, lebar dan
tebal hampir sama. Sebagai contoh adalah tulang carpalia dan tarsalia.
c.
Tulang
pipih: ukuran panjang dan lebar jauh melebihi ukuran tebalnya. Sebagai contoh
adalah os frontal dan parietal.
d.
Tulang
berongga: berbentuk rongga, contohnya adalah tulang belakang.
3. Pembentukan Tulang
Tulang
berasal dari mesoderm, di mana tulang mula-mula akan mengalami kondensasi untuk
berubah menjadi blastema / membran rudiments, dan dari sinilah tulang rawan
akan terdifferensiasi.
Proses penulangan ada 2 macam :
a.
Ossifikasi
intramembranosa / endesmalis.
Disini massa membran langsung
mengalami penulangan, tanpa menjadi tulang rawan terlebih dahulu.
b.
Ossifikasi
intracartilaginosa / enchondral
Sebelum menjadi tulang, massa
membran berubah menjadi tulang rawan. Jadi penulangan disini terjadi melalui
stadium tulang rawan.
Gambar 2.1 . Macam Ossifikasi dan Bagian-bagian
Tulang
Ada tulang yang di dalam
proses kejadiannya sebagian intramembranosa dan sebagian lagi
intracartilaginosa, misalnya os occipitalis.
Pada tulang, panjang
penulangan dimulai pada kira-kira 8 minggu intrauterine (dalam kandungan) yaitu
pada bagian batang, dimana tipe osssifikasinya adalah enchondral pada bagian
tengah dan endesmalis pada bagian tepi. Ossifikasi pada saat ini disebut
ossifikasi primer.
Pada waktu lahir, bagian
tengah tulang panjang disebut diaphysis,
sedangkan kedua ujung masih berupa tulang rawan yang disebut : cartilago epiphysialis. Pada kedua
ujung inilah kemudian terjadi ossifikasi type enchondral. Ossifikasi inilah
disebut sebagai ossifikasi sekunder, sedang
tulang yang terjadi disebut sebagai epiphysis.
Ossifikasi pada kedua ujung
ini terus berjalan hingga akhirnya tinggal dua lembar rawan yakni :
a. Cartilago articularis
Ini menutupi permukaan ujung
tulang dan tetap ada selama hidup.
b. Lamina epiphysialis
Ini terletak antara diaphysis
dan epiphysis.
Bila tulang menjadi tua maka bagian ini akan
mengalami ossifikasi.
Pertumbuhan
ke arah panjang dari tulang panjang tergantung dari penutupan laminan
epiphysialis, dimana pertumbuhan kearah panjang akan berhenti kalau lamina
epiphysialis sudah menutup.
Ada
yang disebut metaphysis, yaitu daerah diaphysis dekat lamina epiphysialis,
dimana tempat ini pertumbuhan ke arah panjang terjadi.
Pada
tulang-tulang pendek, ossifikasi terjadi secara enchondral, sedangkan tulang –
tulang pipih terjadi secara endesmalis. Pada wanita ossifikasi timbul lebih
awal dari umumnya laki-laki dan proses berakhirnya juga lebih cepat antara 2 –
3 tahun lebih dahulu.
B. RANGKA MANUSIA
Rangka
manusia tersusun dari 206 tulang-tulang yang bersendi; 64 buah di anggota badan
atas, 62 di anggota badan bawah, 28 di tengkorak, 26 buah columna vertebralis,
24 tulang iga, satu os sternum, dan satu os hyoideum. Rangka manusia termasuk
endoskeleton yaitu tulang-tulang di dalam tubuh dibawah otot-otot.
Dalam
mempelajari nama tulang, perhatikan letak tulang pada tubuh kita, misalnya
dengan meraba-raba tulang kita sendiri, dan usahakan untuk mengerti arti setiap nama atau istilah.
Istilah os berarti tulang, sedangkan ossa adalah bentuk jamak dari os yang
berarti kumpulan tulang.
Rangka manusia, yang tersusun atas 206 tulang
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok;
1. Ossa capitis (tulang rangka kepala)
2. Sceleton trunci (rangka batang badan)
a. Columna vertebralis (tiang
punggung)
·
Vertebrae cervicalis (tulang leher) 7 ruas.
·
Vertebrae thoracalis (tulang penggung) 12 ruas.
·
Vertebrae
lumbalis (tulang pinggang) 5 ruas.
·
Vertebrae sacralis (tulang kelangkang) 5 ruas.
·
Vertebrae
caudalis atau coccygealis (tulang ekor) 3-4 ruas.
b. Sternum (tulang dada)
c. Costae (tulang rusuk)
3. Sceleton extremitatum (rangka anggota)
a. Sceleton extremitatum superior.
1). Cingulum extremitatum superior
(gelang bahu)
- scapulae
- claviculae
2).
Sceleton extremitatum liberae superior (anggota gerak atas yang dapat bergerak
bebas)
- sceleton
brachii (humerus)
- sceleton
antebrachii (ulna dan radius)
- sceleton manus (ossa carpalia, ossa
metacarpalia, ossa phalanges manus)
b. Sceleton
extremitatum inferior.
1). Cingulum
extremitatum inferior (gelang panggul)
Os coxae (os illium/ ilii, os ichium/
ischii, os pubis)
2). Sceleton extremitatum liberae inferior (anggota gerak bawah yang dapat
bergerak bebas)
-
sceleton femoris (femur, patellae)
- sceleton crura ( tibia, fibula)
- sceleton pedis (ossa tarsalia, ossa metatarsalia, ossa phalanges pedis)
Gambar 2.2. Rangka Manusia
C. OSSA CAPITIS
Ossa
capitis atau tulang rangka kepala secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu
: ossa cranialis/ cranii (tulang-tulang pembentuk tengkorak) dan ossa fasciei
(tulang-tulang wajah).
1. Ossa cranialis
Ossa
cranialis atau ossa cranii terdiri dari tulang-tulang :
a.
Os
occipitalis
b.
Os
sphenoidale
c.
Os
temporale (sepasang)
d.
Os
parietale (sepasang)
e.
Os
frontale
f.
Os
ethmoidale
2. Ossa fasciei antara lain terdiri dari
tulang-tulang:
a.
Maxilla
(sepasang)
b.
Mandibula
c.
Os
zygomaticus (sepasang)
d.
Os
nasale (sepasang)
e.
Os
lacrimale (sepasang)
f.
Os
palatinum (sepasang)
Carilah letak dari tulang-tulang tersebut pada
gambar-gambar berikut.
Gambar 2.3. Ossa capitis Tampak dari Anterior
Dari gambar 2.3, nampak bangunan-bangunan
penting sebagai berikut:
a.
Pada
os frontal (tulang dahi) tampak margo supraorbitalis yang merupakan tepi atas
rongga mata, yang berakhir sebagai processus zygomaticus. Di atas margo
supraorbitalis dari tiap mata, terdapat sebuah foramen supraorbitale, tempat
lewatnya pembuluh darah dan saraf supraorbitalis. Dari gambar ini tampak jelas
bahwa os frontal berbatasan dengan tulang-tulang lain melalui sebuah sutura,
yaitu dengan tulang : os zygomaticus (tulang pipi), os sphenoidale, os nasale
(tulang hidung), dan maxilla (rahang atas).
b.
Tampak
beberapa tulang membentuk dasar rongga mata, yaitu: os frontale, os zygomaticum,
os sphenoidale, os lacrimale (tulang air mata), dan maxilla.
c.
Pada
os zygomaticus tampak margo infraorbitalis yang merupakan tepi bawah rongga
mata yang dibentuk bersama dengan maxilla.
d.
Pada
maxilla, di bawah margo infraorbitalis, terdapat dua buah foramen infraorbitale
tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf infraorbitale. Di samping itu, di bagian
yang berbatasan langsung dengan gigi terdapat processus alveolaris, yang
merupakan tempat tertanamnya akar gigi. Kedua maxilla kanan dan kiri bersatu di
tengah membentuk sutura intermaxillaris.
e.
Pada
mandibula (rahang bawah), tampak corpus (badan) mandibula, ramus (cabang)
mandibula, dan foramen mentale untuk lewatnya pembuluh darah dan saraf
mentalis.
Gambar 2.4. Ossa Capitis Tampak dari Samping
Dari gambar 2.4 nampaprocessusk bangunan-bangunan
dari beberapa tulang :
1. Os temporale (tulang pelipis) dengan bangunan-bangunan penting sebagai
berikut :
a. Porus / meatus acusticus externus atau lubang
telinga luar
b. Processus mastoideus, suatu tonjolan yang
terletak di belakang telinga
c. Processus styloideus, suatu duri yang
panjang mengarah ke bawah depan medial
2. Mandibula, tampak bangunan-bangunan:
a.
Corpus
mandibula, atau badan dari tulang rahang bawah
b.
Basis
mandibula (dasar tulang rahang bawah)
c.
Angulus
mandibula (sudut rahang bawah)
d.
Processus
condylaris dan processus coronoideus mandibula
3. Os frontale
4. Os parietale (tulang ubun-ubun)
5. Os nasale
Gambar 2.5. Ossa Capitis Tampak dari Atas
Pada gambar 2.5,
tampak tulang-tulang tengkorak dan sutura-suturanya, yaitu:
1. Sutura coronalis, merupakan sendi yang
dibentuk antara os frontale dan parietale
2. Sutura sagittalis, merupakan sendi yang
dibentuk antara os parietale kanan dan kiri
3. Sutura lambdoidea, merupakan sendi yang
dibentuk antara os parietale dengan os occipitalis
Gambar 2.6. Ossa
Capitis Tampak dari Posterior
Pada gambar 2.6, sutura lambdoidea tampak
jelas. Terkadang pada beberapa orang nampak sutura occipitalis transversa yang
membatasi os occipitale dengan os interparietale.
Pada os occipitale tampak bagian kasar
yang merupakan perlekatan dari m. trapezius yaitu :
- Protuberantia occipitalis externa
- Linea nuchalis superior dan inferior
Gambar 2.7. Ossa
Capitis Tampak dari Inferior
Pada gambar 2.7 tampak bangunan-bangunan yaitu :
- Sebuah lubang besar, yaitu foramen magnum yang merupakan lubang tempat lewatnya medula spinalis.
- Condylus occipitalis, bagian dari os occipitale tempat bersendinya os occipitale dengan vertebra cervical 1 (atlas)
- Processus mastoideus, processus styloideus, meatus accusticus externus.
- Langit-langit keras yang dibentuk oleh processus palatinus maxilla, dan langit-langit lunak yang dibentuk oleh os palatinum.
D. SCELETON TRUNCI
1. Columna Vertebralis
Columna
vertebralis merupakan tiang punggung yang terletak di sebelah dorsal tractus
digestivus (saluran pencernaan) pada linea mediana. Jika dilihat dari samping
tidak lurus, tetapi seperti huruf S yang mempunyai dua lengkungan yang disebut:
Lordose : yaitu lengkungan ke ventral (di daerah
vertebrae cervicales dan lumbales)
Kyphose : yaitu lengkungan ke dorsal (di daerah
vertebrae thoracales dan sacrum)
Gambar
2.8. Columna Vertebralis
Bentuk umum
vertebrae, mempunyai:
- Corpus vertebrae, ialah bagian yang terbesar kuat dan tebal, letaknya di sebelah ventral. Corpus vertebrae ini mempunyai 4 dataran.
□
Facies terminalis superior dan facies terminalis
inferior (disebut juga facies intervertebralis)
□
Antara facies terminalis superior dan facies
terminalis inferior dari vertebrae dibawahnya dihubungkan oleh tulang rawan
yang berbentuk cakram disebut discus intervertebralis.
□
Facies
ventralis dan dorsalis.
- Arcus vertebrae, berpangkal disebelah dorsal dari corpus yang merupakan dinding kanan dan kiri serta belakang dari foramen vertebrale. Pada arcus vertebrae, terdapat tiga macam tonjolan (processus), yaitu:
□
Processus
transversus, terdiri dari sepasang taju melintang yang menuju ke lateral
sebagai sayap.
□
Processus
spinosus, sebuah tonjolan yang mengarah ke dorsocaudal.
□
Processus articularis (tonjolan sendi) terdiri
dari dua pasang yaitu:
Ø
sepasang menuju ke cranial disebut processus
articularis superior yang mempunyai dataran sendi facies articularis superior.
Ø
sepasang menuju ke caudal disebut processus
articularis inferior yang mempunyai dataran sendi facies articularis inferior.
·
Foramen
vertebrale, ialah lubang yang dibentuk oleh corpus vertebrae dan arcus
vertebrae, jadi terletak disebelah dorsal dari corpus. Foramen vertebrale dari
semua vertebrae itu bersama-sama membentuk suatu saluran yang disebut canalis
vertebralis yang berisi medulla spinalis (sumsum tulang belakang).
Tampak dari superior Tampak dari anterior
Gambar 2.9. Vertebra
a. Vertebrae cervicalis
Perbedaan
dengan bentuk vertebrae pada umumnya ialah:
·
pada
processus tranversus terdapat foramen, yang disebut foramen tranversarium atau foramen
processus transversus,
·
processus tranversus bercabang dua (bifidal),
terdiri dari: tuberculum anterior (cabang disebelah anterior) dan tuberculum
posterior (cabang disebelah posterior)
·
antara kedua tuberculum terdapat sulcus nervi
spinalis,
·
processus
spinosus juga bifidal (bercabang dua),
·
corpus vertebrae pipih,
·
foramen vertebrale berbentuk segitiga.
Dari 7 ruas vertebrae cervicales
itu bentuknya tidak sama, terutama vertebrae cervicales satu, dua, dan tujuh,
mempunyai bentuk lain dibandingkan dengan vertebrae cervicales pada umumnya.
Gambar 2.10. Vertebrae cervicalis pada umumnya
1) Vertebrae
cervicales 1 (atlas)
Atlas tidak mempunyai corpus.
Posisi corpus digantikan oleh arcus anterior, sehingga atlas mempunyai dua buah
arcus, yaitu arcus anterior dan arcus posterior. Kedua arcus pada bidang mediosagittal
mempunyai protuberantia kecil yang disebut tuberculum anterius dan tuberculum
posterius. Lateral terhadap foramen vertebralis atlas yang besar terletak massa
lateralis, masing-masing mempunyai facies articularis superior dan facies
articularis inferior. Pada sisi
dalam arcus anterior terdapat permukaan sendi untuk dens, yaitu fovea dentis.
Dari foramen tranversarium yang terletak pada processus tranversus terdapat
alur yang disebut dengan sulcus arteriae vertebralis, berjalan melalui arcus
posterior untuk lewatnya arteria vertebralis.
Bagian
atas
Bagian
bawah
Gambar
2.11. Vertebrae cervivales 1 (atlas)
2) Vertebrae
cervicales 2 (Axis / Epistropheus)
Vertebrae ini mempunyai corpus
yang kecil tapi kuat. Pada tepi
cranial dari corpus terdapat suatu taju yang kuat, yang karena bentuknya
seperti gigi maka disebut dens axis / dens epistrophii. Pada dens ini terdapat
dua dataran sendi, yaitu bagian ventral disebut facies articularis anterior dan
bagian dorsal facies articularis posterior. Pada permukaan cranial dens
terdapat tonjolan bulat kecil, yaitu apex dentis.
Tampak depan
Tampak dari atas
Gambar
2.12. Vertebrae cervicale 2 (Axis/ Epistropheus)
3) Vertebra
cervicalis 7 (prominens)
Perbedaan dengan ruas yang lain, processus
spinosus vertebra cervicalis 7 atau vertebra prominens panjang lurus menuju ke
dorsal dan lebih menonjol dari yang lain, yang biasanya dapat diraba.
Gambar
2.13. Vertebrae cervicales7 (prominen)
b. Vertebrae
thoracalis
Perbedaan dengan vertebrae pada
umumnya adalah pada sisi lateral corpus vertebrae kanan dan kiri terdapat satu
atau dua buah cekungan sendi tempat bersendi dengan costae yaitu fovea costalis
superior terletak di tepi cranial corpus, dan fovea costalis inferior terletak
di caudal. Pada dataran ventral dari processus tranversus vertebrae thoracales
1 - 10 terdapat cekungan sendi yang disebut fovea costalis processus
transversi.
Tampak dari
superior
Tampak dari anterior
Tampak
dari samping
Gambar
2.14. Vertebrae thoracalis.
Dari 12 ruas vertebrae
thoracales, yang mempunyai perbedaan dengan vertebrae thoracalis pada umumnya
adalah vertebrae thoracalis 1, 10, 11, dan 12.
1) Vertebrae
thoracalis 1
Fovea costalis superior merupakan cekungan yang bulat.
2) Vertebrae
thoracalis 10.
Fovea costalis superior
merupakan cekungan bulat, sedangkan fovea costalis inferiornya sangat kecil.
3) Vertebrae
thoracales 11 dan 12.
Hanya mempunyai fovea costalis superior saja, yang
merupakan bulatan penuh sedangkan yang inferior tidak ada. Fovea costalis
processus transversi tidak ada, processus spinosus pendek menuju lurus ke
dorsal.
c. Vertebrae Lumbalis.
Corpusnya
besar dan kuat, makin ke caudal makin kecil, processus spinosusnya pipih dan
mengarah ke sagittal. Lamina arcusnya pendek dan kuat, dan pediculus arcus
vertebrae sangat tebal. Processus lateralis vertebrae lumbalis dapat dinamakan
processus costalis. Di belakang processus costalis terdapat processus
accessorius yang ukurannya berbeda, yang bersama-sama dengan processus mammilarisnya
menggambarkan sisa processus tranversus. Processus articularis inferior
terbentang ke caudal. Facies articularis superior menghadap ke medial
sedangkan facies articularis inferiornya menghadap ke lateral. Foramen
vertebralis dari vertebra lumbalis relatif kecil.
Tampak dari depan
Tampak dari atas
Gambar 2.15.
Vertebrae lumbalis.
d. Vertebrae sacralis (os sacrum)
Os
sacrum ini merupakan tulang besar berbentuk segitiga dengan basis di sebelah
cranial, terdapat di sebelah caudal dari vertebrae lumbalis, sebelah kanan dan
kirinya dibatasi oleh sepasang os coxae. Os sacrum terjadi karena persatuan
dari lima ruas vertebrae sacrales. Ke atas, tulang ini bersendi dengan
vertebrae lumbalis V, bersama-sama membentuk suatu bangunan yang menonjol disebut
promontorium. Sedangkan ke bawah, apexnya bersendi dengan os coccygis.
Pada
os sacrum ini dapat dibedakan beberapa dataran dan bagian yaitu, dataran yang
menghadap ke rongga pelvis (facies pelvina ossis sacri), dataran yang menghadap
ke arah dorsal (facies dorsalis ossis sacri), bagian atas yang menghadap ke
cranial (basis ossis sacri), bagian caudal (apex ossis sacri), dan bagian
lateral (pars lateralis ossis sacri).
Pada
facies pelvina terdapat garis-garis melintang, disebut lineae transversae, yang
merupakan garis batas antar vertebra sacralis yang telah menyatu. Tampak pula
lubang-lubang di kanan kiri lineae transversae, disebut foramina sacralia,
tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf sacralis.
Pada
facies dorsalis, tampak rigi-rigi yang merupakan persatuan dari beberapa
processus transversus vertebrae sacralis, disebut crista sacralis mediana.
Canalis sacralis, yang merupakan persatuan dari beberapa foramen vertebralis
vertebrae sacralis, terlihat sebagai suatu saluran tempat lewatnya cairan
serebro spinalis.
Pada
bagian ventral dari pars lateral, terdapat bangunan yang menyerupai sayap
kupu-kupu, disebut ala ossis sacri. Sedang sisi lateral dari pars lateral yang
berbentuk seperti daun telinga dan akan bersendi dengan coxae disebut facies
auricularis.
Tampak dari anterior
Tampak dari posterior
Tampak dari samping
Gambar 2.16. Os
sacrum.
e. Vertebrae caudales (os coccygis)
Coccygis
dibentuk dari tiga atau empat vertebrae. Permukaan yang menghadap sacrum
mempunyai cornu atau tanduk, yang dibentuk dari persatuan sempurna processus
articularis vertebrae coccygis 1. Sisa vertebrae coccygis hanya terdiri atas
tulang yang kecil dan bulat.
Gambar 2.17. Os
coccygis.
2. Costae (tulang rusuk)
Jumlah
costae seluruhnya ada 12 pasang, menurut bahan yang membentuk dibedakan menjadi
dua bagian :
·
Os costalis,
merupakan bagian terpanjang terletak disebelah dorsolateral.
·
Cartilago
costalis, merupakan bagian yang pendek terletak disebelah ventromedial, bagian
ini terjadi dari jaringan tulang rawan. Cartilago costalis 1-7 melekat pada
sternum, cartilago costalis 8-10 melekat pada cartilago costalis 7, sedangkan
cartilago costalis 11 dan 12 berakhir bebas.
Dengan demikian 12 passang costae itu
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
·
Costae
verae (iga sejati) yaitu costae 1-7.
·
Costae supriae (iga palsu) yaitu costae 8-10.
·
Costae fluctuantes/ vertebrales (iga melayang)
yaitu 11 dan 12.
Tiap costae umumnya terdiri dari
: caput costae, collum costae dan corpus costae. Caput costae mempunyai dataran
sendi yang disebut dengan facies articularis capitis costae. Pada costae 2 –
10, facies articularis capitis costae dibagi menjadi 2 bagian yaitu; facies
articularis capitis costae superior, dan facies articularis capitis costae
inferior, kedua facies ini dipisahkan oleh suatu rigi yyang disebut crista
capitis costae.
Collum costae, bentuknya
langsing dan pada kebanyakan costae terdapat pinggiran yang tajam yang disebut,
crista colli costae, ke arah lateral dibatasi oleh tonjolan yaitu tuberculum costae.
Pada costae 1 – 10, tuberculum ini mempunyai dataran sendi yaitu, facies
articularis tuberculi costae.
Corpus costae ke arah lateral
membelok ke ventral pada suatu sudut yang disebut angulus costae. Namun pada costae
11 dan 12 angulus costae ini tidak ada. Pada corpus costae ini antara facies
superior dan facies inferior jelas perbedaannya, yaitu adanya sulcus costae
pada facies inferior costae 2 – 11.
Gambar
2.18. Costae tampak dari depan
Gambar
2.19. Costae tampak dari belakang
Dari
12 pasang costae ini, ada beberapa yang mempunyai sifat lain, yaitu:
- Costae 1
□
Pendek tetapi terlebar.
□
Caput tidak mempunyai crista capitis costae.
□
Angulus berimpit dengan tuberculum costae.
□
Di dataran cranial dari corpus terdapat
tuberculum musculi scaleni anterioris, sedangkan disebelah medial terdapat
sulcus arteriae subclaviae.
·
Costae 2
Pada bagian corpus terdapat
tuberositas musculi serrati anterioris tempat perlekatan dari m. serratus
anterior.
- Costae 11 dan 12.
□
Ujungnya berakhir melayang bebas.
□
Tidak mempunyai facies articularis tuberculi costae.
Gambar
2.20. Costae 1, 2, 3 dan 7
3. Sternum (tulang dada).
Merupakan
tulang tunggal yang pipih, mempunyai tiga bagian pokok :
a. Manubrium
sterni (hulu)
Manubrium
sterni, bagian ini berbentuk belah ketupat dan merupakan bagian terlebar. Disini
dijumpai beberapa lekuk yaitu, di sebelah cranial terdapat incisura jugularis,
pada sudut craniolateral kanan dan kiri ada takik yang disebut incisura clavicularis
sterni untuk bersendi dengan claviculae. Di bawahnya lagi terrdapat takik yang
disebut incisura costalis prima atau satu, dan pada batas antara manubrium dan
corpus terdapat setengah takik yang disebut incisura costalis secunda (dua).
b. Corpus
sterni.
Corpus sterni merupakan bagian yang panjang dan
pipih, dengan banyak takik di kanan kirinya. Takik teratas hanya setengah, bila
bergabung dengan takik terbawah manubrium akan membentuk incisura costalis 2. Takik
selanjutnya berturut-turut disebut incisura
costalis 3 - 7 dan pada tiap-tiap incisura disebelah cranial dan caudal dibatasi
oleh bagian yang menonjol yang disebut processus costalis. Manubrium dan corpus
sterni membentuk sendi symphysis manubriosternalis.
c. Processus xiphoideus (tulang
pedang-pedangan).
Processus xiphoideus terletak disebelah caudal yang
membentuk hubungan symphysis xiphosternalis dengan corpus sterni.
Gambar 2.21. Sternum.
E. SCELETON EXTREMITATUM SUPERIOR
1. Cingulum
Extremitatum Superior (gelang bahu)
a. Scapulae (tulang belikat).
Scapulae
merupakan tulang pipih yang berjumlah sepasang dan berbentuk segitiga. Dengan
demikian, scapulae mempunyai tiga sisi atau tepi, yaitu margo vertebralis
(medialis), margo axilaris (lateralis), dan margo cranialis (superior). Tulang
ini juga mempunyai tiga sudut, yaitu angulus medialis/superior, angulus
lateralis dan angulus inferior. Pada angulus lateralis terdapat dataran sendi
besar dan oval yang disebut cavitas glenoidalis. Di sebelah cranial cavitas ini
terdapat tonjolan kasar yang disebut tuberculum supraglenoidale dan di bawahnya
terdapat tuberculum infraglenoidale.
Scapulae mempunyai dua
bidang datar yaitu facies
ventralis dan facies dorsalis. Facies ventralis atau disebut juga facies costalis
merupakan dataran yang cekung, dengan bagian yang cekung disebut fossa subscapularis,
tempat perlekatan m. subscapularis. Dataran yang kedua, yaitu facies dorsalis
lebih cembung, dekat angulus superior terdapat suatu tonjolan yang kuat,
dinamakan spina scapulae, yang berakhir melebar di sebelah lateral disebut
acromion. Pada acromion terdapat dataran sendi yang disebut facies
articularis clavicularis, tempat acromion bersendi dengan claviculae. Dengan
adanya spina scapulae, maka facies
dorsalis scapulae terbagi menjadi dua daerah yaitu, fossa supraspinata dan
fossa infraspinata.
Margo superior, agak ke lateral
terdapat takik, incisura scapulae dan di sebelah lateralnya terdapat tonjolan
kuat seperti paruh burung, yang disebut processus coracoideus.
Tampak dari anterior
Tampak dari posterior
Tampak dari lateral
Gambar 2.22. Scapulae
b. Claviculae (tulang selangka)
Tulang
ini berbentuk huruf S yang mempunyai dua dataran: yaitu facies superior dan
facies inferior. Facies superior berujung medial kuat dan bulat disebut
extremitas sternalis claviculae dan pada ujungnya terdapat dataran sendi yaitu,
facies articularis sternalis claviculae untuk bersendi dengan sternum. Ujung
lateral atau disebut sebagai extremitas acromialis mempunyai dataran sendi
facies articularis acromialis claviculae yang bersendi dengan acromion.
Facies inferior bersifat lebih
kasar dan di tengah-tengahnya terdapat sulcus musculi subclavius. Dekat ujung lateral lebih ke dorsal terdapat
tonjolan yaitu tuberculum conoideum.
Tampak
dari atas
Tampak dari bawah
Gambar 2.23. Claviculae.
2. Sceleton Extermitatum Liberae Superior
a. Humerus
Merupakan
tulang panjang yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu: epiphysis proximalis,
diaphysis, dan epiphysis distalis.
1). Epiphysis proximalis
Bagian ini mempunyai bulatan besar yang disebut
caput humeri untuk bersendi dengan cavitas glenoidalis scapulae. Di sebelah
distal caput menyempit, bagian ini disebut collum anatomicum humeri, di sebelah
lateral caput ini ada dua tonjolan; yang pertama, tonjolan yang lebih besar
yang dinamakan tuberculum majus dan ke
distal melanjutkan diri sebagai rigi yang disebut crista tuberculi majoris
humeri; yang kedua, tonjolan yang lebih kecil disebut tuberculum minus terletak
di sebelah medial dan ventral. Tuberculum minus ini melanjutkan diri sebagai
rigi yang dinamakan crista tuberculi minoris humeri. Antara kedua tuberculum
ini terdapat suatu parit yang memanjang ke arah distal, disebut sulcus
intertubercularis.
Tampak dari anterior Tampak dari posterior
Gambar 2.24. Tulang humerus kiri
2). Diaphysis
Diaphysis merupakan corpus dari tulang ini. Di sebelah
cranioventral pertengahan corpus agak ke lateral terdapat tonjolan yang disebut
tuberositas deltoidea, di sebelah dorsal tuberositas deltoidea ini terdapat
sulcus nervi radialis. Corpus humeri ini makin ke distal berubah dari silinder
menjadi bentuk segitiga, sehingga dijumpai tiga tepi yakni; margo medialis,
margo lateralis dan margo volaris dengan demikian corpus bagian distal
mempunyai tiga dataran, yaitu; facies posterior, facies anteromedialis, dan
facies anterolateralis.
3). Epiphysis distalis
Merupakan bagian yang pipih, pada ujungnya
terdapat bonggol yang disebut condylus humeri. Condylus humeri mempunyai dua
tempat sendi, yaitu; capitulum humeri di sebelah lateral bersendi dengan tulang
radius, dan trochlea humeri yang bersendi dengan ulna. Di sebelah ventrocranial
capitulum humeri terdapat cekungan disebut fossa radialis, tempat bersendi
dengan os radius, sedangkan di sebelah ventrocranial trochlea humeri terdapat
cekungan yang dalam yaitu fossa olecrani tempat masuknya olecranon. Pada bagian
epiphysis terdapat sulcus nervi ulnaris. Tepi medial dan lateral condylus
humeri tampak menonjol kuat, disebut epicondylus medialis dan epicondylus
lateralis.
b. Ulna (tulang hasta)
Seperti halnya humerus, tulang ini juga terdiri
dari tiga bagian : epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis.
1). Epiphysis proximalis
Bagian ini besar dan kasar, ke arah volaris
mepunyai takik disebut incisura semiulnaris ulnae atau incisura trochlearis
yang bersendi dengan trochlea humeri. Incisura itu disebelah volair berakhir
meruncing disebut processus coronoideus sedangkan di sebelah dorsal berakhir
menonjol, disebut olecranon, yang membentuk tonjolan siku. Di sebelah radial
dan agak ke distal dari incisura itu terdapat takik disebut incisura radialis
ulnae yang bersendi dengan tulang radius. Di sebelah dorsal incisura radialis
ini terdapat rigi yang arahnya ke caudal disebut crista musculi supinatoris,
dan di sebelah ventrodistal dari bagian
ini terdapat dataran kasar yang disebut tuberositas ulnae.
Gambar 2.25. Tulang ulnae kiri
2). Diaphysis
Merupakan corpus dari tulang ini. Mempunyai tiga
sisi, yaitu margo posterior, anterior dan margo interosseus yang terletak di
sebelah radial berbentuk rigi-rigi tajam. Dan juga mempunyai tiga dataran
yakni, facies anterior, posterior, dan medial.
3). Epiphysis
distalis
Berakhir bulatan
disebut caput ulnae. Pada caput ini ada akhiran yang menonjol disebut processus styloideus ulnae, caput ini
dilapisi oleh dataran sendi berbentuk
segitiga yang disebut circumferentia articularis ulnae yang bersendi dengan tulang radius distal.
c. Radius (tulang
pengumpil)
1). Epiphysis proximalis
Bagian ini kecil
yang disebut caput radii. Pada ujung caput terdapat cekungan disebut fovea
articularis untuk bersendi dengan humerus. Tepi cranial caput dilapisi oleh
dataran sendi yang disebut circumferentia articularis radii, untuk bersendi
dengan tulang ulnae bagian proximal. Bagian
distal dari caput menyempit, yang disebut collum radii. Di sebelah ventrodistal
dari collum itu, yang merupakan batas dengan diaphysis, terdapat tonjolan kasar
yaitu tuberositas radii.
Gambar
2.26. Radius kiri
2). Diaphysis
Disebut juga
corpus radii yang mempunyai 3 sisi yaitu; margo anterior, margo posterior dan
margo interosseus, yang terletak di sebelah ulnair berbentuk rigi tajam, dan juga mempunyai 3 dataran yaitu
facies anterior yang menghadap tapak
tangan , facies posterior dan facies lateralis.
3). Epiphysis distalis
Bagian ini besar dan lebar, ujung sebelah radial
memanjang yang disebut processus styloideus radii. Pada bagian ini terdapat
tempat sendi yaitu, incisura ulnaris radii untuk bersendi dengan tulang ulnae
bagian distalis, dan facies articularis carpalis menghadap ke distal untuk
bersendi dengan carpus.
d. Ossa carpalia
Merupakan
tulang-tulang kecil yang terdiri dari 8
buah tulang, tersusun dalam dua deretan dari radial ke ulnair. Deretan proximal
terdiri dari os scaphoideum (tulang bentuk kapal), os lunatum (tulang bulan),
os triquetrum (tulang segitiga) dan os pisiforme (tulang kacang). Deretan
distal adalah os trapezium, os trapezoideum (disebut juga mutangulum majus dan
minus), os capitatum (tulang berkepala) dan os hamatum (tulang berkait).
Os
hamatum di sebelah volair juga mempunyai dua tonjolan berbentuk kail yang
disebut hamulus ossis hamati. Tonjolan itu bersama-sama dengan os pisiforme
merupakan tepian yang tinggi dan kuat disebut eminentia carpi ulnaris, dengan
demikian pada volamanus diantara kedua eminentia merupakan daerah seperti parit
disebut sulcus carpi.
e. Ossa metacarpalia
Jumlahnya
lima buah dan merupakan tulang-tulang panjang yang kecil diberi nomor dari arah
radial ke ulnair (os metacarpal 1 sampai os metacarpal 5). Tiap-tiap
tulang terdiri dari 3 bagian yakni basis atau epiphysis proximalis, corpus atau
diaphysis, dan caput atau epiphysis distalis.
Basis, pada bagian ini terdapat dataran sendi, hubungan antara ossa
carpalia dengan ossa metacarpalia, yaitu:
·
Os
metacarpale 1 dengan os trapezium
·
Os
metacarpale 2 dengan os trapezoideum
·
Os metacarpale 3 dengan os capitatum
·
Os
metacarpale 4 dengan os sedikit os capitatum dan os hamatum
·
Os metacarpale 5 dengan os hamatum
Ada dataran sendi untuk bersendi
dengan os metacarpale di sampingnya yang disebut facies articularis
intermetacarpale. Di sebelah dorsal dari basis os metacarpale 3 berakhir
menonjol disebut, processus styloideus ossis metacarpale 3.
Corpus mempunyai dua dataran
yakni, facies dorsalis yang agak cembung dan facies volaris yang cekung.
Caput ossis metacarpi bersendi dengan phalanx proximal dari masing-masing
jari. Pada bagian ini juga didapatkan tulang-tulang kecil yang disebut ossa
sesamoidea.
f. Ossa
digitorum manus
Ossa digitorum manus atau tulang-tulang jari tangan / ruas jari tangan
adalah tulang penyusun jari tangan. Tangan orang normal memiliki lima jari yang
diberi nama jari I sampai V dari lateral ke medial. Ibu jari (pollux/ digitus
I), telunjuk (index / digitus II), jari tengah (digitus medius/ digitus III),
jari manis (digitus anularis/ digitus IV), dan jari kelingking (digitus
minimus/ digitus V).
Berbentuk tulang panjang, tiap-tiap jari mempunyai
3 ruas phalanx, kecuali ibu jari karena hanya mempunyai 2 ruas phalanx dan
bagian tiap-tiap phalanx terdiri dari
basis, corpus dan caput. Phalanx terdekat dengan metacarpal disebut
phalanx proximal, yang terjauh disebut phalanx distal, dan di antaranya disebut
phalanx medial.
Gambar 2.27. Ossa carpal, metacarpal, dan digitorum manus kanan
F. SCELETON EXTREMITATUM INFERIOR
1. Cingulum Extremitatum Inferior (gelang
panggul)
a. Os Coxae
Tulang
ini berjumlah dua kanan dan kiri, dimana sepasang coxae dengan os sacrum
bersama-sama membentuk bangunan yang disebut pelvis atau panggul.
Os
coxae sebenarnya terdiri dari tiga tulang yang tumbuh menjadi satu, yaitu : os
Ilium, os Ischium dan os Pubis, pada waktu embrio ketiga tulang masih terpisah
dan sebagian bertemu membentuk acetabulum, garis perbatasannya berbentuk huruf
Y.
1). Os Ilium (tulang usus)
Tulang
ini merupakan tulang yang letaknya paling cranial dari os coxae, berbentuk pipih
dan lebar. Tulang ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
·
corpus ossis ilium
·
ala ossis ilium
Os ilium mempunyai dua dataran, yaitu facies
pelvina dan facies dorsalis. Facies pelvina, dataran ala ossis ilium yang
menghadap ke rongga badan, berbentuk cekung dan licin yang disebut fossa
iliaca, dan di sebelah dorsalnya terdapat dataran sendi yang berbentuk daun
telinga disebut facies auricularis yang bersendi dengan facies auricularis os
sacrum. Bagian yang kasar dari dataran ini disebut tuberositas iliaca. Tepi cranial
dari ala ossis ilium berbentuk huruf S yang disebut crista iliaca. Dari facies
pelvina ke arah facies dorsalis crista iliaca ini dapat dibagi menjadi 3 bagian
: labium internum, linea intermedia dan labium externum.
Crista
iliaca disebelah ventral berakhir menonjol disebut spina iliaca anterior
superior (SIAS). Sedangkan ke arah caudal crista iliaca membentuk dua tonjolan
yang disebut spina iliaca posterior superior dan spina iliaca posterior
inferior. Dari sini tepian itu menuju ke suatu cekungan yang disebut incisura
ischiadica mayor.
Pada
facies pelvina, terdapat garis yang jalannya condong ke ventrolateral kemudian
membelok ke ventromedial disebut linea arcuata yang memisahkan ala ossis ilium
dengan corpus ossis ischii.
Corpus
ossis ilium ini turut membentuk acetabulum, dengan tepi yang menonjol sebagai
bibir tebal disebut limbus acetabuli.
2). Os Ischium
Tulang
ini merupakan bagian yang letaknya di sebelah caudal dari os ilium dan di
sebelah dorsal dari os pubis. Os ischii terdiri dari tiga bagian.
- Corpus ossis ischii, bagian ini kuat dan tebal, pada dataran lateral terdapat bangunan yang merupakan tempat persendian yang disebut acetabulum untuk bersendi dengan os femur. Pada bagian dalam dari acetabulum merupakan suatu cekungan disebut fossa acetabuli dan bagian ini dikelilingi oleh suatu tepian berbentuk tapal kuda disebut facies lunata acetabuli. Pada tepi dorsal terdapat tonjolan disebut spina ischiadica dan di sebelah caudal dari spina ini terdapat takik kecil yang disebut incisura ischiadica minor.
- Ramus superior ossis ischii, ke arah caudal terdapat tonjolan membulat kuat disebut tuber ischiadicum. Ramus inferior ossis ischii, ke arah cranial ramus ini terdapat lubang besar yang disebut foramen obturatum.
3). Os Pubis
Tulang
ini terletak di sebelah ventral, terdiri dari :
- Corpus ossis pubis, ke arah lateral turut membentuk acetabulum.
- Ramus superior ossis pubis, pada perbatasan dengan corpus terdapat suatu tonjolan yang disebut eminentia iliopectinea/ iliopubica, dari daerah ini terdapat rigi-rigi yang tajam yaitu, pecten ossis pubis, dan di sebelah ventral dari bagian ini terdapat tonjolan membulat disebut tuberculum pubicum. Ramus ini disebelah ventral berakhir dengan dataran sendi yaitu facies symphysialis. Pertemuan antara facies symphysialis kanan dan kiri membentuk sendi yang disebut symphysis pubis. Ramus inferior ossis pubis berjalan condong ke caudolateral lalu berhubungan dengan ramus inferior ossis ischii.
Gambar 2.28. Os
coxae kanan
Gambar 2.29 .
Acetabulum
2. Sceleton extremitatum liberae inferior
a. Femur (tulang paha)
Femur
adalah tulang panjang yang terdiri dari :
1). Epiphysis
proximalis
Bagian ujung disebut caput femoris untuk
bersendi dengan acetabulum coxae, di tengah-tengah caput femoris terdapat
cekungan disebut fovea capitis femoris.
Ke arah lateral menyempit menjadi collum femoris, pada batas antara collum dan
diaphisis menjadi lebar kembali dan terdapat dua tonjolan yaitu trochanter
mayor dan trochanter minor. Kedua tonjolan ini saling berhubungan yaitu disebelah
ventral dihubungkan oleh suatu garis disebut linea intertrochanterica dan di
sebelah dorsal dihubungkan oleh suatu rigi yaitu crista intertrochanterica, dan
pada trochanter mayor terdapat cekungan dalam disebut fossa trochanterica. Sebelah caudal trochanter minor terdapat
garis yang menuju ke distal disebut linea pectinea dan bagian kasar tempat
perlekatan m. gluteus yang disebut tuberositas glutea.
Tampak depan Tampak
belakang
Gambar 2.30. Femur kanan
2). Diaphysis
Berbentuk
segitiga, mempunyai tiga dataran : facies anterior, facies medialis, dan facies
lateralis. Batas antara facies
medialis dan lateralis merupakan garis yang jelas disebut linea aspera yang
terdiri dari labium medial dan labium lateral. Ke arah caudal kedua labium
membatasi daerah dataran berbentuk segitiga disebut facies poplitea.
3). Epiphysis distalis
Berakhir menjadi dua tonjolan yang bulat yaitu,
condylus medialis femoris dan condylus lateralis femoris, yang keduanya
mempunyai dataran sendi yang disebut facies articularis inferior, tempat femur
bersendi dengan os tibia. Di sebelah dorsal, kedua condylus dipisahkan oleh
cekungan fossa intercondylaris namun tetap berhubungan melalui garis yang
disebut linea intercondylaris. Sedang di daerah ventral dari bagian ini membentuk
dataran sendi untuk patellae yaitu facies patellaeris. Masing-masing
condylus ke arah samping membentuk tonjolan kecil yang disebut epicondylus
medialis femoris dan epicondylus lateralis femoris.
b. Patellae (tempurung lutut)
Merupakan
tulang pipih dan berbentuk segitiga dengan basis di sebelah proximal dan apex
disebelah distal. Patellae terdiri dari dua dataran yaitu, facies anterior dan
facies posterior yang mempunyai dataran sendi yaitu facies articularis yang
akan bersendi dengan os femur.
Tampak dari anterior Tampak dari
posterior
Gambar 2.31. Patellae
c. Tibia (tulang kering)
1) Epiphysis
proximalis
Terbelah menjadi
dua bagian yang disebut condylus medialis tibiae dan condylus lateralis tibiae.
Keduanya mempunyai dataran sendi yang disebut facies articularis superior
condylus medialis dan lateralis tibiae, tempat bersendi dengan facies
articularis inferior condylus medialis dan lateralis femur. Kedua dataran sendi
ini dibatasi oleh tepian yang meninggi disebut eminentia intercondylaris dan
pada eminentia ini terdapat dua tonjolan, yaitu : tuberculum intercondylare
mediale dan tuberculum intercondylare laterale. Hubungan antara tibia dan femur
dibatasi oleh tulang rawan berbentuk cincin yaitu, meniscus medialis dan
meniscus lateralis. Di sebelah lateral terdapat dataran sendi, facies
articularis fibularis untuk bersendi dengan os fibula bagian proximal. Sedangkan bagian ventrodistal terdapat
tonjolan kasar disebut tuberositas tibiae.
Tampak anterior Tampak lateral Tampak posterior
Gambar 2.32. Tibia kanan
2) Diaphysis
Bagian ini merupakan corpus tibiae yang penampang
lintangnya berbentuk segitiga dengan tepi : margo mediale, margo interosseus
dan margo anterior. Dengan demikian bisa kita temui tiga dataran : facies
medialis, facies lateralis (menghadap kearah fibula) dan facies posterior. Pada
facies posterior terdapat suatu garis dari laterocranial ke mediodistal disebut
linea musculi solei.
3) Epiphysis distalis
Pada bagian ini disebelah medial terdapat tonjolan
kuat disebut malleolus medialis, pada dataran lateral terdapat suatu yaitu :
incisura fibularis tibiae yang bersendi dengan fibula distal. Pada ujung
distal terdapat dataran sendi yaitu : facies articularis inferior tibiae dan
facies articularis malleoli medialis yang bersendi dengan talus. Di sebelah
dorsal malleolus medialis terdapat sulcus malleolaris.
d. Fibula (tulang betis)
Merupakan tulang panjang yang letaknya di
sebelah lateral dan sejajar dengan tibiae. Terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1) Epiphysis
proximalis
Bagian ini
disebut caput fibulae dengan bagian yang meruncing disebut apex capitis fibulae.
Capitulum ini disebelah medial mempunyai dataran sendi yang disebut facies
articularis capitis fibulae, bersendi dengan tibia proximal.
2) Diaphysis
Merupakan corpus
yang mempunyai 3 tepi yang tajam (margo anterior, posterior, dan margo
interosseus) dan 3 dataran (facies mediale, laterale, dan posterior).
3) Epiphysis
distalis
Bagian ini
membentuk malleolus lateralis. Pada dataran medial terdapat dataran sendi
facies articularis malleoli lateralis yang bersendi dengan talus.
Tampak anterior Tampak posterior Bersama tibia tampak anterior
Gambar
2.33. Os fibula kiri
e. Ossa Tarsalia
Tarsus atau pangkal
kaki/pergelangan kaki tersusun oleh tujuh tulang yaitu : talus, calcaneus, os
naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforme
laterale, dan os cuboideum
- Talus terletak di bawah tibia, di atas calcaneus, merupakan os tarsal yang paling besar nomor dua, setelah calcaneus. Kedua sisi talus diapit oleh malleolus laterale dan mediale.
- Calcaneus adalah tulang tarsal terbesar, membentuk bangunan yang disebut tumit. Facies posterior terdapat suatu tonjolan yang disebut tuber calcanei tempat perlekatan tendo Achilles/ tendo calcanei.
- Os naviculare terdapat pada bagian medial kaki, di depan talus.
- Os cuneiforme adalah tulang-tulang berbentuk baji yang bersendi di sebelah belakang dengan os naviculare dan di sebelah depan dengan ossa metatarsalia. Os cuneiforme ada tiga buah yaitu mediale, laterale, dan intermedium. Di sebelah lateral, os cuneiforme lateral bersendi dengan os cuboideum.
- Os cuboideum terletak di sebelah lateral kaki antara calcaneus dengan os metatarsal IV dan V. Sesuai dengan namanya, tulang ini berbentuk kubus.
f. Ossa Metatarsalia
Ossa metatarsalia atau
tulang-tulang telapak kaki dibentuk oleh lima tulang dengan nomor I sampai V
dari medial ke lateral. Masing-masing
mempunyai bagian proximal (basis), tengah (corpus) dan distal (caput). Basis metacarpal
bersendi dengan tarsus dan os metatarsal lainnya, sedangkan caput bersendi dengan phalanx proximal. Pada
permukaan inferior basis os metatarsal I terdapat ossa sesamoidea.
g. Ossa Digitorum Pedis
Ossa digitorum pedis
atau tulang-tulang jari kaki (ruas jari kaki) adalah tulang penyusun jari kaki. Kaki orang
normal memiliki lima jari yang diberi nama jari I sampai V dari medial ke
lateral (terbalik bila dibandingkan dengan jari tangan). Ibu jari (hallux/
digitus I), jari kedua (digitus II), jari tengah (digitus medius/ digitus III),
jari keempat (digitus IV), dan jari
kelingking (digitus minimus/ digitus V).
Berbentuk tulang panjang, tiap-tiap jari mempunyai
3 phalanges, kecuali ibu jari karena hanya mempunyai 2 phalanges dan bagian
tiap-tiap phalanx terdiri dari basis, corpus dan caput. Phalanx terdekat dengan
metacarpal disebut phalanx proximal, yang terjauh disebut phalanx distal, dan
di antaranya disebut phalanx medial
tampak dari
superior
Gambar 2.34. Os
tarsal, metatarsal, dan ossa digitorum pedis kanan
tampak dari
inferior
Gambar 2.35. Os
tarsal, metatarsal, dan ossa digitorum pedis kanan
RANGKUMAN
- Osteologi (ilmu tulang umum) merupakan ilmu yang mempelajari tentang tulang-tulang. Kata ini berasal dari bahasa latin “Os” atau dari bahasa Yunani “Osteon” yang berarti tulang.
- Fungsi tulang : memberi bentuk dan penguat pada tubuh, alat pengungkit dan tempat untuk melekat otot, tempat pembentukan sel-sel darah merah, dan sebagai gudang penyimpanan kalsium.
- Jenis-jenis tulang; tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang berongga.
- Proses penulangan dikenal ada 2 macam ; ossifikasi intramembranosa / endesmalis dan ossifikasi intracartilaginosa.
- Rangka manusia, yang tersusun atas 206 tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
1.
Sceleton capitis (tulang rangka kepala)
- Sceleton trunci (rangka batang badan) : Columna vertebralis (tiang punggung), Sternum (tulang dada), Costae (tulang rusuk),
- Sceleton extremitatum (rangka anggota) : sceleton extremitatus superior dan inferior
BAB 3
BAB III
ARTHROLOGI
Standar Kompetensi : Memahami tentang Arthrologi
Kompetensi Dasar :
- Menyebutkan pengertian Arthrologi
- Menyebutkan macam-macam sendi
A.
Arthrologi UMUM
Arthrologi ialah cabang llmu pengetahuan yang mempelajari tentang persendian (kata Yunani, arthron =
sendi). Tercakup di sini semuanya mengenai persendian, baik struktur, ligamenta maupun fungsinya. Dianggap lebih tepat dari pada
syndesmologia; yaitu ilmu pengetahuan mengenai ligamenta dan persendian yang
berhubungan dengannya (kata Yunani syndesmos
= ligamentum), karena banyak bangunan dalam tubuh yang disebut dengan
ligamentum (lig. inguinale,
lig., vocale, lig. teres uteri), akan tetapi tidak termasuk dalam
syndesmologia.
Tulang-tulang yang merupakan
bagian dari kerangka badan, satu sama lain dihubungkan dengan perantaraan suatu
persendian (articulatio atau junctura ossium). Bila kita tinjau semua hubungan
tulang pada kerangka badan, maka pada prinsipnya mereka dapat dipisahkan dalam
dua golongan besar yaitu: 1. Synarthrosis, semua hubungan tulang yang tidak
memiliki ruang sendi; 2. Diarthrosis, semua junctura ossium yang mempunyai
ruang sendi.
1.
SYNARTHROSIS
Persendian ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
- Tidak mempunyai ruang sendi (vacuum articulatio), jadi juga tidak memiliki capsula articularis, membran synovialis dan synovia.
- Kedua tulang dihubungkan oleh suatu substansi antara yang dapat berupa jaringan fibreus, cartilago atau tulang.
Substansi ini berhubungan dengan facies articularis tulang yang membentuk
persendian. Termasuk synarthrosis adalah :
a. Junctura Cartilagine
1) Synchondrosis
Substansi penghubungnya dapat
berupa cartilago hyalin. Pada umumnya synchondrosis dengan cartilago hyalin
adalah persendian sementara, dimana kemudian hari cartilago hyalin akan digantikan
oleh tulang. Maka junctura ini berubah dari syncondrosis menjadi synostesis.
Contoh :
·
Synchondrosis
bentuk Y pada acetabulum, yang menghubungkan os illium , os ischii dan os pubis
tulang coxae yang masih muda.
2) Symphysis
Substansi penghubungnya berupa
suatu discus dari fibrocartilago.
Contoh :
·
Discus inteervertebralis antara 2 corpus
vertebrae.
·
Symphysis ossium pubis.
b. Junctura Fibrosa
Berbeda dengan junctura cartilaginea
yang mempunyai substansi penghubung berupa cartilago, maka junctura fibrosa
mempunyai substansi penghubung berupa jaringan fibreus, termasuk ini
adalah :
1) Sutura.
Bentuk ini hanya terdapat pada
cranium, antara 2 tulang yang pada umumnya pipih, terdapat suatu lapisan
jaringan mengikat fibreus yang tipis.
Disebut sutura vera apabila
pinggir-pinggir tulang yang berhubungan mempunyai beberapa tonjolan dan
lekukan, yang sesuai satu sama lain, dipisahkan oleh suatu lapisan jaringan fibreus yang tipis, termasuk
sutura vera ialah :
· Sutura dentata ; tonjolannya berbentuk
seperti gigi, terdapat antara tulang-tulang parietale.
· Sutura serrata ; pinggir tulang nampak
seperti gigi gergaji, terdapat antara kedua bagian os frontale.
· Sutura limbosa; selain adanya
tonjolan-tonjolan yang masuk dalam lekukan yang sesuai pada pinggir tulang
terdapat juga overlapping antara pinggir-pinggir tulang tersebut, misalnya
antara os frontale dan os parietale.
Disebut sutura notha, apabila
dataran tulang yang berapposisi, merupakan permukaan yang kasar.
·
Sutura
squamosa ; antara os temporale
dan os pariotale, dimana terdapat overlapping antara pinggir kedua tulang
tersebut.
·
Sutura
harmonia ; antara kedua tulang terdapat apposisi biasa (tidak ada overlapping),
seperti antara kedua tulang maxilla.
2) Comphosis
Bentuk hubungan ini khusus
terdapat antara akar gigi dan aveoli dari mandibula dan maxilla.
3) Sohinglyosis.
Suatu bentuk junctura dimana
suatu lembaran tulang tipis menyisip kedalam suatu fissura yang terdapat pada
tulang tipis yang lain. Misalnya antara rostrum sphemoidale dan lamina
perpendicularis ossis ethmoidalis dengan os vomer.
4) Syndesmosis.
Tulang-tulang disini baik yang
letaknya berdekatan maupun berjauhan dihubungkan dengan perantaraan satu atau
lebih ligamenta. Ligamenta ini dapat berbentuk membran, berkas yang pipih atau
membulat.
Contoh : membrana interossea antara radius dan ulna; lig. coracoacromiale, lig. coracoclaviculare.
Catatan :
Di dalam discus fibrocartilagineus dari symphysis ossium
pubis, seringkali dijumpai suatu celah. Bentuk ini yang dianggap sebagai bentuk
peralihan antara gynarthrosis dan diarthrosis, disebut amphiarthrosis, Nama ini
diberikan atas dasar struktur sendinya. Akan tetapi menurut Gray, hubungan tulang yang termasuk synarthrosis,
tetapi masih mungkin terjadi gerakan meskipun sedikit dan tidak spesifik,
dimasukkan dalam golongan amphiarthrosis. Jadi bentuk symphysis dan syndesmosis
dimasukkan dalam golongan amphiarthrosis.
Maka menurut Gray dikenal 3 golongan bentuk sendi yaitu:
·
Synarthrosis : dimana tidak terdapat
gerakan pada sendi.
·
Amphiarthrosis : dimana hanya ada
sedikit gerakan pada sendi.
·
Diarthrosis : dimana terdapat gerakan
yang bebas pada sendi.
2. DIARTHROSIS
Junctura ossium di sini mempunyai ruang sendi yang
disebut cavum articulare.
Ciri-ciri suatu diarthrosis adalah sebagai berikut !
·
Facies articularis tulang-tulang yang
membentuk persendian bersifat licin.
·
Facies articularis ini tertutup oleh cartilago
articularis. Pada umumnya berupa
cartilago hyalin, akan tetapi kadang-kadang berupa fibrocartilago. Cartilago
articularis ini licin, mengkilap dan menghadap ke ruang sendi, melekat erat
pada facies articularis tulang.
·
Mempunyai capsula articularis yang membungkus
persendian dengan melekat pada
tulang-tulang yang membentuk sendi, dekat peripher daripada facies articularisnya.
Gambar 3.1. Sendi Diarthrosis
Ruangan di dalamnya disebut cavum articulare yang berisi synovia.
Capsula articularis suatu sendi mungkin ketat, mungkin juga longgar. Seringkali
diperkuat oleh ligamentum atau tendo-tendo dan serabut-serabut otot di
sekeliling persendian.
Dinding capsula terdiri atas dua lapisan :
- Lapisan luar disebut membrana fibrosa.
Terdiri
atas jaringan pengikat fibreus dengan serabut-serabut elastis juga terdapat di dalamnya. Melekat
pada tulang dengan melanjutkan diri pada periostiumnya
·
Lapisan dalam disebut membrana
synovialis.
Melapisi permukaan dalam
membrana fibrosa dan bagian tulang yang mungkin berada dalam cavum articulare,
sampai tepi daripada cartilago articularis (tak pernah sampai menutupi
cartilago articularis).
Terdiri atas jaringan pengikat
longgar dengan serabut-serabut elastis dan lemak. Permukaan dalamnya licin,
akan seringkali ditemui lipatan-lipatan (plicae synovialis) dan
tonjolan-tonjolan halus (villi synovilis). Membrana synovialis ini
kadang-kadang menembus membrana fibrosa untuk berhubungan dengan bursa di
sekelilingnya persendian.
Membrana synovialis
memproduksi synovia, suatu cairan sendi yang berfungsi untuk melicinkan
persendian, terdiri atas cairan dengan garam-garam, mucin, albumin, tetes lemak
dan detritus cellulair.
Terdapat beberapa macam
diarthrosis berdasarkan :
a. Jumlah tulang yang
membentuknya :
1)
Articulatio
simplex : dibentuk oleh dua tulang, misalnya articulatio coxae.
2) Articulatio composita : dibentuk oleh
lebih dari 2 tulang, misalnya articulatio cubiti.
b. Sumbu geraknya :
1) Sendi
uniaxial : mempunyai 1 sumbu gerak (ginglymus).
2) Sendi
biaxial : mempunyai dua sumbu gerak (sendi pelana).
3) Sendi
polyaxial : mempunyai lebih dari dua sumbu (enarthrosis).
c. Bentuk facies articularis
tulang yang membentuknya :
1) Articulatio spheroidea
(cityla).
Persendian di sini dibentuk
oleh suatu caput yang globulair dan suatu cekungan bentuk mangkok yang sesuai.
Enarthrosis adalah bentuk
khusus dari articulatio spheroidea , dimana mangkoknya berbentuk lebih dari
setengah bola,
Articulatio spheroidea
bersifat polyaxial. Untuk praktisnya di anggap mempunyai 3 sumbu gerak yaitu :
- sumbu sagittal.
- sumbu transversal.
- sumbu vertical (longitudinal).
2) Articulatio ellipsoidea (artaculatio condylaris).
Dibentuk oleh permukaan sendi yang convex dan concaf masing-masing
berbentuk oval. Mempunyai dua sumbu gerak yaitu :
- sumbu sagittal dan
- sumbu transversal.
Contoh: Articulatio radiocarpea.
3) Ginglymus (sendi engsel).
Dataran sendi yang satu convex
cylindris yang lain berupa cekungan yang sesuai. Gerakannya hanya pada satu
bidang, seperti gerakan engsel pada pintu. Jadi bersifat uniaxial dengan sumbu
gerak transversal. Misalnya : sendi siku.
4) Articulatio trochoidea
(pivot joint).
Sendi ini terdiri atas suatu
proses yang dapat berputar dalam suatu cincin, atau sebaliknya cincinnya yang
berputar terhadap poros. Cincin
ini sebagian dibentuk oleh tulang, sebagian lagi oleh ligamentum.
Contoh : Pada articulatio
radioulnaris proximalis, cincin dibentuk oleh incisura radialis ulnae dan lig.
annulare. Pada articulatio
atlanto-epistrophei/atlantoaxialis, cincin dibentuk oleh arcus anterior
atlantis dan lig. transversum atlantis.
Sumbu geraknya 1 yaitu (sumbu vertical (longitudinal) yang hanya memungkinkan
gerak rotasi saja.
5) Articulatio Solaris (sendi
pelana).
Pada tulang yang satu, facies
articularisnya concaf dalam 1 arah dan convex dalam arah yang tegak lurus arah
pertama, sedang permukaan sendi/yang lain convexnya sesuai dengan tulang
pertama.
Mempunyai 2 sumbu gerak yaitu :
- sumbu transversal.
- sumbu sagittal.
Contoh : Articulatio carpo metacarpea I.
6) Arthrodia (articulatio plana; sendi irregulair).
Permukaan sendi disini
bentuknya irregulair, pada umumnya datar atau melengkung sedikit. Hanya
memungkinkan gerak menggelincirnya, jadi bersifat non axial.
Gerakan disini pada umumnya
dibatasi oleh ligamentum dan tonjolan tulang di sekeliling persendian.
Contoh : Articulatio intercarpea, articulatio intertarsea, sendi antara
processus articularis vertebrae.
Catatan :
Pada sendi-sendi di atas, permukaan sendinya adalah congruent. Artinya permukaan sendi tulang yang satu
adalah sama bentuk dan lengkungnya
dengan permukaan sendi tulang yang satunya lagi.
B. ARTHROLOGI KHUSUS
Berdasarkan letaknya pada
rangka manusia, sendi dibagi-bagi menjadi :
·
Juncturae ossium skeleton trunci : articulatio atlantoaxialis,
articulatio Intervertebralis, articulatio lumbosacralis, articulatio costovertebralis,
dan articulatio sternocostalis.
·
Cingulum membri superioris: articulatio sternoclavicularis,
articulatio acromioclavicularis.
·
Junctura membri superioris liberi terdiri atas :
articulatio humeri, articulatio cubiti, articulatio radioulnaris, articulatio
radiocarpea, articulationes manus.
·
Cingulum membri inferiori, terdapat dalam
bentuk: articulatio sacroilliaca, dan symphysis ossium pubis.
·
Juncture membri inferiori liberi terdiri atas : articulatio
coxae, articulatio genu, articulatio tibiofibularis, articulatio talocruralis,
articulationes pedis.
Berikut ini secara spesifik akan dibicarakan mengenai bermacam-macam
hubungan tulang, jenis persendian dan gerakan yang mungkin terjadi.
- Articulatio atlantooccipitalis : dibentuk oleh kedua condylus occipitalis dengan kedua fovea articularis superior atlas. Sendi atlantooccipitalis termasuk type sendi ellips (articulatio ellipsoidea).
Gambar 3.2. Articulatio Atlantooccipitalis
2.Articulatio
atlantoepistropica/ atlantoaxialis, dibentuk oleh :
- articulatio antara facies articularis inferior atlas dan facies superior axis / epistrophei
- articulatio antara fovea dentis atlas dan facies articularis anterior dentalis axis / epistrophei
Gambar 3.3. Articulatio Atlantoepistropica/ Atlantoaxialis
Articulatio atlantooccipitalis dan articulatio atlantoaxialis
bersama-sama merupakan suatu articulatio spheroidea. Kemudian gerak yang
terjadi padanya, merupakan juga kemungkinan gerak kepala, yaitu :
o
Anteflexi
dan retroflexi : terjadi pada articulatio atlantooccipitalis dengan sumbu gerak
transversal.
o
Lateroflexi
: terjadi pada articulatio atlantooccipitalis dengan axis gerak sagittal.
o
Rotasi
: terjadi pada articulatio atlantoaxialis, dengan sumbu gerak vertical,
o
Circumduksi
3. Articulatio intervertebralis
Articulatio intervertebralis dibentuk oleh hubungan antara vertebra satu
dengan lainnya. Terdapat dua macam hubungan, yaitu :
·
Termasuk
synarthrosis adalah :
□
hubungan
antara corpus vertebra yang berbatasan.
□
hubungan
antara lamina arcus vertebra yang berbatasan.
□
hubungan
antara processus spinosus yang berbatasan,
□
hubungan
antara processus transversus yang berbatasan.
·
Termasuk
diarthrosis (junctura synovialis) adalah : hubungan antara processus
articularis vertebra yang berbatasan melalui :
□ lig. longitudinale antersus dan posterius (hubungan ini
termasuk syndesmosis).
□ discus intervertebratalis (hubungan ini termasuk symphysis).
Tiap discus intervertebralis terdiri atas nucleus pulposus dan annulus fibrosus
Gambar
3.4. Articulatio Intervertebralis
Gerakan yang mungkin terjadi
di dalam articulatio intervertebralis ialah gerakan menggelincir. Di daerah
leher, facies articularis inferior menggelincir ke ventral atau ke dorsal,
terhadap facies articularis superior, sehingga dapat terjadi gerakan anteflexi
atau retroflexi columna vertebralis di daerah leher dengan axis gerak
transversal (frontal-horizonta1).
Kemungkinan lain yaitu, facies
articularis inferior kanan menggelincir ke ventral, sedang facies articularis
inferior kiri menggelincir ke dorsal dan sebaliknya. Dengan demikian terjadi
gerakan memutar atau rotasi, terhadap axis gerak yang terletak pada planum
medianum, dan tegak lurus bidang yang melalui facies articularis tersebut
(kanan dan kiri).
Gerak rotasi pada
masing-masing articulatio intervertebralis di daerah leher ini akan
menghasilkan gerak lateroflexi leher. Oleh karena facies articularis cularis
superior di sini juga sedikit menghadap ke medial, maka gerak latero flexi
leher selalu disertai dengan rotasi leher. Jadi gerakan rotasi atau lateroflexi
yang murni tidak mungkin dilakukan di leher.
Di daerah thorax, semua
gerakan pada articulatio intervertebralis dibatasi untuk tidak mengganggu
respirasi. Oleh karena sepasang facies articularis (kanan dan kiri) dianggap
membentuk suatu segmen bola dengan pusat kira-kira pada linea mediana dataran
ventral corpus vertebrae, maka kemungkinan gerak columna vertebralis di daerah
thoracal adalah :
- flexi dan extensi (pada
sumbu gerak transversal).
- lateroflexi (pada sumbu sagittal).
- rotasi (pada sumbu
vertical).
Gerakan di atas adalah hasil
penjumlahan gerak menggelincir yang terjadi pada masing-masing articulatio intervertebralis
di daerah thorax.
Flexi di sini hanya sedikit
oleh karena facies articularis superior hanya sedikit sekali mengarah ke
cranial.
Extensi (retroflexi) juga
terbatas oleh karena processus articularis inferior akan mengenai lamina arcus
vertebrae di bawahnya dan processus spinosus akan tertahan juga oleh processus
spinosus di bawahnya.
Lateroflexi
dapat terjadi secara bebas,
tetapi dibatasi oleh adanya costae dan sternum, terutama di daerah vertebrae
thoracicae bagian atas. Gerak rotasi di bagian thoracal columna vertebralis
adalah yang paling bebas daripada ketiga gerak tersebut di atas.
Di daerah lumbal oleh karena
dianggap axis vertical melalui ujung processus spinosus, maka rotasi yang
bergerak paling luas adalah tepi ventral corpus vertebrae.
Masing-masing corpus
vertebrae, satu sama lain dihubungkan oleh suatu discus intervertebralis,
sehingga kemungkinan gerak rotasi ini hanya sedikit.
Facies articularis superior
dan inferior pada processus articularis vertebrae lumbalis, tidak berapposisi rapat
satu sama lain, jadi agak renggang. Maka kemungkinan sedikit gerak rotasi, yang
segera akan dihambat oleh terkuncinya facies articularis superior dan inflexi
satu sama lain. Apposisi facies articularis superior dan inferior yang tidak
rapat satu sama lain ini, juga
memungkinkan sedikit lateroflexi, anteflexi dan retroflexi dapat terjadi secara
bebas di daerah lumbal. Terutama terletak antara lumbalis III - IV dan IV - V, dimana lengkung
lumbalnya paling tajam.
Articulatio lumbosacralis
Bentuk sendi dan gerakan-gerakan pada articulatio
antara vertebra lumbalis V dan os sacrum adalah sejenis dengan sendi-sendi
antar lumbal lainnya.
Discus intervertebralis di
sini paling tebal, sehingga gerakan yang mungkin terjadi di sini lebih bebas
dari pada antara 2 vertebrae lumbalis lainnya. Oleh karena tulang yang
berhubungan di sini (corpus vertebrae lumbalis dan os sacrum), lebih pipih
dalam arah sagittal, maka gerak anteflexi dan retroflexi lebih bebas dari pada
lateroflexi.
Waktu bangun dari posisi
duduk, terjadi retroflexi columna vertebralis pada sacrum. Waktu duduk pada posisi berdiri, terjadi anteflexi.
Processus articularis inferior
vertebra lumbalis V terpisah jauh dari processus ossis sacrii, sehingga gerak
rotasi lebih bebas terjadi di sini.
Gambar 3.5. Articulatio Lumbosacralis
Bila tulang belakang kita
pandang sebagai satu kesatuan, gerakan-gerakannya menyerupai gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi pada suatu sendi spheroid, yaitu :
1) Anteflexi :
Gerakan membungkuk ke depan
bawah.
Axis geraknya adalah
transversal. Dapat terjadi pada semua bagian columnus vertebralis, namun di
regio cervical gerakan ini paling luas. Anteflexi secara berlebihan dari
columna vertebralis, dihambat terutama oleh lig. longitudinale posterius dan
juga oleh ketegangan otot extensor di punggung.
2) Retroflexi (extensi).
Axis gerakannya transversal
juga. Bebas terjadi di daerah cervical
dan lumbal, namun terbatas sekali di daerah thoracal.
Retroflexi berlebihan dihambat
oleh lig. longitudinale anterius dan processus spinosus vertebrae.
Khusus di daerah thoracal,
lig. longitudinale anterius tebal dan processus spinosusnya panjang, lebih
miring ke arah caudal. Dapat dimengerti bila retroflexi di sini terbatas
sekali.
3) Lateroflexi
Gerakan menekuknya badan ke samping. Sumbu geraknya sagittal.
Bebas terjadi di daerah cervical dan lumbal, terutama daerah lumbal. Di daerah thoracal dibatasi oleh
adanya costae dan sternum.
4) Rotasi
Gerak memutar dari columna
vertebralis pada bidang gerak horizontal, dengan sumbu geraknya vertikal.
Arah rotasi (ke kanan atau ke
kiri) ditentukan dengan melihat arah pemutaran bagian ventral atas columna vertebralis terhadap
bagian ventral bawahnya.
Jadi misalkan pelvis dan
tungkai memutar ke kiri, tanpa memutar tubuh bagian atas, dikatakan terjadi
rotasi ke menuju columna vertebralis. Rotasi bebas terjadi di daerah cervical
dan thoracal. Di daerah lumbal hampir tak ada gerak rotasi.
5) Circumduksi
Gerakan circulair dari bagian
atas badan terhadap bagian bawah badan yang merupakan gerak kombinasi anteflexi,
retroflexi, dan lateroflexi.
- Articulatio capitis costae
Articulatio capitis
costae dibentuk oleh fovea costalis inferior dan superior vertebrae dengan
caput costae.
- Articulatio costotransversaria
Dibentuk oleh fovea articularis transversalis
dengan tuberculum costae.
Gambar
3.6. Articulatio Capitis Costae dan Costotransversaria
- Articulatio sternocostalis
Articulatio sternocostalis adalah sendi yang
dibentuk oleh cartilago costalis 2 sampai 7 dengan incisura costalis 2 sampai 7
sternum.
7. Articulatio
Sternoclavicularis
Articulatio sternoclavicularis
adalah persendian antara sternum dan claviculae yang dibentuk oleh incisura
jugularis sternum, extremitas sternalis claviculae dan cartilago costae 1.
Di antara kedua facies articularisnya terdapat suatu discus articularis,
yang dapat lebih menyesuaikan kedua facies articularis incongruent tadi membagi
cavum articulare menjadi dua: Capsula articularis di sini bersifat longgar,
sehingga gerakan lebih bebas.
Articulatio sternoclavicualris fungsionil bersifat articulatio
spheroidea, dengan axis-axis
yang berjalan :
- craniocaudal (vertical).
- ventrodorsal (sagittal).
- lateromedial (longitudinal).
Gambar
3.7. Articulatio Sternocostalis dan sternoclavicularis
Maka extremitas acromialis claviculae dapat digerakkan ke ventral dan
dorsal, ke cranial dan caudal. Claviculae dapat dirotasikan seluas ± 22°
Gerakan ke cranial dan caudal tidak seluas ke ventral dan dorsal,
sehingga pada circumduksi, ektremitas
acromialis claviculae tidak
membentuk suatu lingkaran, melainkan suatu ellips dengan sumbu panjang ke arah
ventrodorsal.
8. Articulatio Acromioclaviculris
Articulatio acromioclaviculris
adalah persendian antara claviculae dan acromion yang dibentuk oleh acromion scapulae dan
extremitas acromialis claviculae. Termasuk type sendi arthrodia. Facies
articularisnya kecil dan rata, dilapisi fibrocartilago. Di antara kedua
articularisnya terdapat discus articularis yang hanya memisahkan sebagian saja
ke-2 permukaan sendi. Seringkali discus ini tidak ada.
Articulatio acromioclavicularis bersifat articulatio spheroidea
(morphologia termasuk arthrodia dengan kemungkinan gerakan hanya menggelincir).
Terhadap axis craniocaudal, terjadi gulingan ke lateral dan reduksi gulingan ke lateral dari pada scapulae.
Terhadap axis ventrodorsal,
terjadi gerak rotasi ke atas dan ke bawah. Terhadap axis lateromedial
(transversal), terjadi gerak mengguling ke atas dan reduksi gulingan ke atas.
Gerakan-gerakan pada cingulum superioris
Untuk menyatakan gerakan-gerakan
pada cingulum membri superioris (articulatio acromioclavicularis dan
articulatio sternoclavicularis), kita memakai istilah gerakan-gerakan untuk scapulae,
yaitu :
1) Elevasi
Gerakan ke cranial dari scapulae
dalam bidang frontal dengan margo vertebralis tetap sejajar columna
vertebralis.
Contoh : gerakan mengangkat
bahu.
2) Depressi.
Kembalinya dari posisi
elevasi. Tak ada gerakan depressi lebih ke bawah daripada posisi normal.
3) Abduksi (protaksi)
Gerakan ke lateral daripada scapulae,
menjauhi linea mediana (pada bidang frontal), dengan margo vertebralis tetap
sejajar columna vertebralis. Gerakan abduksi murni boleh dikatakan tidak pernah
terjadi. Gerakan ini selalu disertai gerakan mengguling ke lateral, yaitu
gerakan memutar scapulae dengan axis vertical, sedemikian sehingga margo
axilaris bergerak ke depan dan margo vertebralis bergerak ke belakang sedikit.
Abduksi murni tidak mungkin
disebabkan 2 faktor :
§ Bentuk dinding thorax yang
melengkung.
§ Scapulae berhubungan dengan claviculae,
yang bergerak ke depan pada sendi sternoclavucularis dengan axis vertical.
4) Adduksi (retraksi).
Gerakan scapulae mendekati
linea mediana, pada umumnya berkombinasi dengan gerak reduksi gulingan ke
lateral.
5) Mengguling ke atas.
Gerakan scapulae pada axis
transversal, sedemikian hingga facies posteriornya menghadap ke craniodorsal.
Gerakan ini disertai dengan gerakan rotasi daripada claviculae, pada sumbu
longitudinalnya (transversal hanya terjadi bersama dengan retroflexi humerus.
6) Reduksi gulingan ke atas.
Kembalinya dari gulingan ke
atas.
7) Rotasi ke atas.
Gerak rotasi scapulae pada
bidang frontal, sedemikian sehingga angulus inferiornya memutar ke atas
lateral.
Rotasi ke atas selalu disertai
dengan elevasi humerus.
Dari gerakan-gerakan di atas
jelas bagi kita bahwa cingulum membri superioris yang berhubungan dengan caput
humeri dengan perantaraan cavitas glenoidalis scapulae, mempunyai peranan
penting dalam memperluas gerakan membrum superius.
Selain itu cingulum ini juga berfungsi untuk menggantungkan anggota gerak atas kita.
9. Articulatio Humeri
Articulatio humeri adalah persendian antara
cingulum extremitatum superior dan lengan atas atau disebut juga sendi bahu. Sendi
ini dibentuk oleh cavitas glenoidalis scapulae dengan caput humeri.
Hubungan antara cingulum
membri dengan superioris dan lengan atas diadakan oleh articulatio humeri.
Sendi ini dibentuk oleh caput humeri dan cavitas glenoidalis scapulae. Caput
humeri berbentuk setengah bola, cavitas glenoidalis berbentuk suatu cekungan
yang dangkal. Dengan adanya labrum glenoidale yang melekat pada pinggir cavitas
glenoidalis, cekungan ini diperdalam. Labrum glenoidale terdiri atas
fibrocartilago.
Melihat bentuk permukaan
sendinya, seperti telah dijelaskan di atas, maka articulatio humeri mempunyai morphologis
type articularis spheroidea. Capsula
articularisnya longgar, melekat sekeliling cavitas glenoidelis di
sebelah luar labrum glenoidale pada collum anatomicum humari.
Gambar
3.8. Articulatio Acromioclavicularis dan Articulatio Humeri
Sendi
bahu mempunyai 3 axis gerak,
maka gerakan yang mungkin di sini ialah
o
Anteflexi
dan retroflexi (axis transversal).
o
Abduksi
dan adduksi (axis sagittal).
o
Exorotasi
dan endorotasi (axis vertical).
o
Circumduksi.
10. Articulatio Cubiti
Articulatio cubiti
adalah persendian antara lengan atas dan lengan bawah atau disebut juga sendi
siku. Articulatio cubiti terdiri dari tiga macam hubungan tulang, yaitu :
- Articulatio humeroulnaris
Dibentuk oleh
trochlea humeri dan incisura trochlearis ulnae.
- Articulatio humeroradialis
Dibentuk oleh
capitulum humeri dengan fovea capituli radii
- Articulatio radioulnaris proximalis
Dibentuk oleh
incisura radialis ulnae dan circumferentia articularis capituli radii
Articulatio humeroradialis dan
humeroulnaris, bersama-sama membentuk
suatu sendi yang termasuk type ginglymus, dengan axis gerak transversal.
Kemungkinan geraknya hanya hanya flexi dan extensi.
Bila ditinjau satu persatu, morphologis articulatio humeroulnaria adalah
articulatio type ginglymus, sedang articulatio humeroradialis adalah articulatio
spheroidea. Akan tetapi pada sendi
humeroradialis ini hanya mungkin terjadi gerakan terhadap axis vertical dan
axis transversal. Gerak pada axis sagittal yaitu abduksi dan adduksi, adalah
tidak mungkin karena radius diikat terhadap ulna (dengan perantaraan ligamenta
dan membrana interossea).
Kedua sendi dari articulatio
cubiti, juga articulatio radioulnaris proximalis, dibungkus oleh capsula
articularis epicondylihumeri dan olecranon berada di luar capsula.
Articulatio
radioulnaris proximalis merupakan
articulatio trochoidea, dimana circumferentia articularis radii berupa poros
yang dapat berputar terhadap cincin yang dibentuk oleh incisura radialis dan
sebagian lig. anulare. Lig. anulare radii adalah ligamentum yang melingkungi
caput radii dan melekat pada pinggir anterior dan posterior incisura radialia
ulnae, dengan demikian mempertahankan caput radii tetap berada dalam incisura
radialis. Sendi ini tidak mempunyai capsul tersendiri, melainkan terdapat dalam
capsul sendi siku.
Kemungkinan gerak di sini
adalah rotasi, terhadap sumbu longitudinal melalui pusat fovea caput radii.
Gambar 3.9. Articulatio Cubiti
11. Articulatio Radiocarpea
Articulatio Radiocarpea adalah persendian antara
lengan bawah dan tangan (pergelangan tangan). Sendi ini adalah sendi ovoid
(articulatio ellipsoidea), dibentuk oleh facies articularis carpea radii dan
discus articularis pada ujung distal ulna, dengan deretan proximal tulang
carpal (os scaphoideum, os lunatum, os triquetrum). Facies articularis
carpea dan discus articularis carpea dan discus articularis membentuk suatu
permukaan sendi yang concav berbentuk oval dalam arah transversal. Sedang deretan ossa carpi yang proximal
membentuk permukaan sendi yang convex.
Gambar 3.10. Articulatio
Radiocarpalis
Articulatio radiocarpalis/ radiocarpea mempunyai sumbu gerak transversal
dan sagittal. Kemungkinan geraknya
yaitu :
- volairflexsi tangan
- dorsoflexi
tangan (extensi),
- abduksi (radialflexi). ,
- adduksi (ulnairflexi).
- circumduksi.
Articulationes manus terdiri atas articulationes intercarpea dan
articulatio mediocarpea.
Articulatio mediocarpea dibentuk oleh deretan proximal dan distal ossa
carpii.
Sendi-sendi diantara masing-masing tulang carpal pada masing-masing deretan disebut articulatio intercarpea.
Persendian di sini termasuk
articulatio plana, yang hanya memungkinkan gerak menggelincir. Akan tetapi
secara total gerak ini menghasilkan suatu gerak seperti yang didapat pada
sendi-sendi engsel, pada articulatio meddiocarpea.
12. Articulationes carpometacarpea dan Articulationes intermetacarpeae
Khas di sini ialah articulatio carpometacarpea pollicis. Dibentuk oleh tulang metacarpal I dan os
trapezium. Termasuk sendi plana.
Axis gerakannya adalah axis
transversal dan sagittal (terhadap dataran volair metacarpal) sehingga
kemungkinan-kemungkinannya adalah sebagai berikut :
o
Extensi
: gerakan ke arah radial menjauhi jari telunjuk.
o
Flexi
: kembalinya dari gerak extensi.
o
Hyperflexi
: gerakan ke medial dari pada ibu jari sehingga ibu jari berada di sebelah
palmar tangan.
o
Abduksi
: gerakan ke arah volair dari pada ibu jari, pada bidang tegak lurus telapak
tangan.
o
Adduksi
: kembalinya dari gerakan abduksi.
o
Circumduksi
: gerakan inilah yang memungkinkan kita menyentuh jari-jari II s/d V dengan
ujung ibu jari. Dikatakan merupakan kombinasi gerak abduksi dan hyperflexi.
Articulationes carpometacarpea yang lain bersifat arthrodial. Tulang-tulangnya dihubungkan oleh lig.
carpometacarpea dorsalia dan palmaria.
Articulationes
intermetacarpeae adalah sendi-sendi antara basis tulang metacarpal yang
berbatasan. Termasuk sendi arthrodia. Terdapat dalam capsula articularis dari articulatio carpometacarpal.
13. Articulationes metacarpophalangea.
Sendi ini menghubungkan basis
phalanx proximalis dengan ujung distal metacarpal yang sesuai. Termasuk
articulatio ellipsoidea. Caput metacarpal yang convex, oval sesuai dengan
cekungan dangkal yang oval juga pada basis phalanx proximalis.
Sendi ini dibungkus capsula
articularis, diperkuat oleh lig.
colateralia pada sisinya.
Kemungkinan gerak di sini :
o
Flexi : gerak jari mendekati telapak tangan,
o
Extensi : kembalinya dari gerak flexi. Seringkali
dapat terjadi hyperextensi jari pada sebagian besar orang.
o
Abduksi
: untuk jari-jari II, IV, V ini adalah gerakan menjauh dari jari tengah.
o
Adduksi
: kembalinya dari gerak abduksi. Untuk jari tengah, abduksi dikatakan sebagai radiaflexi, adduksi sebagai
ulnairflexi.
Articulatio
metacarpophalangeae jari I lebih mengarah ke type ginglymus, hingga ada gerakan flexi dan extensi saja.
14. Articulatio Interphalangea
Ini adalah sendi antara dua
phalanx yang berdekatan, sehingga ada articulatio interphalangea proximalis dan
distalis. Karena termasuk type ginglymus, jadi hanya ada gerak flexi dan
extensi.
Mempunyai capsula articularis,
dan diperkuat oleh lig. cullateralia.
Gambar 3.11. Persendian pada Telapak Tangan
15.
Articulatio sacroilliaca
Articulatio sacroilliaca sukar
untuk diklasifikasikan. Mempunyai sedikit ruang sendi, akan tetapi tidak
terdapat gerakan di sini. Gerakan pada panggul terjadi pada kedua articulatio
coxae dan articulatio sacrum.
Sendi yang dibentuk oleh
facies auricularis ossis sacri dan facies auricularis os illii ini, menurut
beberapa buku dimasukkan dalam golongan sendi amphiarthrosis. Permukaannya
ditutupi oleh cartilago yang tipis, Terutama pada umur lanjut, kedua permukaan
sendinya dipisahkan oleh suatu suatium yang berisi cairan seperti synovia. Gerakan di sini boleh dikatakan tidak ada.
Kecuali pada wanita hamil dimana ligamentum di sini menjadi longgar sehingga
memungkinkan sedikit gerakan.
Juncturae cinguli membri inferiores, selain berupa amphiarthrosis (articulatio sacroiliaca) juga berupa
syndesmosis dan symphisis.
Berupa syndesmosis adalah
hubungan antara sacrum dan os ischii. Hubungan antara kedua os pubis berupa
symphysis dan disebut symphysis ossium
pubis/ symphysis pubica.
Gambar 3.12. Articulatio Sacroilliaca dan Symphysis Pubica
16. Articulatio
coxae (sendi paha).
Sendi ini termasuk articulatio spheroidea dan dibentuk oleh caput femoris dan acetabulum. Cartilago
hanya terdapat pada facies
lunata. Acetabulum diperdalam oleh labrum acetabulare yang terdiri atas
fibrocartilago. Labrum glenoidale ini melekat pada tepi acetabulum, kecuali
pada incisura acetabulinya. Incisura acetabuli ini, dilingkungi oleh ligamentum
transversum acetabuli, yang merupakan penyempurnaan dari lingkaran yang
dibentuk oleh labrum acetabulare.
Oleh karena acetabulum menjadi lebih dalam dengan adanya labrum ini,
caput femoris masuk ke dalamnya lebih dari separuh, maka sendi peluru disini
dinamakan enarthrosis.
Capsula articularisnya kuat
dan padat. Di sebelah cranial melekat pada pinggir acetabulum dan pinggir luar
labrum, serta berhubungan dengan lig. transversum, di sebelah caudal melekat
pada linea intertrochanterica (ventral). Di sebelah dorsal, perlekatannya lebih
ke arah proximal.
Gambar 3.13. Articulatio Coxae
Gerakan
yang mungkin pada articulatio coxae ialah gerakan terhadap axis transversal, sagittal
dan vertical.
Yaitu
:
-
flexi dan retroflexi.
- abduksi
dan adduksi.
- endorotasi dan exorotasi.
-
circumduksi.
17. Articulatio genu (sendi
lutut)
Sendi ini dimasukkan dalam type
ginglymus, dengan satu axis gerak transversal. Tetapi sebenarnya strukturnya
lebih kompleks. Dapat dianggap terdiri atas 3 sendi yaitu :
o
articulatio
condylaris : antara 2 condyli femoris dengan condyli tibiae yang sesuai,
bersama miniscinya.
o sendi antara patellae
dan femur : sebagian merupakan arthrodia oleh karena permukaan sendinya yang
incongruent, gerakan menggelincir di sini tidak sempurna.
Gambar
3.14. Articulatio Genus
Articulatio genus terdiri dari
beberapa hubungan tulang, yaitu :
·
Articulatio
femoropatellaeris
·
Articulatio
meniscofemoralis lateralis
·
Articulatio
meniscofemoralis medialis
·
Articulatio
meniscotibialis lateralis
·
Articulatio
meniscotibialis medialis
Gerakan yang mungkin di sini
ialah flexi dan extensi.
Pada kedudukan flexi tanpa
beban juga dapat endorotasi dan exorotasi. Gerakan flexi/extensi di sini
berbeda dengan pada sendi engsel yang khas misalkan sendi siku. Disebabkan oleh
karena axis transversal di sini berpindah ke depan selama extensi dan ke dorsal
selama flexi. Condylus femoris dapat dianggap berbentuk cylinder. Axis kedua
cylinder, membentuk sudut ke arah dorsal. Dataran cylinder di sini agak
melengkung dalam arah sagittal, jari-jarinya makin ke dorsal makin pendek,
sehingga pada penampang sagittal nampak gambaran sebagai spiral.
18. Articulatio tibiofibularis
Hubungan antara tibia dan
fibula terdiri atas:
o articulatio
tibio fibularis
Merupakan articulatio plana, yang dibentuk oleh condylus lateralis tibiae
dan caput fibulae.
o syndesmosis
tibio fibularis
Dibentuk oleh facies medialis ujung distal fibula dan incisura fibularis
tibiae.
19. Articulatio Talocruralis
Hubungan antara tungkai bawah
dan kaki berupa articulatio talocruralis. Dibentuk oleh facies
articularis inferior tibiae, facies articularis melleoli tibiae, facies
articularis malleoli fibulae dan dataran atas talus yaitu: facies superior,
facies malleolaris dan lateralis. Termasuk type sendi engsel (ginglymus). Kemungkinan
geraknya adalah flexi dan extensi (dorsoflexi).
20. Articulatio intertarsalia
Persendian pada kaki dibentuk
oleh tulang-tulang tarsal, metatarsal, dan phalanges pedis, yaitu :
1.
Articulatio
talocalcanea
2.
Articulatio
talocalcaneonaviculare
3.
Articulatio
talonaviculare
4.
Articulatio
calcaneocuboidea
5.
Articulatio
cuneonavicularis
6.
Articulatio
intercuneiformis
7.
Articulatio
cuneocuboidea
8.
Articulatio
tasometatarsea
9.
Articulatio
metatarsophalangealis
10.
Articulatio
interphalangealis
Persendian antara
tulang-tulang tarsal pada umumnya bersifat arthrodia dengan kemungkinan gerak
menggelincir satu sama lain.
Yang dibentuk oleh persendian
antara calcaneus dan cuboid, talus dan os naviculare geraknya lebih luas.
Menghasilkan gerakan kaki yang disebut:
·
Inversi
: kaki dalam keadaan dorsoflexi dan telapak kaki menghadap ke medial
·
Eversi : kaki dalam keadaan plantarflexi dan telapak
kaki menghadap ke lateral.
Gambar 3.15. Persendian Tungkai Bawah
RANGKUMAN
· Arthrologi ialah cabang llmu pengetahuan yang mempelajari tentang persendian
(kata Yunani Arthron = sendi).
· Hubungan tulang ada dua yaitu:
SYNARTHROSIS dan DIARTHROSIS.
·
Contoh persendian yang termasuk di dalam juncturae
ossium skeleton trunci : articulatio Atlantoaxialis, articulatio
Intervertebralis, articulatio Lumbosacralis, articulatio Costovertebralis, dan
articulatio Sternocostalis.
·
Hubungan antara tulang-tulang yang membentuk
cingulum membri superioris: Articulatio Sternoclavicularis, articulatio acromioclavicularis.
·
Hubungan antara tulang pada junctura membri
superioris liberi terdiri atas : Articulatio humeri, articulatio cubiti,
articulatio radioulnaris, articulatio radiocarpea, articulationes manus.
·
Hubungan antara tulang-tulang yang membentuk
cingulum membri inferiori, terdapat dalam bentuk : Articulatio sacroilliaca,
dan symphysis ossium pubis.
·
Hubungan antara tulang pada juncture membri
inferiori liberi terdiri atas : Articulatio coxae, articulatio genu,
articulatio tibiofibularis, articulatio talocruralis, articulationes pedis.
BAB 4
BAB IV
MYOLOGI
Standar Kompetensi : Memahami tentang myologi
Kompetensi Dasar :
- Menyebutkan nama otot bagian depan batang badan
- Menyebutkan nama otot bagian belakang batang badan
- Menyebutkan nama otot bahu
- Menyebutkan nama otot lengan atas
- Menyebutkan nama otot lengan bawah
- Menyebutkan nama otot tangan
- Menyebutkan nama otot pangkal paha
- Menyebutkan nama otot tungkai atas
- Menyebutkan nama otot tungkai bawah
- Menyebutkan nama otot kaki
A. MYOLOGI UMUM
Myologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu:
-
Myo berarti otot
-
Logia berarti ilmu
Jadi myologi adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang otot-otot dan struktur yang
ada hubungannya dengan otot.
Sifat dari otot yang menyolok adalah sifat kontraktil.
Otot berkontraksi karena adanya prikkel (rangsang) dari pusat.
Secara garis besar sel otot dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
- Otot Polos (otot otonom)
Disebut otot
polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis-garis melintang.
Otot polos ini berkontraksinya
perlahan dan dapat mempertahankan kontraksinya untuk waktu yang lama dengan
menggunakan energi yang sedikit. Otot
ini bekerja tanpa kemauan kita maka dinamakan juga otot-otot tak sadar. Otot
polos ini terdapat pada dinding usus, pembuluh darah, kandung kencing, rahim
dll.
Gambar 4.1. Gambaran
Mikroskopis Otot Polos
- Otot Seran lintang / otot lurik
Disebut otot
seran lintang atau lurik karena di dalam protoplasmanya terdapat garis-garis
melintang.
Otot seran lintang ini cepat berkontraksi, tetapi
cepat pula melemasnya. Otot ini bekerja atas kemauan kita sehingga otot ini
dinamakan otot-otot sadar.
Otot seran lintang ini umumnya
melekat pada kerangka sehingga disebut juga dengan otot kerangka.
Gambar 4.2. Gambaran Mikroskopis Otot
Seran Lintang
- Otot Jantung.
Otot Jantung ini
berseran lintang tetapi bekerjanya tanpa kemauan kita. Jadi otot ini merupakan
bentuk antara otot polos dan otot seran lintang. Otot jantung ini hanya
terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri.
Gambar 4.3. Gambaran Mikroskopis Otot Jantung
1. Otot Seran Lintang / Otot Kerangka
Otot
kerangka mempunyai 2 bagian, yaitu
·
Empal / Venter
Serabut-serabut
otot berkelompok menjadi satu berkas yang dilapisi jaringan ikat yang tipis
yang disebut perimysium internum atau perimysium tingkat I.
Beberapa perimysium
tingkat I berkelompok menjadi satu rombongan yang diselubungi oleh jaringan
ikat lagi yang dinamai perimysium tingkat II. Begitu seterusnya sampai tingkat
III, tingkat IV, sampai empal dilapisi jaringan ikat yang paling luar disebut
perimysium externum atau disebut juga fascia (otot).
·
Urat = Tendo
Otot tidak
langsung melekat pada tulang-tulang, tetapi melekat melalui urat-urat
(tendo/tendon) di kedua ujung sebagai perantaranya. Tendo ini merupakan jaringan ikat
yang kuat sekali, lebih kuat daripada otot itu sendiri. Warnanya putih berkilat
seperti perak. Tendo inilah yang melekat pada tulang, tonjolan-tonjolan tulang
atau garis pada tulang. Bentuknya menyerupai bentuk otot dan mempunyai
selubung juga.
Tendo-tendo
dibedakan menjadi 2 macam yaitu origo dan insertio. Origo adalah tendo yang
melekat pada bagian rangka yang tetap (tidak banyak geraknya), seolah-olah
merupakan pangkal dari otot itu. Insertio adalah tendo yang melekat pada bagian
rangka yang banyak bergerak, jadi merupakan ujung dari otot itu.
Gambar 4.4. Otot, Tendo, dan Penampang Lintang Otot Lurik
2. Fungsi utama
1.
penggerak
2.
pembentuk postur
3.
penghasil panas
3. Struktur otot
1.
Jaringan otot terkecil, yaitu sabut otot
(muscle fibers)
2.
Masing-masing dipisahkan oleh jaringan
halus yang terdiri dari: jaringan ikat Retikuler dan beberapa kolagen
elastis ENDOMYSIUM
3.
12 sampai dengan 50 sabut otot disatukan
menjadi berkas atau fasikulus yang masing-masing dipisahkan PERIMYSIUM
4.
Seluruh otot dibungkus oleh jaringan
ikat EPIMYSIUM
Gambar 4.5. Penampang Lintang Otot dan Sel Otot Lurik
4. Nama otot
Setiap
nama menerangkan satu atau lebih ciri-ciri otot
1.
Kerjanya ; flexor, extensor, adductor
dll.
2.
Arah serabut : rectus, tranversus
3.
Lokasi : tibialis, femoris
4.
Jumlah penyusun otot : bicep, tricep
5.
Bentuk : deltoideus, trapezius, quadratus
6.
Titik ikatannya : sternocleidomastoideus
5. Macam-macam bentuk otot
a. Menurut Bentuknya
1) Seperti
kumparan
Gambar 4.6. Otot Berbentuk Kumparan
2) Seperti kipas
Gambar 4.7. Otot Berbentuk Kipas
3) Berbentuk pipih (picak)
v Pipih panjang
Gambar 4.8. Otot Berbentuk Pipih Panjang
v Pipih lebar
Gambar 4.9. Otot Berbentuk Pipih Lebar
b.
Menurut jalannya
serabut-serabut otot
1)
Berserabut sejajar
Gambar 4.10. Otot Berserabut Sejajar
2)
Berserabut seperti kipas
Gambar 4.11. Otot Berserabut Seperti Kipas
3) Berserabut melingkar
Gambar 4.12. Otot Berserabut Melingkar
4) Berserabut seperti bulu ayam:
·
Otot berbulu dobel
Gambar 4.13.
Otot Berserabut Dobel
·
Otot berbulu sebelah
Gambar 4.14.
Otot Berserabut Sebelah
·
Otot berbulu majemuk
Gambar 4.15.
Otot Berserabut Majemuk
c.
Macam-macam bentuk otot
yang lain
1.
Otot berperut dua atau lebih
Gambar 4.16. Otot Berperut Dua
2)
Otot berkepala dua atau lebih
Gambar 4.17. Otot Berkepala Dua
3)
Otot bergigi atau berbentuk gergaji
Gambar 4.18. Otot Berbentuk Gergaji
B. SUSUNAN OTOT ANGGOTA BADAN ATAS
1. Otot-otot dari Bagian Belakang Batang
Badan
a. M. trapezius:
o. protuberentia occipitalis externa, linea nuchalis
superior, septum nuchae, processus spinosus vertebrae prominens, processus
spinosi semua vertebrae thoracales.
i. pars descendens
dari bagian kranial septum nuchae pada extremitas acromialis claviculae.
Pars
ascendens dari vertebrae thoracales yang bawah pada tepi bawah spina scapulae.
Gambar 4.19. M. trapezius
b. Mm. rhomboidei minor et
major:
o. processus spinossus spinosi vertebrae
cervicales VI dan VII (minor)
Processus spinosi vertebrae thoracales I – IV (major)
i. margo vertebralis scapulae mulai dari basis spina scapulae.
c.
M. Levator scapulae:
o.
tubercula posteriores processus transversi vertebrae cervicales I – IV
i. angulus medialis scapulae
Gambar 4.20. Mm. rhomboidei minor et major & M. Levator scapulae
d.
M. Latissimus dorsi:
o.
Processus spinosi vertebrae Thoracales VII – XII
lamina superficialis fasciae lumbodorsalis,
crista iliaca, costae X – XII
i. Crista tuberculi minoris
Gambar 4.21. M. Latissimus dorsi
2. Otot-otot dari bagian depan batang
badan:
a. M. Subclavius:
o. ujung medial iga I bagian tulang
i. permukaan bawah claviculae
sepanjang sulcus subclavius.
b. M. Pectoralis minor:
o. costae III – V
i. processus coracoideus scapulae.
Gambar
4.22. M. Subclavius dan M. Pectoralis minor
c.
M. Serratus anterior:
o. costae I – VIII
i. margo vertebralis scapulae
Gambar 4.23. M. Serratus anterior
d.
M. pectoralis major:
o. pars clavicularis pada
extrimitas sternalis claviculae
pars sternalis pada sternum dan rawan iga I
– VI
pars abdominalis pada vagina m. recti abdominis
i. crista tuberculi
majoris
Gambar
4.24. M.
Pectoralis mayor
e.
M. Rectus abdominis
a.
permukaan luar cartilago costae 5 sampai 7 dan
processus xiphoideus
i. sisi
kranial os pubis antara tuberculum pubicum dan symphysis pubis
Gambar 4.25. M. Rectus abdominis
f.
M. obliquus externus abdominis
o. dengan 7-8 ujung insersio berotot dari permukaan
luar iga ke 5 sampai 12
i. bertendo
lebar pada lig. Inguinale dan vagina musculi recti abdominis
Gambar 4.26. M. Obliquus externus
abdominis
g.
M. obliquus internus abdominis
o. linea
intermedia crista iliaca , fascia thoracolumbal, 2/3 lateral lig. inguinale
i. sisi kaudal ketiga iga sebelah kaudal , linea
alba bertendo, berfungsi membentuk vagina musculi recti abdominis
Gambar 4.27. M. Interossei dorsalis
h.
M. transversus abdominis
o. permukaan dalam cartilago 6 iga sebelah kaudal, processus transversus,
labium internum crista iliaca, sepertiga lateral lig. inguinale
i.
vagina musculi recti abdominis
Gambar 4.28. M. Tranversus abdominus
3.
Otot-otot bahu
a. M. Deltoideus:
o. extremitas acromialis claviculae,
acromion
i. tuberositas deltoidea humeri
Gambar 4.29. M. Deltoideus
b. M.
Supraspinatus:
o. fossa supraspinata scapulae
i. tuberculum majus humeri bagian atas
c. M.
Infraspinatus:
o. fossa infraspinata sacpulae
i. tuberculum majus humeri bagian tengah
Gambar
4.30. M.
Supra dan infraspinatus
d. M. Teres minor:
o. margo axillaris scapulae
i. tuberculum majus humeri bagian bawah
e. M. Teres major:
o. margo axillaris dan angulus inferior scapulae
i. crista tuberculi minoris humeri
Gambar
4.31. M.
Teres mayor dan minor
f. M. Subscapularis:
o. facies costalis scapulae
i. tuberculum minus humeri
Gambar 4.32. M. Subscapularis
4.
Otot-otot lengan atas
a. M. Biceps brachii:
o. caput longum: tuberositas
supraglenoidalis
caput breve: processus
coracoideus scapulae
i. tuberositas radii
Gambar
4.33. M.
Biceps brachii
b. M. Coracobrachialis:
o. processus coracoideus
i. pertengahan humerus
c. M.
Brachialis:
o. pertengahan
humerus, mencakup insersi m. deltoideus
i. tuberositas ulnae
Gambar
4.34. M.
Coracobrachialis dan M. Brachialis
d. M. Triceps brachii
o. caput longum : tuberculum
infraglenoidale
caput mediale : facies
posterior humerus
caput laterale : facies posterior humerus
i. olecranon
Gambar 4.35. M. Triceps Brachii
5.
Otot lengan bawah
a. M. Pronator teres:
o. caput humerale: epicondylus medialis
humeri
caput ulnare: processus coronoideus
i.
tuberositas pronatoria pada pertengahan pinggir lateral
radius
b. M. Supinator:
o.
epicondylus lateralis humeri
lig. Collaterale laterale
lig. Anulare radii
crista supinatoria
ulnae
i.
radius diatas insersi m. pronator teres
c. M. Pronator quadratus:
o.
facies volaris ulnae bagian distal
i. facies volaris radii
bagian distal
Gambar
4.36. M.
Pronator teres, M. Pronator quadratus, dan M. Pronator teres
d. M.
Flexor carpi radialis:
o. epicondylus medialis humeri
i. basis pada ossium metacarpalium II dan
III
Gambar 4.37. M. Flexor carpi radialis dan M. Palmaris longus
e. M. Palmaris longus:
o. epicondylus medialis humeri
i. aponeurosis palmaris
f. M.
Flexor carpi ulnaris:
o. caput humerale: epicondylus medialis
humeri
capul ulnare: pinggir dorsal ulna
i. os pisiforme
Gambar 4.38. M. Flexor carpi ulnaris
g. M.
Flexor digitorum profundus:
o. facies volaris ulnae
membrana interosea
i. basis phalanx terakhir jari II – V
Gambar 4.39. M. Flexor digitorum profundus
h. M. Flexor pollicis
longus:
o. facies volaris radii
membrana interossea
i. basis phalanx terakhir ibu jari
Gambar
4.40. M. Flexor pollicis longus
i. M. Brachioradialis:
o. pinggir radial humerus
septum intermuscularis
lateral
i. processus styloideus radii
Gambar 4..41. M. Brachioradialis
j. M. Extensor carpi
radialis longus:
o. seperti m. brachioradialis
i. basis ossis metacarpalis II
Gambar 4.42. M. Extensor carpi radialis longus
k. M. Extensor carpi
radialis brevis:
o. epicondylus lateralis humeri
i.
basis ossis metacarpalis III
l. M. Extensor carpi
ulnaris:
o. epicondylus lateralis humeri
facies dorsalis ulnae
i. basis ossis metacarpalis V
Gambar 4.43. M. Extensor carpi radialis brevis dan M. Extensor carpi ulnaris
m. M. Anconeus:
o. epicondylus lateralis humeri
permukaan belakang
simpai sendi articulatio Cubiti
i. permukaan lateral olecranon
facies dorsalis ulnae
Gambar 4.44. M. Anconeus
n. M. Extensor digitorum
communis:
o. epicondylus lateralis humeri
fascia
antebrachii
i. aponeurosis dorsalis jari II - V
o. M.
Extensor digiti minimi:
o.
bersatu erat dengan origo m. extensor digitorum communis
i. aponeurosis dorsalis jari V
Gambar 4.45. M. Extensor digitorum communis dan M. Extensor digiti minimi
p. M. Abductor pollicis
longus:
o. facies dorsalis ulnae et radii
membrana interossea
antebrachii
i. basis ossis metacarpalis I
Gambar 4.46. M. Abductor pollicis longus
q. M. Extensor pollicis
brevis:
o. facies dorsalis radii
membrana interossea
antebrachii
i.
basis phalanx pertama ibu jari
r. M. Extensor pollicis
longus:
o. facies dorsalis ulnae
membrana interossea
antebrachii
i. basis phalanx terakhir ibu jari
Gambar
4.47. M.
Extensor pollicis brevis dan longus
s. M. Extensor indicis :
o. facies dorsalis ulnae
membrana interossea
antebrachii
i. aponeurosis dorsalis telunjuk
Gambar
4.48. M.
Extensor Indicis
6. Otot-otot
tangan
a. M. Abductor pollicis
brevis:
o. lig. Carpi transversum
tuberositas ossis navicularis
urat m. abductor
pollicis longus
i. sisi lateral basis phalanx proksimal ibu jari
Gambar
4.49. M.
Abductor pollicis brevis
b. M.
Opponens pollicis:
o. lig. Carpi transversum
os trapezium
i.
sisi lateral os metacarpale I
c. M. Palmaris brevis:
o. aponeurosis palmaris bagian medial
i. jaringan bawah kulit didaerah
hypothenar
Gambar
4.50. M.
Opponens pollicis dan M. Palmaris brevis
d. M. Flexor pollicis
brevis:
o. caput superficiale: lig. Carpi
transversum
caput
profundus: os trapezium, os trapezoideum dan os capitatum
i.
os sesamoideum laterale dan basis phalanx proksimal ibu jari
Gambar 4.51. M. Flexor pollicis brevis
e. M. Adductor pollicis:
o. caput
obliqum: basis pada ossa metacarpalia II & III os capitatum ikat-ikat disekitar os capitatum
caput transversum:
facies volaris ossis metacarpalis III
i. basis
phalanx proksimal ibu jari os sesamoideum mediale
Gambar
4.52. M.
Adductor pollicis
f. M.
Abductor digiti V (minimi):
o. os pisiforme
lig. Carpi transversum
i. basis phalanx pertama kelingking
Gambar 4.53. M. Abductor digiti V (minimi)
g. M.
Flexor digiti V brevis:
o. hamulus ossis hamati
lig. Carpi transversum
i. bersama dengan m. abductor digiti V
Gambar 4.54. M. Flexor digiti V brevis
h. M.
Opponen digiti V (minimi):
o. hamulus ossis hamati
lig. Carpi transversum
i. margo medialis ossis metacarpalis V
Gambar
4.55. M. Opponen
digiti V
i. Mm.
Lumbricales:
o. urat-urat m. flexor digitorum profundus
i. aponeurosis dorsalis jari II – V
Gambar 4.56. Mm. Lumbricales
j. Mm
Interossei volaris (3 buah)
o. sisi medial os metacarpale II
sisi lateral ossa metacarpalia IV dan V
i. sisi medial basis phalanx pertama telunjuk dan
aponeurosis dorsalis jari itu
sisi
lateral basis phalanx pertama jari IV dan V dan aponeurosis dorsalis jari-jari
itu
Gambar
4.57. Mm Interossei volaris
k. Mm.
Interossei dorsales (4 buah):
o. sisi yang berhadapan pada ossa
metacarpalia
i. pinggir
lateral phalanx pertama jari II dan III dan aponeurosis dorsalis jari-jari itu
pinggir medial phalanx pertama jari III dan
IV dan pada aponeurosis dorsalisnya
Gambar 4.58. Mm Interossei dorsales
C. SUSUNAN OTOT ANGGOTA BAWAH
1. Otot-otot Pangkal Paha
a. M. Psoas minor:
o. corpus vertebrae Thoracalis XII
corpus
vertebrae Lumbalis I
discus
diantara kedua vertebrae itu
i. eminentia iliopectinea
fascia iliaca
b. M. Psoas mayor
o. corpora vertebrae Thoracalis Xii dan vertebrae Lumbalis I –
V
processus transversi semua vertebrae Lumbalis
i.
trochanter minor femoris
c. M. Iliacus:
o. fossa iliaca
i. trochanter minor
femoris
Gambar 4.59. M. Psoas minor Psoas mayor dan Iliacus
d. M. Gluteus maximus:
o. ala ossis ilium
permukaan belakang os sacrum dan os
coccygis
lig. Sacroiliaca posteriora
lig. Sacrotuberosum
i. 2/3 bagian atas pada tractus
iliotibialis
1/3 bagian bawah pada tuberositas
glutea femoris
Gambar 4.60. M. Gluteus maximus
e. M.
Gluteus medius:
o. ala ossis ilium
i. trochanter mayor
permukaan lateral
f. M.
Gluteus minimus:
o. ala ossis ilium
i. trochanter
mayor permukaan depan
Gambar 4.61. M. Gluteus medius dan minimus
g. M. Piriformis:
o. facies pelvina ossis sacri
i. puncak trochanter major femur
h. M. Obturator internus:
o. permukaan medial membrana obturatoria
os coxae
i. fossa trochanterica femur
i. M. Gemellus superior:
o. spina ischiadica
i. fossa trochanterica femur
j. M. Gemellus inferior:
o. tuber ischiadicum
i. fossa trochanterica femur
k. M. Quadratus femoris:
o. tuber ischiadicum
i. crista intertrochanterica femur
Gambar 4.62. M. Piriformis M. Obturator internus M.
Gemellus superior dan inferior dan M. Quadratus femoris
l. M.
Obturator externus:
o. permukaan luar membrana obturatoria os
coxae
i. fossa trochanterica femur
Gambar 4.63. M. Obturator externus
m. M. Tensor fasciae
latae:
o. labium externum crista iliaca
spina iliaca anterior
superior
permukaan dalam fascia
latae
i.
melalui tractus iliotibialis Maissiatii
Gambar 4.64. M. Tensor fasciae latae
2. Otot-otot Tungkai Atas
a. M.
Sartorius:
o. spina iliaca anterior superior
i. facies medialis tibiae
Gambar 4.65. M. Sartorius
b. M. Quadriceps femoris
v
M. rectus femoris:
o.
caput rectum: spina iliaca anterior inferior
caput obliquum: sedikit diatas acetabulum
i.
tuberositas tibiae dengan perantaraan
lig. Patellae
Gambar 4.66. M. rectus femoris
v
M. vastus medialis:
o.
bagian terbawah linea intertrochanterica labium mediale, linea aspera
i.
pinggir medial urat lekat m. rectus femoris dan patellae
v
M. vastus lateralis
o. permukaan depan dan
bawah trochanter major
i. pinggir lateral urat
lekat m. rectus femoris dan patellae
v
M. vastus intermedius:
o. permukaan depan dan lateral femur
i. urat lekat m. rectus femoris
Gambar 4.67. M. vastus medialis M. vastus lateralis dan M. vastus intermedius
c. M. Pectineus:
o. pecten ossis pubis
fascia pectinea
i. linea pectinea femoris
Gambar 4.68. M. Pectineus
d. M. Adductor longus:
o. ramus superior ossis pubis
i. labium medialis linea asperae
Gambar 4.69. M. Adductor longus
e. M. Gracillis:
o. ramus inferior ossis pubis
i. facies mediale Tibiae
Gambar 4.70. M. Gracillis
f. M. Adductor brevis:
o. ramus inferior ossis pubis
i. labium mediale lineae asperae
Gambar 4.71. M. Adductor brevis
g. M. Adductor magnus:
o. ramus inferior ossis pubis
ramus inferior ossis
ischii
tuber ischiadicum
i. labium mediale linea asperae, condylus medialis femoris
h. M. Adductor minimus:
o. ramus inferior ossis pubis
ramus inferior ossis
ischii
i. labium mediale linea asperae
Gambar
4.72. M. Adductor
magnus dan minimus
i. M. Semitendinosus:
o. tuber ischiadicum
i. facies mediale Tibiae
j. M. Semimembranosus:
o. tuber ischiadicum
i. simpai sendi lutut
Gambar
4.73. M. Semitendinosus
dan M. Semimembranosus
k. M. Biceps femoris:
o. caput longum: tuber ischiadicum
caput breve: labium
laterale linea asperae
i. caput fibulae (bagian terbesar)
condylus lateralis
tibiae (bagian kecil)
Gambar 4.74. M. Biceps femoris
3. Otot tungkai bawah
a. M. Tibialis anterior
o. Condylus
lateralis tibiae, facies lateralis tibiae, membrana interosea cruris, fascia
cruris.
i. Permukaan plantar os cuniforme I, permukaan
atas basis ossis metatarsalis I
b. M. Extensor digitorum longus
o. Condylus lateralis tibiae, capitulum dan facies
medialis fibula, fascia cruris.
i. Aponeurosis dorsalis jari kaki II – V
Gambar 4.75. M. Tibialis
anterior dan M. Extensor digitorum longus
c. M. Extensor
hallucis longus
o. Facies
medialis fibula, membrana interossea cruris
i. Basis
phalanx terakhir ibu jari
d. M
gastrocnemius
o. Caput mediale : epicondylus
medialis femoris
caput laterale : epicondylus lateralis femoris
i. Tuber calcanei dengan
perantaraan tendo calcanei (achilles)
Gambar 4.76. M. Gastrocnemius dan M. extensor hallucis longus
e. M. Soleus
o. Caput dan facies posterior fibula, linea poplitea
fibula, arcus tendineus m. Solei
i. Tuber calcanei dengan perantaraan tendo calcanei
f. M. Plantaris
o. Condylus lateralis femoris
i. Tuber calcanei
catatan : ketiga otot ini
bersama juga dinamakan m. Triceps surae.
Gambar 4.77. M. Soleus dan M. Plantaris
g. M. Popliteus
o. Condylus lateralis femoris, lig. Popliteum arcuatum.
i. Planum popliteum tibiae
h. M. Flexor
digitorum longus
o. Facies posterior tibiae, facies cruris lembar dalam
i. Phalanx terakhir jari kaki
II – V
Gambar 4.78. M. Popliteus dan M.
Flexor digitorum longus
i M. Flexor
hallucis longus
o. Facies posterior fibulae, facies cruris lembar dalam, membrana
interosea cruris
i. Phalanx terakhir ibu jari kaki
j. M. Tibialis
posterior
o. Facies posterior fibulae, facies posterior tibiae
i. Tuberositas ossis navicularis, ossa cuneiformia I – III
Gambar 4.79. M. Flexor hallucis
longus M. Tibialis posterior
k. M. Peronaeus longus
o. Caput fibulae, facies lateralis
fibulae
i. Os cuneiforme I, basis ossis metatarsalis I
l. M. Peronaeus brevis
o. Facies lateralis fibulae
i. Basis ossis metatarsalis V
Gambar 4.80. M. Peronaeus longus
dan brevis
4. Otot-otot Kaki
a. M.
abductor hallucis
o. tuber calcanei
i. phalanx proximal ibu jari
b. M.
abductor digiti minimus
o. tuber calcanei
i. sisi lateral phalanx proximal
kelingking dan tuberositas ossis metatarsalis V
Gambar 4.81. M abductor hallucis dan M.
Abductor digiti minimus
c. M. adductor hallucis
o. caput obliquum : permukaan plantar os cuneiforme
caput transversum : caput articulatio sendi metatarsophalangea III-V
i. os sesamoidea laterale , basis phalanx pertama ibu jari kaki
Gambar 4.82. M. adductor hallucis
d. M. flexor digiti minimi brevis
o. lig.
plantare longum, basis ossis metatarsalis V
i. phalanx proximal jari V kaki dan tuberosstitas
ossis metatarsalis V
e. M. flexor hallucis brevis
o. ossa cuneiforme medial,
lateral dan intermedia
i. os sesamoideum medial dan
lateral
Gambar 4.83. M. flexor digiti minimi
brevis dan M Flexor hallucis brevis
f.
Mm. interossei plantares ( 3 buah)
o. sisi medial ossa metatarsalia III - V
i. aponeurosis dorsalis jari III – V, sisi medial basis phalanx pertama
jari III - V
Gambar 4.84. M. Interossei plantares
g. Mm.
Interossei dorsales
o. sisi-sisi yang berhadapan kelima ossa metatarsalia
i. yang
pertama pada sisi medial basis phalanx pertama jari II, yang lain pada sisi
lateral basis phalanx pertama jari II - IV
Gambar 4.85. M. Interossei dorsalis
RANGKUMAN
- Myologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang otot-otot dan struktur yang ada hubungannya dengan otot.
- Secara garis besar sel otot dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu otot polos, seran lintang dan lurik.
- Otot diberi nama berdasarkan : perlekatannya, regionya, bentuknya, arah serabut, kerjanya, dan jumlah penyusun.
- Otot dibagi berdasarkan regio : bagian belakang dan depan batang badan, bahu, lengan atas, lengan bawah, pangkal paha, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki.
LATIHAN
- Sebutkan macam-macam otot lurik berdasarkan bentuknya!
- Sebutkan dan berikan contoh penamaan otot berdasarkan bentuk, perlekatan, dan kerjanya!
- Sebutkan perbedaan otot polos, jantung dan lurik!
- Sebutkan otot-otot yang termasuk :
a.
Otot bahu
b.
Otot lengan bawah
c.
Otot tungkai atas
d.
Otot bagian depan batang badan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sobotta. 2000. Atlas Anatomi Manusia 1 dan
2. Jakarta : EGC
2. Cantarella, V. 1999. Bones and Muscles. New
York : Wolf Fly Press.
3. Hariyono,
Januarto, OB. 2002. Materi Perkuliahan Ilmu Urai (Tulang, Persendian, dan
Otot). Malang :Jurusan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.
4. ___. 1995. Diktat Osteologi. Semarang : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UNDIP
5. ___. 1993. Diktat Myologi dan
Artrhrologia. Semarang : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UNDIP
|
GLOSSARIUM
|
|
|
A
|
|
Abdomen
|
: perut
|
Abductor
|
: penarik
pergi, pembawa pergi
|
M. abductor
|
: otot yang mempunyai pengaruh membawa
pergi ke arah tertentu
|
Acetabulum
|
: tempat yang digunakan untuk
peunyimpanan sejenis cuka aromatis yang diletakkan di atas meja
|
Achilles
|
: tokoh
Yunani, pahlawan Troya, yang wafat dipanah oleh Paris, dengan panah menembus
tendo M. triceps surae
|
Acromion
|
: ujung bahu,
bagian tertinggi dari bahu
|
Acusticus
|
: ada kaitannya dengan pendengaran
|
Adductor
|
: menarik mendekat
|
M. adductor
|
: otot dengan gerakan menarik
|
Ala (-e)
|
: sayap
|
Anatomia
|
: seni memotong
menjadi bagian-bagian tertentu
|
Angulus
|
: sudut
|
Antebrachium
|
: lengan bawah
|
Anterior
|
: lebih ke depan dibanding yang lain
|
Anulus
|
: cincin kecil
|
Apex (-icis)
|
: ujung paling luar
|
Aponeurosis
|
: tendo yang berbentuk lembaran
|
Arcus
|
: lengkung
|
Arteria
|
: pembuluh nadi
|
Articulatio
|
: sendi, hubungan
|
Aspera
|
: kasar, tidak rata
|
Atlas
|
: vertebra
leher, pengangkat yang kuat
|
Auditivus
|
: ada kaitannya dengan pendengaran
|
Auricula
|
: telinga kecil
|
Axilla
|
: ketiak
|
Axis
|
: sumbu, vertebra cervicalis kedua
|
|
|
|
|
B
|
|
Basis
|
: permukaan
datar yang merupakan dasar
|
Biceps
|
: bercaput dua
|
Brachium
|
: lengan atas
|
Brevis
|
: pendek, kecil sempit
|
Bursa
|
: kantung kulit
|
|
|
|
|
C
|
|
Calcaneus
|
: bagian belakang telapak kaki
|
Calvaria
|
: tulang atap tengkorak
|
Canalis
|
: berbentuk saluran
|
Capitulum
|
: kepala kecil
|
Capsula
|
: tutup kecil
|
Caput
|
: kepala kecil
|
Carpal
|
: berhubungan dengan carpus
|
Carpus
|
: pergelangan tangan
|
Cartilago
|
: tulang rawan
|
Cauda
|
: ekor, ujung
akhir semua organ
|
Caudalis
|
: lebih dekat ke ekor
|
Cavitas
|
: lubang
|
Cavum
|
: ruang berongga
|
Centralis
|
: terletak di
pusat/ bagian tengah
|
Cervix (-icis)
|
: leher
|
Cingulum
|
: ikat pinggang, mengelilingi
|
Claviculae
|
: kunci kecil,batang berbentuk huruf S
|
Columnae
|
: tiang
|
Communis
|
: bersama-sama
|
Condylus
|
: kaput sendi,
tonjolan bulat di ujung tulang
|
Conoideus
|
: berbentuk kerucut
|
Coracoideus
|
: seperti paruh burung gagak
|
Corpus
|
: badan
|
Costae
|
: iga
|
Coxa (-e)
|
: pinggul
|
Cranialis
|
: ke arah kepala/ cranium
|
Cranium
|
: tengkorak
|
Crista
|
: rigi yang
tajam dari suatu tulang
|
Crus, cruris
|
: tungkai bawah
|
Cubitus
|
: sendi siku
|
|
|
|
|
D
|
|
Deltoideus
|
: seperti delta/ segitiga
|
Dens, dentis
|
: gigi
|
Depressor
|
: menekan ke bawah
|
Dexter -tra
|
: kanan
|
Diagonalis
|
: menyilang
|
Diaphysis
|
: tumbuh di antaranya
|
Diarthrosis
|
: hubungan sendi yang bebas
|
Digitus
|
: jari
|
Discus
|
: keping
|
Distalis
|
: terletak lebih jauh dari rangka tubuh,
lawan proximal
|
Dorsalis
|
: ada kaitan dengan punggung, lebih
mengarah ke punggung
|
|
|
|
|
E
|
|
Epicondylus
|
: benjol pada condylus
|
Epiphysis
|
: pertumbuhan,
tumbuh di atas sesuatu
|
Epistropheus
|
: vertebra cervicalis II
|
Extensor
|
: peregang, pengencang
|
Externus
|
: sebelah luar
|
Extremitas
|
: ujung paling luar
|
|
|
|
|
F
|
|
Facies
|
: dataran, wajah
|
Fascia
|
: penutup otot
yang tersusun atas jaringan ikat
|
Femoralis
|
: kata sifat femur
|
Femur
|
: tulang paha
|
Fibula
|
: kait, tulang betis
|
Fibularis
|
: terkait dengan fibula
|
Fissura
|
: celah, membelah
|
Flexor
|
: penekuk
|
Foramen
|
: lubang
|
Fossa
|
: lekuk yang
lebar dan datar, galian
|
Fovea
|
: lekuk yang
agak rata, lubang berbentuk melingkar
|
Frontalis
|
: berkaitan dengan dahi
|
|
|
|
|
G
|
|
Gastrocnemius
|
: otot buah betis
|
Genus, genus
|
: lutut
|
Glutaeus
|
: pantat, bokong
|
|
|
|
|
H
|
|
Hallux
|
: jari kaki
besar, jempol kaki
|
Hamatus
|
: berbentuk seperti kaitan
|
Humerus
|
: tulang lengan atas
|
Hypothenar
|
: bagian bawah
telapak tangan dekat kelingking
|
|
|
|
|
I
|
|
Iliacus
|
: berhubungan dengan ilium
|
Ilium
|
: bagian dari usus halus
|
Incisura
|
: takik, sayatan, potongan
|
Index
|
: penunjuk, jari telunjuk
|
Inferior
|
: lebih ke bawah
dari yang lain
|
Insertio
|
: bagian
akhir otot yang dapat bergerak, lawan origo
|
Internus
|
: sebelah dalam
|
Ischium
|
: tulang duduk
|
|
|
|
|
J
|
|
Jugularis
|
: bagian depan leher, lekuk pada claviculae
|
Junctura
|
: hubungan, menghubungkan
|
Junctura fibrosa
|
: hubungan antara dua tulang melalui
jalinan pengikat
|
Junctura cartilaginea
|
: pengikat
antar tulang rawan, misalnya symphisis
|
Junctura synovialis
|
: hubungan
antara tulang sendi, misalnya articulatio
|
|
|
|
|
L
|
|
Lambdoideus
|
: menyerupai lambda (huruf Yunani)
|
Lamina
|
: lapisan, plat
|
Lateralis
|
: lebih jauh
dari garis tengah, ke sisi
|
Latissimus
|
: yang terlebar
|
Libera
|
: bergerak bebas
|
Ligamentum
|
: struktur menyerupain ikatan
|
Linea
|
: garis
|
Longitudinalis
|
: mengarah memanjang, ke arah ukuran
panjang badan
|
Longus
|
: panjang
|
Lumbalis
|
: ada kaitannya
dengan pangkal paha
|
Lunatus
|
: berbentuk seperti bulan
|
|
|
|
|
M
|
|
Magnus
|
: besar, hebat, kuat
|
Malleolus
|
: palu kecil
berkepala bulat, tulang kecil
|
Mandibula
|
: rahang bawah
|
Manubrium
|
: pegangan, jabatan tangan
|
Manus
|
: tangan
|
Margo
|
: sisi
|
Mastoideus
|
: menyerupai putting susu
|
Mayor
|
: lebih besar
|
Maxilla
|
: rahang atas
|
Maximus
|
: yang terbesar
|
Meatus
|
: canalis yang pendek, gang penembus
|
Medialis
|
: ke arah tengah, lawan lateral
|
Medius
|
: terletak di
tengah, terletak di antaranya
|
Membrana
|
: kulit yang
lembut, bagian / anggota tubuh
|
Meniscus
|
: bulan setengah lingkaran
|
Metacarpus, -al
|
: tangan bagian
tengah, telapak tangan
|
Metatarsal
|
: ada hubungan dengan kaki bagian
tengah, telapak kaki
|
Minor
|
: lebih kecil
|
Mons
|
: gunung, tampak besar
|
Muscularis
|
: ada kaitan dengan otot
|
Musculus
|
: otot
|
Myo
|
: berkaitan dengan otot
|
Myologia
|
: ilmu tentang otot
|
|
|
|
|
N
|
|
Nasalis
|
: berkaitan dengan hidung
|
Navicularis
|
: berbentuk seperti kapal
|
Nervus
|
: saraf
|
Nucha, -ae
|
: tengkuk
|
Nucleus
|
: inti kecil
|
|
|
|
|
O
|
|
Obliquus
|
: melintang, ke arah sisi
|
Obturatorius
|
: untuk menghambat, menyumbat
|
Occipitalis
|
: kulit belakang kepala
|
Olecranon
|
: perpanjangan dari siku
|
Opponens
|
: terletak berseberangan
|
Opticus
|
: ada kaitannya dengan penglihatan
|
Orbita
|
: lubang mata
|
Oris
|
: ada kaitannya dengan mulut
|
Os, ossis
|
: tulang
|
Osteologi
|
: ilmu tentang tulang
|
Ostium
|
: pintu, jalan masuk
|
Oticus
|
: ada kaitannya dengan telinga
|
Ovalis
|
: berbentuk lonjong
|
|
|
|
|
P
|
|
Palatum
|
: langit-langit
|
Palma
|
: telapak tangan
|
Palmaris
|
: ada kaitannya
dengan telapak tangan
|
Parietalis
|
: ke arah sisi, dinding
|
Pars
|
: bagian
|
Patellae
|
: tempurung lutut
|
Pecten
|
: pinggir, menyisir
|
Pectoralis
|
: kata sifat
dari pectus (dada)
|
Pelvis
|
: tulang panggul
|
Periosteum
|
: lapisan luar tulang
|
Pedis
|
: kaki
|
Petrosus
|
: berbatu, berkarang
|
Phalanx (- angis)
|
: ruas-ruas jari
|
Piriformis
|
: seperti buah pir
|
Plantar
|
: telapak kaki
|
Plantaris
|
: terkait telapak kaki
|
Posterior
|
: belakang
|
Processus
|
: maju ke depan, tonjolan
|
Profundus (-al)
|
: lebih ke dalam
|
Prominentia
|
: lebih maju ke
depan, penonjolan
|
Promontorium
|
: lengkung yang
terletak di depan
|
Pronator
|
: otot yang pada waktu diputarnya lengan
bawah akan menarik telapak tangan ke bawah, ke arah dorsal
|
Protuberantia
|
: penonjolan
|
Proximalis
|
: lebih dekat
ke rangka tubuh, pangkal, lawan distal
|
Psoas
|
: daerah pinggul
|
|
|
|
|
Q
|
|
Quadratus
|
: sudut empat, segi empat
|
Quadriceps
|
: berkepala empat
|
|
|
|
|
R
|
|
Radialis
|
: berkaitan dengan tulang radius
|
Radius
|
: tulang lengan bawah
|
Ramus
|
: batang, cabang
|
Rectus
|
: lurus
|
Regio
|
: daerah, arah
|
Rhomboideus
|
: seperti belah ketupat
|
|
|
|
|
S
|
|
Sacrum
|
: kesucian
|
Sacralis
|
: ada kaitannya dengan sacrum
|
Sagittal
|
: dari ventral
ke dorsal, arah panah
|
Sartorius
|
: pemotong, untuk menyayat
|
Scalenus
|
: berbentuk
segitiga tidak sama sisi, miring
|
Scaphoideus
|
: menyerupai kano, perahu
|
Scapulae
|
: bahu, punggung
|
Semilunaris
|
: setengah lingkaran
|
Semimembranosus
|
:
setengahnya berkulit atau mempunyai membran (aponeurosis)
|
Semitendinosus
|
: setengahnya berurat, setengah bertendo
|
Serratus
|
: digergaji
|
Sinister (-tra)
|
: kiri
|
Soleus
|
: menyerupai ikan
|
Solitarius
|
: menyendiri
|
Sphenoidalis
|
: seperti ujung pacul
|
Spina
|
: taju tajam,
duri, tulang punggung, vertebra
|
Spinalis
|
: kata sifat dari spina
|
Squamae
|
: sisik (kulit ular)
|
Sternalis
|
: kata sifat dari sternum
|
Sternoclavicularis
|
: dari tulang
dada sampai ke claviculae
|
Sternocostalis
|
: dari tulang
dada sampai ke iga
|
Sternum
|
: tulang dada
|
Sulcus
|
: alur parit
|
Superficialis
|
: terletak di permukaan
|
Superior
|
: lebih tinggi, atas
|
Supinator
|
: memutar ke luar, lawan pronator
|
Sutura
|
: jahitan,
hubungan antara dua tulang tengkorak
|
Symphysis
|
: hubungan
tulang melalui serabut tulang rawan
|
Synarthrosis
|
: hubungan
tulang yang tak dapat bergerak
|
Synchondrosis
|
: hubungan
tulang berupa tulang rawan
|
Syndesmosis
|
: hubungan
tulang oleh jaringan ikat
|
Synostosis
|
: hubungan tulang rawan antara dua
tulang yang bebas
|
Synovia
|
: pelumas sendi
|
|
|
|
|
T
|
|
Talus
|
: bagian belakang kaki, nama dari salah
satu tulang tarsal
|
Tarsus (-al)
|
: pergelangan kaki
|
Temporalis
|
: ada kaitannya dengan pelipis
|
Tendo
|
: otot, menegangkan/ meregangkan
|
Teres
|
: bundar, bulat memanjang
|
Thenar
|
: berkaitan dengan ibu jari
|
Thorax
|
: dada
|
Tibia
|
: tulang kering
|
Tibialis
|
: terkait dengan tibia
|
Transversus
|
: melintang
|
Trapezius
|
: berbentuk seperti meja, trapesium
|
Triceps
|
: berkepala tiga
|
Trochanter
|
: roda,
putaran, berputar dalam lingkaran
|
Trochlea
|
: bangunan seperti katrol, rol, putaran
|
Truncus
|
: batang, rangka manusia
|
Tuber
|
: benjol bulat
|
Tuberculum
|
: tuber kecil
|
Tuberositas
|
: tulang yang terasa kasar
|
|
|
|
|
U
|
|
Ulna
|
: salah satu tulang
lengan bawah
|
Ulnaris
|
: berkaitan dengan ulna
|
Umbilicus
|
: pusar
|
Unguis
|
: kuku
|
|
|
|
|
V
|
|
Vagina
|
: penutup,
bagian dari alat kelamin wanita
|
Vas
|
: pembuluh
|
Vascularis
|
: berkaitan dengan pembuluh
|
Vena
|
: pembuluh darah yang membawa darah ke jantung
|
Venter
|
: perut
|
Ventralis
|
: lebih dekat
ke perut (lawan dorsal)
|
Vertebra
|
: tulang belakang
|
Verticalis
|
: vertikal, tegak lurus
|
|
|
|
|
X
|
|
Xiphoideus
|
:seperti pedang
|
|
|
|
|
Z
|
|
Zona
|
: area
|
Zygomaticus
|
: berkaitan dengan tulang pipi
|
|
|
|
|
BAB V
OTOT-OTOT PADA EXTREMITAS SUPERIOR
DAN INFERIOR
A. REGIO DELTOIDEA
Fascianya tebal dan kuat, merupakan kelanjutan dari fascia pectoralis. Ke
arah belakang akan menutupi m. infraspinatus dan m. teres minor yang terlihat
sebagai tendo yang melekat pada fossa infraspinatus. Ke atas akan melekat pada
clavicula, acromion dan spina scapula.
Otot-otot
yang ada diregio Deltoidea :
1. m.
deltoideus
2. m.
supraspinatus
3. m.
infraspinatus
4. m. teres
minor
5. m. teres
major
6. m.
subscapularis
1. m. Deltoideus :
Otot ini kuat dan tebal yang
akan membentuk bahu.
·
Origo : 1/3 lateral clavicula, facies superior acromion dan tepi bawah
spina scapulae
·
Insertio : tuberositas deltoideus
·
Fungsi :
abduksi lengan atas, rotasi ke lateral, rotasi ke medial, extensi dan
fleksi lengan atas
2. m. Supraspinatus :
·
Origo : 2/3 bagian medial fossa
supraspinatus
·
Insertio : tendo
dari otot ini akan melekat pada
tuberculum majus humeri
·
Fungsi
: abduksi lengan atas
3. m. Infraspinatus :
Otot ini ditutupi oleh m.
deltoideus dan m. trapezius
·
Origo
: 2/3 medial fossa
infraspinatus
·
Insertio : permukaan medial dari
tuberculum majus humeri
·
Fungsi :
rotasi ke lateral lengan atas
4. M. Teres minor :
·
Origo
: sepanjang margo lateral dari fossa infraspinatus
·
Insertio : melekat
pada capsula artikulatio humeri untuk kemudian melekat pada tepi
bawah tuberculum majus humeri
·
Fungsi :
rotasi lateral dari lengan atas
5. M. Teres mayor :
·
Origo
: angulus inferior scapulae
·
Insertio : crista
tuberculi minoris
·
Fungsi
: adduksi lengan atas, rotasi medial dari lengan atas
6. M. Subscapularis :
·
Origo : tuberculum minus humeri dan crista tuberculi minoris
·
Insertio : fossa subscapularis
·
Fungsi : rotasi medial lengan atas
B. REGIO DORSUM
Fascia yang terdapat diregio dorsum dikenal sebagai : fascia
lumbodorsalis . Merupakan kelanjutan ke caudal dari fascia nuchae . Kearah
caudal akan melekat pada crista iliaca membentuk : fascia glutealis
Otot-otot
yang ada di region Dorsum adalah :
1. M.
Latissimus dorsi
2. M.
Trapezius
3. M.
Levator scapulae
4. M.
Rhomboideus major
1.
M.
Latissimus dorsi :
·
Bentuk trianguler, superficial
·
Origo : proc. Spinosus Vth 7-12 ; crista iliaca; dan indirect pada fascia
lumbodorsalis daerah
VL dan VS
·
Insertio : sulcus intertubercularis
·
Fungsi
: adduksi , ekstensi dan rotasi medial dari lengan atas
2.
M.
Trapezius :
•
Superficial dan lebar
•
Berdasarkan arah serabutnya dibagi atas : pars
desendens, pars transversum dan pars ascendens
•
Origo : - linea nuchae superior
- protuberantia occipitalis externa
- proc. Spinosus VTh 7
- lig. Spinosum dan supraspinosum
VTh
•
Insertio : tepi posterior ,1/3 lateral clavicula
tepi medial acromion
tepi atas spina scapulae
•
Fungsi : elevasi dari bahu
rotasi scapula selama abduksi
elevasi lengan atas
3.
M.
Levator scapulae :
•
Origo : tuberculum posterius dan proc.
Transversus dari VC 1-4
•
Insertio : margo medialis scapulae
setinggi spina scapulae
•
Fungsi : elevasi scapulae untuk mengangkat bahu, retraksi dan fiksasi dari
scapulae
4.
M.
Rhomboideus major :
•
Origo : lig. Spinosum dan supraspinosum
dari VTh 2-5
•
Insertio : margo medialis scapulae dibawah
spina scapulae
•
Fungsi : retraksi dan fiksasi scapulae
5. M. Rhomboideus minor :
·
Origo : - proc. Spinosus VC 7- VTh 1
- lig nuchae
·
Insertio : margo medialis scapulae setinggi radiks dari spina scapulae
·
Fungsi : retraksi dan fiksasi dari scapulae
C. REGIO PECTORALIS
Pada regio pectoralis fascia akan melekat pada clavicula dan sternum dan
menutupi m. pectoralis major sehingga dikenal sebagai fascia pectoralis . Kearah
belakang fascia pectoralis akan menutupi m. latissimus dorsidan nantinya akan
membentuk dasar dari fossa axillaris .
Otot- otot
yang ada di regio pectoralis adalah :
1. M.
Pectoralis major
2. M.
Pectoralis minor
3. M.
Subclavius
4. M.
Serratus anterior
Keempat otot ini akan di innervasi oleh :
rami musculares yang berasal dari plexus brachialis
1.
1. M.
Pectoralis major :
•
Sangat lebar, multilaminar, letak paling
superficial
•
Origo :
- facies anterior clavicula
- facies anterior sternum
- cartilago costae 1-6
- aponeurosis m. obliqus abdominis externus
•
Insertio :
tuberculi majoris humeri
•
Innervasi
: n. pectoralis medialis dan lateralis
•
Fungsi : - rotasi ke medial
- adducti lengan
atas
- Elevasi dan
depresi dari lengan atas
2. M. Pectoralis minor :
•
Terletak dibelakang dari m. pectoralis major
•
Origo : facies externa dari costae 2-5
•
Insertio : processus coracoideus
•
Fungsi : depresi dari bahu
•
Innervasi
: n. pectoralis medialis dan lateralis
3. M.
Subclavius :
Otot subclavius adalah otot kecil berbentuk segitiga yang
terletak di antara clavicula
dan tulang rusuk
pertama.
Otot ini
disokong dengan tendon tebal dan pendek serta tulang rawan dari os costae
1 di depan ligamentum
costoclavicularis.
•
Origo : cartilago costae 1
•
Insertio : facies inferior dari clavicula
•
Fungsi : membantu depresi bagian lateral
dari clavicula
•
Innervasi
: percabangan C5 dari plexus brachialis
4. M. Seratus anterior :
•
Otot ini akan membentuk bagian medial dari fossa
axillaris
•
Origo
: - facies externa costae 1-8
•
Insertio : - facies costalis scapulae, pada :
. Angulus
superior
. Angulus
inferior
. Margo
medialis
•
Fungsi :
- rotasi lateral dari scapulae
- abducti lengan atas
- elevasi diatas bidang horisontal
•
Innervasi
: n. thoracalis longus
D.
REGIO BRACHII
Fascia di regio ini adalah
Sedangkan
otot-otot yang ada diregio ini adalah :
1. M. Biceps brachii
2. M. Coracobrachialis
3. M. Brachialis
4. M. Triceps brachii
1.
M. Biceps brachii :
Otot ini mempunyai 2 caput :
caput breve dan caput longum
·
Origo :
C. breve :
melekat pada proc. Coracoideus
C. longum : tendonya panjang akan
melekat pada tuberculum supraglenoidalis
·
Insertio :
kedua
caput akan bersatu membentuk corpus ( belly) yang besar ….. Untuk nantinya
melekat pada tuberositas radii
·
Fungsi :
gerakan fleksi lengan atas dan bawah
supinasi
dari lengan bawah
2. M.
Coracobrachialis :
•
Origo : bersama dengan caput breve dari m. biceps akan melekat pada procesus
coracoideus
•
Insertio : melekat pada 1/3 medial humeri
•
Fungsi : fleksi lengan atas
3. M.
Brachialis :
•
Origo : 2/3 distal dari facies intermedial
dan anterolateral dari humeri
•
Insertio : melekat pada capsula articularis articulatio cubiti dan facies anterior
proc.
Coronoideus serta pada tuberositas ulnae
•
Fungsi : fleksi dan supinasi dari lengan
bawah
4. M.
Triceps brachii :
Mempunyai 3 caput : caput lateral, c.
longum dan c. medial
•
Origo :
C. longum : melekat pada
tuberculum infraglenoidalis
C. lateral : melekat pada sulcus
n. radialis
C. medial : melekat dibawah
sulcus n. radialis
•
Insertio :
Ketiga caput akan bersatu melekat
pada facies superior dari olecranon
•
Fungsi :
Caput medial :
ekstensi lengan bawah
Caput longum dan
lateral : memperkuat gerakan ekstensi dari lengan bawah
E. REGIO
ANTEBRACHII
Otot-otot
di regio ini terdapat pada :
1.
Bagian
ventral : - lamina superfi
- lamina
profunda
2. Bagian dorsal : - lamina
superficial
- lamina profunda
Otot-otot
di bagian ventral lamina superficial :
1. M. pronator teres
2. M. fleksor carpi radialis
3. M. fleksor carpi ulnaris
4. M.
fleksor digitorum superficialis
5. M. Palmaris longus
Otot-otot
di bagian ventral lamina profunda :
1.
M.
Flexor digitorum profundus
2.
M.
flexor policis longus
3.
M.
pronator quadrates
Otot-otot
di bagian dorsal lamina superficial :
1. M. Brchio radialis
2. M. Extensor carpi radialis brevis
3. M. Extensor carpi radialis longus
4. M. Extensor carpi ulnaris
5. M. Extensor digitorum
6. M. Extensor digiti minimi
7. M. Enconeus
Otot-otot
di bagian dorsal lamina profunda :
1. M. supinator
2. M. abductor pollicis brevis
3. M. extensor pollicis brevis
4. M. extensor pollicis longus
5. M. Extensor indicis
F. REGIO
GLUTEUS
Fascia : Fascia di regio glutea :
Fascia glutea. Menutupi seluruh m.
gluteus maximus. Kearah depan membentuk aponeurosis glutealis, terdapat diatas m. gluteus medius bersatu
dengan capsula dari artc. Coxae dan caput dari m. rectus femoris. Kearah bawah
sebagai traktus iliotibialis fascia latae, keatas melekat pada crista iliaca .
Otot-otot yang ada diregio ini adalah :
1. m. Gluteus
maximus
2. m. Gluteus medius
3. m. Gluteus minimus
4. m. Tensor fascia latae
5. m. Piriformis
6. m. Obturator internus
7. m. Obturator externus
8. m. Gemmelus superior
9. m. Gemmelus inferior
11. m. Quadratus femoris
1. M.
Gluteus maximus :
Letak paling superficial dan paling lebar
· Origo
: - os ilium, facies dorsalis ossis
sacri
- os coccygeus, lig. Sacrotuberosum
• Insertio
:
- tuberositas glutealis femoris
- traktus iliotibialis fascia latae
- labium lateral linea aspera
- condylus lateralis tibiae
• Fungsi
:
- ekstensi tungkai atas
- ekstensi pelvis
- rotasi lateral tungkai atas
• Innervasi
:
- n. gluteus inferius
2. M.
Gluteus medius :
• Origo :
- os ilium , antara linea glutea
anterior n posterior
- Aponeurosis glutealis
• Insertio
:
- facies lateralis trochanter major
• Fungsi
:
- otot ini penting untuk berjalan
- abductie tungkai atas
- rotasi medial
3. M.
Gluteus minimus :
• Origo
:
- os ilium antara linea glutea anterior
n inferior
• Insertio
:
- tepi anterior trochanter major
• Fungsi
:
- abductie tungkai atas
- rotasi ke medial
4. M.
Tensor fascia latae :
• Origo
:
- labium externus crista iliaca dan SIAS
• Insertio
:
- tractus iliotibialis
• Fungsi
:
- flexi tungkai atas
- rotasi ke medial
5.
M. Piriformis :
• Origo
:
- facies pelvina ossis sacri dari VS 2-4
- SIPI dari os ilium
• Insertio
:
- trochanter major
• Fungsi
:
- rotasi lateralis tungkai atas
5. Obturator
internus :
• Origo
:
- facies pelvina membrana obturatoria
• Insertio
:
- facies medialis trochanter major
• Fungsi
:
- rotasi lateral tungkai atas
6. M. Obturator externus :
• Origo
:
- facies externa ossis pubis
- tepi dari foramen obturatum
- membrana obturatoria
• Insertio
:
- fossa intertrochanterica
• Fungsi
:
- rotasi lateral tungkai atas dan
adductie
7. Gemellus
superior :
• Origo
:
- spina ischiadica
- tuber ischiadica
• Insertio
:
- margo superior n inferior dari tendo
m. obturator internus
• Fungsi
:
- rotasi ke lateral tungkai atas
8. M.
Gemellus Inferior :
• Origo
:
- spina ischiadica
- tuber ischiadicum
• Insertio
:
- margo superior dan inferior dari tendo
m. obturator internus
• Fungsi
:
- rotasi lateral tungkai atas
9.
M. Quadratus Femoris :
• Origo :
- tuber ischiadicum
• Insertio :
- crista intertrochanterica
• Fungsi :
- rotasi lateral tungkai atas
G.
REGIO FEMUR
Fascia
yang ada di regio femur dikenal sebagai fascia latae.Fascia ini nantinya akan melanjutkan diri kedalam fascia
yang terdapat di regio glutea dan regio cruris. Kemudian fascia ini akan menyilangi artc. Genu dan
melekat pada patella, condillus medialis tibia serta capitulum fibulae.
Otot-otot
yang ada di regio femoris adalah :
• Regio anterior
femur :
1. m illiopsoas
- m. illiacus
- m. psoas major
- m. psoas minor
2. m. quadratus femoris
- m. rectus
femoris
- m. vastus
lateralis dan medialis
- m. vastus
intermedius
3. m. sartorius
• Regio medialis femur :
- m. pectineus
- m. adductor brevis
- m. adductor longus
- m. adductor magnus
- m. gracilis
- m. obturator externus
•
Regio posterior
femur :
- m. biceps femoris
- m. semitendinosus
- m. semimembranosus
1.
M. Iliopsoas :
•
Merupakan otot
flexor yang kuat untuk tungkai atas
•
Otot ini terdiri
dari ;
- m iliacus
- m. psoas major
- m. psoas minor
a. m. Iliacus :
•
Origo : - fossa
iliaca, ala ossis sacri dan ligamentum iliolumbale
•
Insertio : -
trochanter minor dan melekat pada sisi
lateral dari tendo m. psoas major
•
Fungsi : flexi tungkai
atas
b. m. Psoas
minor :
•
Origo :
tepi bawah dari VTh XII – VL V
•
Insertio : Trochanter minor
•
Fungsi : Flexi
tungkai atas dan flexi lateral dari collumna vertebralis
c. m. Psoas minor ;
•
Bila otot ini
ada, Letak diventral dari m. psoas major
• Origo dan insertio ikut bersama-sama dengan m. psoas
major
•
Demikian untuk
innervasi dan fungsinya sama dengan m. psoas major
2.
M. sartorius :
Otot ini sangat panjang berjalan
miring kemedial bawah
·
Origo : - Pada
SIAS dan daerah dibawahnya
·
Insertio : - bagian atas
dari facies medialis tibiae dan tendo
dari m. gracilis dan m.
semitendinosus
·
Fungsi : membantu flexi tungkai atas dan tungkai bawah
H. REGIO CRURIS
:
Fascia diregio ini dikenal sebagai fascia cruris.
Merupakan kelanjutan kecaudal dari fascia latae. Kemudian fascia ini akan
melanjutkan diri ke regio pedis.
Otot-otot yang ada di regio Cruris adalah :
• Regio cruris anterior :
-
m. tibialis anterior
-
m. extensor halucis longus
-
m. extensor digitorum longus
-
m. peroneus tertius
• Regio cruris posterior :
-
m. tricep surae , ta :
-
m. gastrocnemius caput lateral dan medial
-
m. soleus
• Regio cruris lateral :
-
m. peroneus longus
-
m. peroneus brevis
1.
M. Gastrocnemius :
• Otot ini mempunyai dua caput yaitu a; caput mediale
dan laterale
• Origo : -
caput lateral : condilus lateral femoris
-
caput medial : condylus medial femoris
. Insertio :
os calcaneus
. Fungsi :
flexi plantar kaki dan untuk inversi kaki
2.
M. Soleus :
• Otot ini kuat dan sedikit gepeng
• Origo : - capitulum fibulae
-
collum fibulae ke linea soleus tibiae
. Insertio : - os calcaneus
. Fungsi : - flexi plantar kaki dan cenderung untuk inversi kaki
3.
M. Popliteus :
•
Origo : - Condylus lateralis femoris
- Bagian belakang meniscus
•
Insertio : -
area triangularis tibiae
- Diatas linea soleus
• Fungsi : - Rotasi lateral femur
- rotasi medial tibiae
4.
M. Tibialis posterior :
•
Origo : - Pada membran interossea fibulae dan tibiae
- serbut membentuk tendo di sisi posterior
malleolus medialis
•
Insertio : - tuberositas ossis naviculare, os cuneiforme,
os cuboideum dan
basis ossa metatarsal 2,3,4
•
Fungsi :
untuk inversi kaki
DAFTAR PUSTAKA
Yokochi,
C. 1983. Human Anatomy. Alih bahasa oleh Adji Dharma. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
Leonhardt,
H. 1990. Atlas dan Anatomi Manusia. Alih bahasa oleh Dr. H. Tonang. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Noback,
C.R. 1982. Anatomi Susunan Saraf Manusia. Alih bahasa oleh DR. A. Munandar.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Guyton,
A. 1991. Textbook of Medical Physiology. Phyladelphia : W.B.Saunders Co.
Putz,
R. 2000. Sobotta. Atlas Anatomi manusia. Alih bahasa oleh dr. Septelia Inawati
wanandi. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran EGC.
SOAL-SOAL
1. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di neurocranium
2. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di viscerocranium
3. Sebutkan sutura-sutura yang ada di cranium
4. Sebutkan tulang-tulang pembentuk sceleton trunci
5. Sebutkan bagian-bagian dari Collumna Vertebralis
6. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae
cervicalis 1 (VC 1)
7. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae
thoracalis
8. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae
lumbalis
9. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di vertebrae
sacralis atau os sacrum
10. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os costae
11. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di sternum
12. Sebutkan tulang-tulang pembentuk extremitas superior
13. Sebutkan tulang-tulang pembentuk extremitas inferior
14. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os scapulae
15. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os claviculae
16. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os humerus
17. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os radius dan
ulnae
18. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di ossa manus
19. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os coxae
20. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os femur
21. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di os tibia dan
fibulae
22. Sebutkan bangunan-bangunan yang ada di ossa pedis
23. Sebutkan persendian yang ada di extremitas superior
24. Sebutkan persendian yang ada di extremitas inferior
25. Sebutkan tulang pembentuk articulatio humeri
26. Sebutkan tulang pembentuk articulatio cubiti
27. Sebutkan tulang pembentuk articulatio radiocarpea
28. Sebutkan tulang pembentuk articulatio coxae
29. Sebutkan tulang pembentuk articulatio genu
30. Sebutkan nama-nama otot diregio pectoralis
31. Sebutkan nama-nama otot diregio deltoidea
32. Sebutkan nama-nama otot diregio brachii
33. Sebutkan nama-nama otot diregio antebrachii
34. Sebutkan nama-nama otot diregio gluteus
35. Sebutkan nama-nama otot diregio femur
36. Sebutkan nama-nama otot diregio cruris
37. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. pectoralis
major
38. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. deltoideus
39. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. biceps
brachii
40. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. triceps
brachii
41. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. gluteus
maximus
42. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. Iliopsoas
43. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m.
gastrocnemius
44. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. tibialis
posterior
45. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. serratus
anterior
46. Sebutkan origo, insertio dan fungsi dari m. obturator
externus
47. Sebutkan pembagian sistem saraf pusat dan tepi
48. Sebutkan organisasi sistem saraf
49. Sebutkan 12 saraf cranialis
50. Sebutkan otot-otot yang dipersyarafi oleh medulla
spinalis
wah, klo gambar ny ada ga bingung nh.. ihihi
BalasHapusizin copas