Senin, 02 Desember 2013

Modernisasi Pendidikan Jasmani di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya yang dikembangkan melalui aktivitas jasmani untuk meningkatkan keterampilan motorik dan mengembangkan nilai-nilai yang mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti saling menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, dan pantang menyerah. Pendidikan jasmani lebih mengutamakan untuk memperoleh pengalaman gerak yang lebih banyak sehingga siswa dapat menambah tabungan gerak yang bermanfaat bagi kehidupannya. Pendidikan jasmani beroriantasi pada pembudayaan gerak bagi peserta didik sehingga kebugaran jasmani dapat tercapai. Pendidikan jasmani tidak dapat disamakan dengan pendidikan olahraga.
Pendidikan jasmani sangat berbeda dengan pendidikan olahraga. Pendidikan jasmani lebih menekankan pada tercapainya pendidikan sedangkan pendidikan olahraga lebih menekankan pada pencapaian suatu prestasi olahraga. Dalam pendidikan jasmani peserta didik diarahkan untuk pengembangan kepribadian dan karakter sehingga arah pelaksanaannya adalah untuk memberikan pengalaman gerak bagi peserta didik sedangkan pendidikan olahraga lebih diarahakan pada penguasaan teknik dasar sehingga arah pelasanaannya adalah peserta didik menguasai teknik dasar dari salah satu cabang olahraga. Pendidikan jasmani dalam pelaksanaanya tidak menggunakan kegiatan yang bersifat baku sehingga terdapat modifikasi-modifikasi sehingga lebih dapat menyesuaikan dengan peserta didik sedangkan pendidikan olahraga dalam pelaksanaanya menggunakan kegiatan yang baku sehingga kegiatannya hanya bertumpu pada cabang yang difokuskan. Namun dalam pelaksanaan pendidikan jasmani kita justru disamakan dengan pendidikan olahraga.
Pendidikan jasmani di Negara kita nyatanya masih jauh dari harapan untuk membudayakan gerak dan menambah tabungan gerak untuk peserta didik. Dalam pelaksanaannya di lapangan pendidikan jasmani lebih mengarah pada pendidikan olahraga. Materi yang diajarkan tidak menjadikan peserta didik lebih antusias pada pembelajaran dan menyenangi kegiatan pembelajaran justru peserta didik merasa bosan dan keberatan untuk melakukan. Hal ini dikarenakan guru memberikan materi daam bentuk penguasaan teknik dasar. Misalnya, dalam materi bola voli pembelajaran passing bawah guru memberikan kegiatan yang berupa passing secara langsung sehingga anggapannya guru memaksakan agar peserta didik bisa menguasai teknik dasar passing bawah. Hal tersebut terlihat bahwa guru tidak memberikan materi yang disesuaikan dengan perserta didik dan tidak mengembangkan aspek kepribadian siswa dalam pembelajaran. Seperti yang di ungkapkan oleh (Mahendra, 2006) bahwa secara tidak disadari, profil guru Pendidikan jasmani pun berubah dari yang semula santun dan bersifat mengasuh, bergeser menjadi profil keras dan angker serta menyepelekan kepribadian anak. Dalam kondisi tersebut, guru hanya menetapkan satu kriteria keberhasilan, yaitu ketika gerakan yang dilakukan anak sesuai dengan teknik dasar yang sudah dibakukan. Untuk itu perlu adanya pembaharuan dan pengembangan terhadap pelaksanaan pendidikan jasmani.
Pelaksanaan pendidikan jasmani perlu adanya pengembangan kearah tercapainya tujuan. Pembudayaan gerak dan menambah tabungan gerak menjadi pokok utama yang mendasari pengembangan pendidikan jasmani. Dalam pendidikan jasmani utamanya adalah anak merasa senang, anak bergerak dan berkeringat, anak belajar gerak, serta anak disiplin dalam pembelajaran. Keempat hal inilah yang harus menjadi acuan guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam hal ini pengembangan dalam pendidikan jasmani dalam bentuk pembelajaran yang lebih efektif sangat dibutuhkan guna memenuhi keempat kriteria si atas. Pengembangan tersebut berupa penyesuaian kegiatan dengan kemampuan siswa sehingga tidak ada sifat memaksa dalam kegiatan tersebut. Pembelajaran yang dilaksanakan dapat dimodifikasi dalam bentuk permainan sehingga siswa akan lebih berminat dan senang dalam pembelajaran dan pada akhirnya siswa akan lebih banyak bergerak serta pengalaman gerak mereka akan semakin bertambah. Oleh karena itu penulis menyusun sebuah makalah yang membahas tentang pengembangan pendidikan jasmani yang lebih efektif.
Dalam makalah yang berjudul “Modernisasi Pendidikan Jasmani di Indonesia“ membahas beberapa hal yang berhubungan dengan pembaharuan yang terjadi dalam pendidikan jasmani. Pada bagian pertama dijelaskan tentang pengertian dari pendidikan jasmani. Selanjutnya kita mengingat kembali konsep pendidikan jasmani terdahulu/lama untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan jasmani yang dahulu. Kemudian bagian berikutnya juga akan dibahas konsep pendidikan jasmani yang baru untuk mengetahui penyesuaian pelaksanaan pendidikan jasmani pada konteks yang sekarang. Pada bagian akhir akan dijelaskan tentang pengembangan pendidikan jasmani termasuk di dalamnya pembahasan tentang pelaksanaan pendidikan jasmani di lapangan saat ini. Tak lupa juga strategi pengembangan pendidikan jasmani sebagai acauan pengembangan untuk kedepannnya. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada guru khususnya guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran.

 B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari pendidikan jasmani?
2.      Apa konsep pendidikan jasmani yang dahulu/lama?
3.      Apa konsep pendidikan jasmani yang sekarang/baru?
4.      Bagaimana pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia?
5.      Apa strategi pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia?

C. Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dari pendidikan jasmani.
2.      Mengetahui konsep pendidikan jasmani yang dahulu/lama.
3.      Mengetahui konsep pendidikan jasmani yang sekarang/baru.
4.      Memahami pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia.
5.      Mengetahui strategi pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia.






BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan dengan menggunakan aktivitas fisik, permainan, dan olahraga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. J.B Nash dalam Simanjutkan berpedapat bahwa pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek  dari proses pendidikan keseluruhan dengan menggunakan/ menekankan pada aktivias fisik yang mengembangkan fitness, fungsi organ tubuh, control neuro-muscular, kekuatan intelektual dan pengendalian emosi.  (Simanjutkan & dkk, 2010). Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya yang dikembangkan melalui aktivitas jasmani untuk meningkatkan keterampilan motorik dan mengembangkan nilai-nilai yang mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti saling menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, dan pantang menyerah. Pendidikan jasmani menjadi pondasi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani tidak dapat terpisah dari tujuan pendidikan pada umumnya dan selalu menjaga keseimbangan antara pengembangan jasmani dan rohani. H. J. S. Husdarta (2009: 17) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tujuan pendidikan jasmani adalah pengembangan optimal sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan yang peserta didik dan arahnya kepada perkembangan aspek-aspek fisik, mental, dan sosial pada setiap peserta didik. Pedidikan jasmani juga bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai sosial kepada peserta didik.
Nilai-nilai sosial pendidikan jasmani dapat dilihat dari peranannya sebagai sarana untuk mendidik bagi perserta didik. Dalam pendidikan jasmani diajarkan nilai kerjasama, solidaritas, saling menghargai, sportivitas serta membina fisik, mental, emosi, dan sosial individu kearah yang positif. Nilai-nilai sosial dapat ditanamkan melalui pendidikan jasmani dalam setiap kegiatan olahraga permainan. Proses penanaman nilai-nilai tersebut terjadi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,  olahraga dan kesehatan yang dilakukan secara sistematis.  Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitasl-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Seperti yang diuraikan Rusli Lutan (2001: 18), bahwa pendidikan jasmani sebagai sebuah subjek yang penting bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin dalam konteks pendidikan jasmani yang mengandung isi pendidikan melalui aktivitas jasmani.

B. Konsep Pendidikan Jasmani yang Dahulu/Lama
Merupakan konsep yang bersifat otoriter, guru merupakan sumber dari segala sesuatu yang berhubungan dengan pengajaran baik dari pembuatan RPP dan Silabus serta dalam proses pembelajaran yang cenderung memaksa siswa secara terus menerus yang dapat mengakibatkan siswa kurang aktif, kurang kreatif dan manjadi lebih manja sehingga siswa tidak mandiri pada saat berada di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh sejarah pengembangan Pendidikan Jasmani di masa lampau.
      Jika kita melihat pada perspektif sejarah, maka dapat dimaklumi bahwa kualitas pendidikan jasmani di Indonesia dalam bentuknya yang sekarang. Melihat konteks sejarah perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga nasional kita, dapat diduga bahwa telah terjadi perubahan anggapan Pendidikan jasmani di masa lalu, yang terjadi pada tahun 60-an. Kala itu, para pendahulu bangsa kita mencoba memanfaatkan olahraga sebagai alat strategis dan sekaligus politis untuk keluar dari rasa rendah diri sebagai bangsa yang baru merdeka setelah sekian abad terjajah. Keyakinan yang berkembang adalah bahwa olahraga dapat menjadi bukti bahwa bangsa kita memiliki potensi dan kemampuan yang sama dengan bangsa lain, yang ditunjukkan melalui bisa berkiprahnya bangsa Indonesia dalam berbagai event olahraga regional dan internasional. Anggapan tersebut pada akhirnya mempengaruhi keyakinan dalam pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Sekolah.
      Dengan kepercayaan tersebut, penjas di sekolah-sekolah bukan lagi sebagai alat pendidikan, melainkan menjadi alat untuk membantu gerakan olahraga sebagai penegak bangsa, agar lebih banyak lagi bibit-bibit atlet yang bisa dipersiapkan. Akibatnya, seperti yang dapat kita saksikan sekarang, Dikjas kita lebih bernuansa pelatihan olahraga daripada sebagai proses sosialisasi dan mendidik anak melalui olahraga. Demikian kuatnya keyakinan dalam bentuk pelatihan olahraga dalam Penjas kita, sehingga dewasa ini keyakinan tersebut masih kuat digenggam oleh para guru Pendidikan Jamani. Dalam kondisi demikian, pembelajaran sering berubah menjadi aktivitas yang dalam kategori program yang tidak membantu perkembangan peserta didik melalui latihan.
Dengan keyakinan yang salah tersebut, program olahraga dalam pelajaran pendidikan jasmani lebih menekankan pada pembibitan atlet usia dini. Alasannya cukup jelas, penggunaan olahraga di sekolah bukanlah dipandang sebagai alat pedagogis, melainkan lebih dihargai sebagai alat sosialisasi olahraga kepada siswa. Sebagai konsekuensinya, ruang lingkup pendidikan jasmani menjadi menyempit seolah-olah terbatas pada program memperkenalkan anak pada cabang olahraga. Ketika guru menggeser pola pembelajaran menjadi pola pelatihan, maka tugas gerak dan ukuran keberhasilannya pun bergeser menjadi keterampilan dengan kriteria yang kaku dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Seperti yang dijelaskan (Mahendra, 2006) secara tidak disadari, profil guru Penjas pun berubah dari yang semula santun dan bersifat mengasuh, bergeser menjadi profil keras dan angker serta menyepelekan kepribadian anak. Dalam kondisi tersebut, guru hanya menetapkan satu kriteria keberhasilan, yaitu ketika gerakan yang dilakukan anak sesuai dengan teknik dasar yang sudah dibakukan. Hanya sedikit anak yang biasanya mampu menguasai keterampilan dengan kriteria tersebut, sehingga anak yang lain masuk ke dalam kelompok yang gagal. Akibatnya, dalam proses pembelajaran, anak akan lebih banyak merasakan pengalaman gagal daripada pengalaman berhasil. Hal ini menjadi ancaman serius bagi pembelajaran pendidikan jasmani.
Ancaman malpraktek program pendidikan jasmani di sekolah nampaknya semakin potensial dalam masa-masa pengimplementasian kurikulum Penjas 2004, yang juga disebut sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mayoritas guru Penjas hingga kini masih belum mengetahui secara menyeluruh tentang pengertian dan implementasi KBK dalam prakteknya. Demikian juga kasusnya dengan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal sebagai Standard Isi atau KTSP. Di samping hanya memasukkan materi kesehatan ke dalam ruang lingkupnya, standar isi inipun adalah sebagai kurikulum imitasi dari KBK. Tidak ada pembaharuan apapun di dalamnya, di samping lebih memepeluas kemungkinan kebingungan di antara guru-guru.

C. Konsep Pendidikan Jasmani yang Sekarang/Baru
Selama ini masih banyak para guru pendidikan jasmani yang menggunakan metode pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan metode pelatihan olahraga dalam kegiatan pembelajaran. Dalam metode pelatihan olahraga lebih menekankan  pada keterampilan gerak yang bertujuan untuk meguasai gerak sebaik mungkin untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Dalam metode ini tujuan pendidikan jasmani secara keseluruhan tidak akan tercapai dengan baik. Karena banyak aspek dari tujuan pendidikan jasmani yang terabaikan dan tidak dikuasai oleh anak didik.
Pendidikan jasmani ada karena dalam pendidikan di sekolah, anak perlu aktivitas-aktivitas yang berdampak pada kebugaran jasmani yang dimana tidak didapatkan pada mata pelajaran lain. Anak perlu aktivitas fisik yang sehat dan teratur yang didapat baik di sekolah maupun di rumah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan jasmani membekali anak didik untuk dapat melakukan kegiatan tersebut di masyarakat serta mengetahui pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan.
Pendidikan jasmani juga mengembangkan keterampilan gerak anak. Selain itu peningkatan kecakapan gerak yang benar, efektif, dan otomatis dapat menunjang kelancaran  anak dalam kehidupan sehari-hari. Melalui standar kompetensi yang terdapat pada pendidikan jasmani diharapakan anak didik memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi. Materi-materi yang disajikan dalam pendidikan jasmani juga diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan, penetapan tujuan yang realistis, kerjasama tinggi, jiwa kepemimpinan, melakukan tindakan yang berguna, mengurangi stress, dan memperkuat hubungan antar teman pada peserta  didik. Aktivitas fisik yang dilakukan dalam penjasorkes juga betujuan untuk selalu menghindari sikap atau tindakan yang ekstrim (moderat) pada anak didik.
Melalui aktivitas fisik yang dilaksanakan di sekolah diharapkan dilaksanakan juga oleh anak didik dimasyarakat. Karena melalui aktivitas fisik yang dilakukan, diharapkan dapat mengurangi timbulnya beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker usus, diabetes melitus dan masalah obesitas. Keterlibatan semua anak didik dalam kegiatan pendidikan jasmani , diharapkan dapat meningkatkan keyakinan diri untuk terus terlibat dalam olahraga yang rutin.
Guru juga harus menerapkan urutan kurikulum yang direncanakan secara progresif untuk membangun dan mengembangkan pengalaman baru. Selain itu fasilitas dan perlengkapan harus memadai dalam setiap kegaitan pembelajaran pendidikan jasmani dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Selain itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran haruslah menyenangkan anak didik agar pengembangan afektif, kognitif, psikomotor, dan fisik dapat berlangsung bersamaan. Pengenalan semua gerakan pada masa usia perkembangan menentukan kecakapan anak dalam membuat keputusan tentang olahraga yang mereka senangi pada saat dewasa.

D. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah: "Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh pihak yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984,  menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum1994. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh kegiatan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga di atas lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta mengutamakan interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya yang ditekankan pada tujuan yang ingin dicapai. Perbedaan inilah yang terkadang menjadi kesalahan dalam mengartikan pendidikan jasmani.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan jasmani adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain sepak bola, mereka belajar keterampilan teknik sepak bola secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam pendidikan jasmani kita. Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Dalam salah satu gaya mengajar memang menekankan pada kegiatan tersebut tapi dalam pelaksanaannya masih menitikberatkan pada penguasaan teknik dasar bukan pada proses yang dijalani siswa. Namun sebenarnya pendidikan jasmani kita diharapkan tidak seperti yang di atas.
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola. Lain lagi  dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tersebut. Apalagi ketika mereka melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, anak tidak bisa berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri. Namun hal tersebut dapat diatasi melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih efektif.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tersebut bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses.
 Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk kelompok mampu kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran lempar lembing di tentukan: melempar sejauh 5 meter untuk anak mampu melakukan, dan hanya 3 meter untuk anak kurang mampu melakukan.
Gambar 1. Pembelajaran Lemapar Lembing
(http://www.boyolalipos.com/2012/lempar-roket-327522)
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut perasaan berhasil, dan anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring dengan seringnya mereka mengulang-ulang latihan.

E. Strategi Pengembangan Pendidikan Jasmani di Indonesia
Pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya harus tersusun rapi dalam sebuah program yang sistematis dan berkelanjutan. Program tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kebugaran dan menambah tabungan gerak. Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1.    Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman gerak  yang disenagi peserta didik dalam jangka waktu yang panjang. Program tersebut dapat diterapkan dalam bentuk permainan-permainan yang menyenangkan sehingga peserta didik lebih antusias yang tingga terhadap pembelajaran. Dengan antusiasme peserta didik dalam belajar gerak maka pengalaman gerak yang dirasakan akan semakain bervariasi. Misalnya materi lompat tidak perlu diberikan teknik melompat yang benar namun dapat melalui permainan lompat kardus sehingga siswa akan merasa tidak terbebani dengan tugas yang mereka berikan. Karena itu, jangan memberikan materi yang mengharuskan siswa menguasai materi tersebut tetapi anak bisa memperoleh pengalaman gerak yang lebih banyak.
2.    Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri yang positif bahwa siswa dapat menguasai keterampilan tersebut. Biarkan siswa melakukan sesuai kemampuan yang dimiliki dan jangan memberikan patokan yang terlalu memberatkan bagi siswa. Siswa yang belum mampu melakukan jangan dipaksakan untuk bisa. Bantus siswa tersebut dengan pentahapan gerak dan pengulangan yang lebih banyak. Sebagai contoh, bagaimana melakukan pemanasan yang benar sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan efektif; atau bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan dan mendatangkan kesenangan.
3.    Berikan kesempatan yang lebih luas dan merata sehingga semua semua siswa merasakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran secara adil. Kesempatan yang diberikan kepada setiap siswa harus sama sehingga mereka tidak merasa di bedakan dengan siswa lain. Program yang diterapkan jangan memberikan kesempatan yang lebih pada siswa yang mampu melakukan karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada siswa yang belum mampu melakukan. Kesempatan yang ada diusahakan agar siswa memanfaatkannya dengan baik sehingga penyusunan program yang baik sangat diperlukan oleh guru dalam pelaksanaannya agar kesempatan yang diberikan tidak di gunakan dengan percuma oleh siswa.
4.    Berilah program yang dalam pelaksanaanya siswa belajar keterampilan-keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannnya sehingga program yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan jasmani, seperti kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalani kehidupannnya (berbasis life skill) sehingga siswa mengaplikasikan kegiatan yang mereka lakukan dalam pembelajaran ke dalam kehidupan sehari-harinya. Keterampilan itu antara lain, mengatasi masalah, memotivasi diri, meredam emosi, merencanakan sesuatu, dan lain-lain.









BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani masih mengarah pada pelaksanaan pendidikan olaharaga sehingga lebih menekankan pada penguasaan teknik dasar padahal yang sebenarnya adalah pendidikan jasmani lebih menekankan pada pemberian pengalaman gerak pada peserta didik. Selain itu pendidikan jasmani lebih menitikberatkan pada pembudayaan gerak sehingga nantinya kegiatanya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Hal tersebut terlihat pada konsep baru dalam pendidikan jasmani yang ingin menjadikan siswa senang, berkeringat, belajar gerak dan disiplin dalam pembelajaran. Oleh karena itu pembaharuan dalam pelaksanaan pendidika jasmani perlu dilakasanakan agar pendidikan jasmani tidak menjadi seperti latihan olahraga. Pembaharuan tersebut berupa pemberian materi yang disesuaikan dengan kemapuan dan latar belakang peserta didik. Penekanan pada tercapai empat hal di atas juga menjadi prioritas dalam pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia.

B. Saran
Dari uraian di atas diharapkan penyelenggaraan pendidikan jasmani tidak disamakan dengan latihan olahrga yang menekankan pada penguasan teknik dasar karena siswa akan merasa bosan dengan kegiatan yang sifatnya baku. Diharapkan pendidikan jasmani kedepannya bisa menyesuaikan dengan kebutuhan siswa untuk menambah pengalaman gerak dan menambah tabungan gerak. Dengan memahami konsep baru dan pengembangan pendidikan jasmani diharapkan pendidikan jasmani dapat menjadi sarana yang paling efektif untuk membudayakan gerak kepada peserta didik sehingga dapat aktivitas dalam pendidikan jasmani diaplikasikan di kehidupan nyata. Pada akhirnya diharapkan dengan makalah ini dapat menjadi rujukan yang mendukung dalam menjadikan pendidikan jasmani kearah penyesuaian dengan konteks saat ini.



DAFTAR PUSTAKA

Simanjutkan, v. G., & dkk. (2010). Pendidikan Jasmani dan kesehatan. Jakarta: Dikti.
Husdarta H. J. S., 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung.
Lutan, Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak Di Sekolah Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional DIJDASMEN.
Mahendra, Agus, dkk. (2006). Implementasi Movement-Problem-Based Learning Sebagai Pengembangan Paradigma Reflective Teaching Dalam Pendidikan Jasmani: Sebuah Community-Based Action Research Di Sekolah Menengah Di Kota Bandung. Laporan Penelitian. UPI. Bandung.

Nugraha, B.A. 2012. Lempar Roket. (Online), (http://www.boyolalipos.com/2012/lempar-roket-327522), diakses tanggal 17 Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar