BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan
matapelajaran yang disajikan pada semua jenjang sekolah, mulai dari jenjang
Taman Kanak-kanak sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Pendidikan jasmani
merupakan matapelajaran yang bertujuan untuk memberikan pembelajaran gerak
disamping pembelajaran kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani menjadikan
peserta didik lebih bereksplorasi dengan berbagai keterampilan yang mereka
miliki. Dalam pelakasanaan pendidikan jasmani di sekolah, guru berperan penting
sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk menambah perbendaharaan gerak
sehingga peserta didik akan memiliki lebih banyak tabungan gerak. Tabungan
gerak tersebut dapat mereka manfaatkan ketika mereka berada dalam kehidupan
sosial masyarakat.
(Definisi tidak seharusnya sebagai
pembuka paragraf bisa dimasukan di pertengahan paragraph, agar antar paragraf
bisa singkron)
…Definisi pendidikan jasmani
yang dijelaskan oleh Depdiknas adalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya merupakan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani sebagai sarana untuk mencapai
tujuan pendidikan pada umumnya, yaitu meningkatkan kualitas hidup siswa secara
menyeluruh baik secara fisik, psikis, mental, moral maupun sosial agar menjadi
manusia seutuhnya (Depdiknas, 2003:6). Pendidikan jasmani
memaksimalkan pengembangan kualitas hidup siswa melalui aktivitas gerak yang
multilateral dengan penekanan pada berbagai aspek. Keberadaan pendidikan
jasmani menjadi sesuatu yang penting untuk menunjang perkembangan peserta didik
dalam tahap penyesuaian diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Pelaksanaan Pendidikan jasmani pada
kenyataannya masih banyak kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Hasil
survey pada tingkat global menunjukkan beberapa indikasi lain, mulai dari
alokasi waktu yang terbatas, kelangkaan infrastruktur, kualifikasi tenaga yang
tidak sesuai, hingga karya yang sangat minim (Lutan, 1999). Hasil penelitian
yang dilakukan di Netherlands menunjukkan bahwa pada remaja usia 13-17 tahun
terjadi penurunan tingkat aktivitas jasmani dan aktivitas jasmani siswa
laki-laki lebih aktif secara signifikan daripada siswa (Biddle dan
Chatzisarantis, 1999).
Persoalan-persoalan yang dijabarkan di
atas bisa berdampak pada munculnya masalah-masalah lain, seperti siswa memiliki
tingkat kebugaran jasmani yang rendah dan keterampilan gerak dasar yang tidak
memadai (Panggrazi & Daeur, 1995), adanya ketidaktermotivasian peserta
didik untuk berpartisipasi dalam aktivitas Penjaskes di sekolah (Lavay, dkk.,
1997). Hasil survey yang dilakukan oleh Cholik dan Harsono (dalam Ngasmain dan
Soepartono, 1999) menunjukkan adanya kecenderungan siswa kurang meminati
aktivitas Penjaskes karena dirasakan sangat berat.
Setiap kegiatan pembelajaran pendidikan
jasmani memiliki kendala-kendala tersendiri dalam pelaksanaannya. Permasalahan
dalam pembelajaran yang kompleks memerlukan keprofesionalitasan dan kreativitas
guru pendidikan jasmani untuk menemukan solusi yang tepat sehingga permasalahan
yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diminimalisir.
Keprofesionalitasan guru dalam mengajar pendidikan jasmani menjadi faktor
penting untuk menjadikan pendidikan jasmani lebih bermakna dan tidak dipandang
sebelah mata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang berkualitas
berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran (Suherman, 2007; Rink,
2002) dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik (Siedentop &
Tannehill, 2000).
Kreativitas guru dalam menyajikan materi
pembelajaran menjadikan pendidikan jasmani lebih berwarna dalam pelakasanaannya
sehingga inovasi-inovasi baru akan lahir dari pembelajaran pendidikan jasmani
itu sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Cece Wijaya (1991:189) bahwa
kreativitas guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar
siswanya. Dalam hal ini profesionalitas dan kreativitas guru dalam pembelajaran
tolak peluru (Pendidikan jasmani) juga sangat
menunjang tercapainya pembelajaran dan meningkatkan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Permasalahan-permasalahan yang telah
diuraikan diatas, juga dijumpai pada pembelajaran tolak peluru di SMP Negeri 2
Blitar kelas VII. Dari observasi awal di
SMP Negeri 2 Blitar kelas VII A dan VII C dengan jumlah siswa 64, hanya 5 siswa
yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan 9 siswa hanya melihat
kegiatan dan 50 siswa hanya duduk-duduk di pinggir lapangan sambil
berbincang-bincang satu sama lain sehingga dapat dikatakan banyak siswa yang tidak aktif dan kurang berminat pada kegiatan
pembelajaran tolak peluru. Faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah-masalah
tersebut banyak ditemukan di lapangan. Namun yang sering terjadi di lapangan
adalah permasalahan yang berkaitan dengan prasarana atau alat yang digunakan
dalam pembelajaran terutama yang berkaitan dengan ketersediaan dan spesifikasi
alat yang digunakan dalam pembelajaran.
Setelah melakukan observasi di SMP
Negeri 2 Kota Blitar pada pembelajaran atletik nomor tolak peluru, peneliti
menemukan bahwa alat pembelajaran yang digunakan masih berupa peluru besi
standar berukuran berat 4 kg. Peluru standar adalah peluru terbuat dari besi
keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit
metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain. Peluru beratnya untuk
yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4
kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus berbentuk bola/bulat dengan
permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra min 110 -130 mm max.
Sedangkan untuk putri bergaris tengah 95-110 mm, (PASI, 1993: 8 & 101).
Lapangan untuk pembelajaran penjasorkes
yang tersedia lapangan basket beralaskan semen cor, lapangan voli beralaskan
paving, dan aula beralaskan keramik. Jika pembelajaran tetap menggunakan peluru
besi standar dengan lapangan yang beralaskan plester, paving, dan keramik
sebagai sektor, maka alas tersebut akan rusak. Penggunaan peluru besi dengan
ukuran berat 4 kg serta lapangan yang beralaskan plester, paving, dan keramik
tersebut merupakan sumber permasalahan yang menjadi fokus peneliti.
Pada pembelajaran penjasorkes materi
tolak peluru, tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah siswa dapat
melakukan tolakan dengan teknik yang benar. Siswa juga diharapkan lebih
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tolak peluru dan dengan modifikasi alat
dapat mencegah terjadinya kerusakan pada permukaan lapangan atau aula yang
digunakan. Berdasarkan wawancara pada guru pendidikan jasmani di kelas VII SMP
Negeri 2 Kota Blitar , penggunaan peluru besi dengan berat 4 kg tidak sesuai
dengan kekuatan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar. Pada saat
pembelajaran, siswa tidak dapat melakukan tolakan dengan teknik yang benar
karena siswa menyangga beban peluru yang terlalu berat. Siswa kelas VII tidak
dapat memposisikan peluru di pangkal jari dengan benar, melainkan
menggenggamnya dengan telapak tangan sehingga proses tolakan menjadi tidak
tepat. Hal tersebut mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan
maksimal.
Modifikasi yang sudah ada adalah
menggunakan bola palstik berisi pasir dengan berat 2 kg. Namun dalam
pelaksanaannya modifikasi tersebuat dirasa masih kurang efektif karena masih
terlalu berat bagi siswa kelas VII sehingga tujuan pembelajaran belum bisa
dicapai dengan maksimal. Untuk itu, peneliti ingin mengembangkan peluru
modifikasi dengan menggunakan bola plastik kecil dengan diameter 10 cm dan berisikan
kain spanduk bekas. pembuatan peluru menggunakan bola plastik berisi kain spanduk
bekas yang didesain lebih ringan dari ukuran modifikasi sebelumnya. Spesifikasi
berat peluru akan menjadi kajian bersama dengan ahli dalam menemukan berat ideal
peluru bagi siswa kelas VII, sedangkan diameter peluru disesuaikan dengan
ukuran standar.
Modifikasi tersebut didasarkan pada
prinsip menyesuaikan dengan kemampuan siswa dan kondisi lapangan yang ada di
sekolah dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan adanya
pengembangan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilannya dalam
pembelajaran tolak peluru dan keaktifan siswa dapat meningkat dalam kegiatan
pembelajaran tolak peluru. Menurut Lutan
(1988), tujuan modifikasi dalam pembelajaran adalah siswa memperoleh kepuasan
dalam mengikuti pelajaran; meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi;
siswa dapat melakukan pola gerak secara
benar.
Berdasarkan
permasalahan kesenjangan antara fakta dengan harapan dalam kegiatan
pembelajaran tolak peluru di kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar
yaitu tingkat keaktifan siswa yang kurang dan alat-alat yang digunakan
merupakan standar atlet serta lapangan, halaman dan aula sekolah yang
permukaannya tertutup kramik, paving dan semen cor sedangkan harapannya siswa
dapat aktif dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran tolak peluru dapat
tercapai maka peneliti ingin mengembangkan
Peluru Modifikasi Menggunakan Bola Plastik Berisi Kain Spanduk Bekas
Untuk Pembelajaran Tolak Peluru Pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.
B. Tujuan Penelitian
dan Pengembangan
- Mengembangkan media peluru
modifikasi menggunakan bola plastik berisi kain spanduk bekas untuk pembelajaran tolak peluru pada siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.
- Mengetahui efektifitas
penggunaan media peluru modifikasi menggunakan bola palastik berisi kain spanduk
bekas untuk pembelajaran tolak
peluru pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.
C. Spesifikasi Produk
yang Diharapkan
Sebelum mengetahui spesifikasi produk
yang akan dibuat terlebih dahulu perlu mengetahui spesifikasi produk yang telah
ada sebelumnya dan menjadi acuan dalam pengembangan produk selanjutnya.
Spesifikasi produk sebelumnya antara lain:
1.
Bahan dari bola plastik dengan diameter
10 cm.
2.
Berisi pasir kali.
3.
Berat 2 kg.
4.
Mudah dibuat
5.
Tidak banyak mengeluarkan biaya.
Sedangakan
spesifikasi produk yang diharapkan dari pengembangan spesifikasi produk diatas
antara lain:
1.
Bahan dari bola plastik dengan diameter
10 cm
2.
Berisi kain spanduk bekas.
3.
Lebih rengan dengan berat 1-1½ kg
4.
Mudah dibuat dan bahan mudah didapat
5.
Tidak memerlukan biaya yang banyak.
6.
Mudah digunakan
7.
Tidak terlalu berat bagi siswa kelas VII
8.
Jika mengenai badan tidak menimbulkan
cedera yang serius
D. Pentingnya
Penelitian dan Pengembangan
Keberadaan alat-alat olahraga yang
digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani lebih kepada standar alat yang
digunakan dalam kejuaraan dengan spesifikasi alat yang standar atlet sehingga
menjadikan siswa kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran. Untuk itu perlu
adanya modifikasi alat sebagai salah satu solusi untuk menjadikan kegiatan
pembelajaran lebih terarah pada tujuan. Menurut Lutan (1988), tujuan modifikasi dalam pembelajaran adalah siswa
memperoleh kepuasan dalam mengi kuti pelajaran; meningkatkan kemung kinan
keberhasilan dalam berparti sipasi; siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Dalam pembelajaran tolak peluru,
modifikasi peluru akan lebih memudahkan siswa dalam menguasi keterampilan dasar
tolak peluru karena telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Disamping itu
siswa juga akan lebih partisipatif dan tidak merasa bosan dengan adanya
pengembangan ini. Dari pihak guru dengan adanya pengembangan ini lebih
memudahkan guru dalam mengajarkan materi keterampilan dasar tolak peluru di
kelas VII.
E. Asumsi
dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
Siswa kesulitan dalam menguasai
keterampilan dasar tolak peluru dikarenakan penggunaan peluru dari bahan besi
atau logam yang terlalu berat. Keterampilan dasar tolak peluru siswa kelas VII
di SMP Negeri 2 Kota Blitar masih kurang sehingga perlu adanya solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut yang salah satunnya adalah dengan modifikasi
peluru menggunakan bola plastic kecil yang berisi kain bekas. Di samping itu
materi tolak peluru yang belum diajarkan
pada jenjang SD menjadikan siswa belum begitu mengenal dengan tolak peluru.
F.
Definisi Istilah
1.
Perl engkapan/Alat Pembelajaran Penjas
Peralatan
(apparatus), ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa
untuk melakukan kegiatan/aktivitas di atasnya, di bawahnya, di dalam/di
antaranya yang relatif mudah untuk dipindah-pindahkan. Perlengkapan pendidikan
jasmani artinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan
untuk melaksanakan/ melakukan kegiatan pendidikan jasmani.
Di
satu sisi keberadaan perlengkapan penjas tersebut sangat diperlukan, namun di
sisi lain peralatan atau perlengkapan penjas yang dimiliki sekolah-sekolah
biasanya kurang memadai, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan
yang ada dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya merupakan peralatan standar
untuk orang dewasa. Keadaan seperti itu banyak menyebabkan kegiatan penjas yang
kurang optimal.
2.
Modifikasi
Modifikasi
dapat diartikan cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik
menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Tidak sedikit guru
penjas yang terjebak dalam ketergantungan penyajian materi pembelajaran penjas
kepada hal-hal yang sifatnya prinsip dan standar serta harus sesuai dengan
kurikulum yang sudah ditentukan. Hingga tidak sedikit pula para guru penjas
dilanda kebosanan, yang selanjutnya kondisi seperti ini akan berdampak pada
pembentukan dan pengembangan peserta didik menyangkut aspek keterampilan dan
perkembangan motorik serta akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan
psiko-sosio budaya peserta didik. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman
tentang azas serta esensi modifikasi penjas (fasilitas dan perlengkapan penjas)
akan banyak membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran penjas.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Dalam BAB II ini akan
dipaparkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian pengembangan Peluru
Modifikasi Menggunakan Bola Plastik Berisi Kain Spanduk Bekas Untuk Pembelajaran Tolak Peluru Pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.
A.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang
memiliki peranan yang relatif besar dalam membantu dan mengembangkan kemampuan
siswa seperti kemampuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti
yang dijelaskan oleh Hendrayana (2007:3) bahwa: "Pendidikan jasmani adalah
proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan."
Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani sebagai alat untuk
mendapatkan perkembangan yang menyeluruh pada aspek fisik, mental, dan
emosional seseorang. Seperti yang dijelaskan oleh Abduljabar (2008:4) bahwa:
"Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai individu utuh dan
menyeluruh mencakup kesejahteraan total manusia, dan tidak memisahkan dimensi
fisik dan kualitas mental, yang selama ini dianggap tidak memiliki hubungan
kuat atau terpisah satu sama lain."
B.
Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan
pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pembelajaran (Hermawan P.
Raharjo, 2010:2). Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang
berorientasi pada produk, dan diharapkan dapat menjembatani kesenjangan
penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah menghasilkan produk-produk
yang langsung dapat digunakan oleh pengguna.
Menurut Borg & Gall
(1983) dalam Hermawan (2010:4), penelitian pengembangan adalah suatu proses
yang banyak digunakan dalam pendidikan dan pengajaran yang pada dasarnya
prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1)
mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk untuk mencapai
tujuan.
B. Tolak Peluru
Tolak peluru merupakan
salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin. Tolak
peluru adalah olahraga dengan menolakkan peluru (alat yang bundar seperti bola
yang terbuat dari besi atau kuningan), (PASI,
2003:160). Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik.
Tujuan tolak peluru
adalah untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Tolak peluru juga
memiliki karakteristik yang berbeda dengan nomor-nomor yang lain pada cabang
atletik. Menurut Eddy Purnomo (2007: 116) tolak peluru merupakan nomor lempar
yang mempunyai karakteristik sendiri, peluru tidak di lempar namun ditolak atau
didorong dari bahu dengan satu tangan.
C. Modifikasi Peluru
Modifikasi juga dapat
diartikan sebagai cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik
menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Seperti yang
dijelaskan Syamsudin (2008:56) sebagai berikut:
Konsep
modifikasi dikembangkan merupakan upaya yang dilakukan agar proses pembelajaran
mencerminkan Developmentally Appropriate
Practise (DPA), modifikasi dokembangkan untuk menganalisis materi pelajaran
dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial
sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya dengan cara ini siswa
dituntun, diarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi
bisa.
Peluru standar adalah
peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari
kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain.
Peluru beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan
untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus
berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru
putra min 110 -130 mm max. Sedangkan untuk putri bergaris tengah 95-110 mm, (PASI, 1993: 8 & 101).
Modifikasi yang
dilakukan dalam pengembangan pembelajaran tolak peluru ini adalah modifikasi
terhadap spesifikasi peluru yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu
memodifikasi ukuran berat peluru. Tujuan modifikasi alat pembelajaran tersebut
adalah untuk menyesuaikan pembelajaran atletik nomor tolak peluru dengan
kemampuan fisik siswa kelas VII SMP, sehingga diperoleh peningkatan kualitas
pendidikan jasmani yang optimal. Modifikasi tersebut dilakukan dengan membuat peluru
menggunakan bola plastik berisi pasir yang didesain lebih ringan dari ukuran standar.
Spesifikasi berat peluru akan menjadi kajian dalam menemukan berat optimal
peluru bagi siswa kelas VII, sedangkan diameter peluru disesuaikan dengan
ukuran standar. Modifikasi tersebut didasarkan pada prinsip menyesuaikan dengan
kemampuan siswa dan kondisi lapangan yang ada di sekolah dengan tetap fokus
pada pencapaian tujuan pembelajaran.
D.
Hubungan Modifikasi Alat dengan Keefektifan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Modifikasi
alat ditujukan untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran terutama dalam
pembelajaran tolak peluru yang seringkali masih menggunakan peluru yang standar
atlet. Dengan modifikasi kekurangan dalam pembelajaran dapat diatasi karena
telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan
pandangan Rusli Lutan yang dikutip oleh Ayi Suherman (2009)
Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan di
sekolah dapat dilakukan melalui
modifikasi Pembelajaran,
Modifikasi itu sendiri diartikan sebagai
perubahan dari keadaan
lama yang semula menjadi baru, perubahan
itu dapat berupa
bentuk, fungsi, cara penggunaan dan
manfaat tanpa sepenuhnya
menghilangkan karakteristik semula.
Memodifikasi
mata pelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan dimana dijelaskan Lutan
(1998) dalam Syamsudin (2008:72) modifikasi bertujuan: “a) Siswa memperoleh
kepuasan dalam mengikuti pelajaran. b) Meningkatkan kemungkinan dalam
keberhasilan dalam berpartisipasi. c) Siswa dapat mealkukan pola dengan benar.”
Yoyo Bahagia (2010:1) menjelaskan bahwa modifikasi merupakan salah satu upaya
yang dapat dilakukan oleh para guru penjas agar proses pembelajaran Dikjas
dapat mencerminkan DAP.
E. Penilitian Yang
Relevan
Penitian yang dilakukan oleh Priyo
Hutomo yang berjudul “Pengembangan
Pembelajaran Penjasorkes Tolak Peluru Dengan Memodifikasi Ukuran Berat Peluru”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan pembelajaran penjasorkes tolak
peluru dengan memodifikasi ukuran berat peluru pada siswa kelas VII SMP N 5
Semarang. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan yang mengacu pada
model pengembangan Borg & Gall. Dari hasil uji coba diperoleh nilai
evaluasi ahli lebih dari 4 (kategori baik), persentase hasil uji coba kelompok
kecil 94,4% (sangat baik), dan persentase hasil uji lapangan 96% (sangat baik).
Berdasarkan data tersebut maka pengembangan pembelajaran penjasorkes tolak
peluru dengan memodifikasi ukuran berat peluru pada siswa kelas VII SMP N 5
Semarang dinyatakan berhasil.
bang bisa mintak no hp atau pin bb nya gak?
BalasHapussoalnya ada yang mau saya tanyakan....