Senin, 02 Desember 2013

PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN BAB I dan II

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan matapelajaran yang disajikan pada semua jenjang sekolah, mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Pendidikan jasmani merupakan matapelajaran yang bertujuan untuk memberikan pembelajaran gerak disamping pembelajaran kognitif dan afektif. Pendidikan jasmani menjadikan peserta didik lebih bereksplorasi dengan berbagai keterampilan yang mereka miliki. Dalam pelakasanaan pendidikan jasmani di sekolah, guru berperan penting sebagai fasilitator bagi peserta didik untuk menambah perbendaharaan gerak sehingga peserta didik akan memiliki lebih banyak tabungan gerak. Tabungan gerak tersebut dapat mereka manfaatkan ketika mereka berada dalam kehidupan sosial masyarakat.
(Definisi tidak seharusnya sebagai pembuka paragraf bisa dimasukan di pertengahan paragraph, agar antar paragraf bisa singkron)
…Definisi pendidikan jasmani yang dijelaskan oleh Depdiknas adalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya me­rupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas jasmani sebagai sarana untuk menca­pai tujuan pendidikan pada umumnya, yaitu meningkatkan kualitas hidup siswa secara me­nyeluruh baik secara fisik, psikis, mental, moral maupun sosial agar menjadi manusia seutuhnya (Depdiknas, 2003:6). Pendidikan jasmani memaksimalkan pengembangan kualitas hidup siswa melalui aktivitas gerak yang multilateral dengan penekanan pada berbagai aspek. Keberadaan pendidikan jasmani menjadi sesuatu yang penting untuk menunjang perkembangan peserta didik dalam tahap penyesuaian diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Pelaksanaan Pendidikan jasmani pada kenyataannya masih banyak kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Hasil survey pada tingkat global menunjukkan beberapa indikasi lain, mulai dari alokasi waktu yang terbatas, kelangkaan infrastruktur, kualifikasi tenaga yang tidak sesuai, hingga karya yang sangat minim (Lutan, 1999). Hasil penelitian yang dilakukan di Netherlands menunjukkan bahwa pada remaja usia 13-17 tahun terjadi penurunan tingkat aktivitas jasmani dan aktivitas jasmani siswa laki-laki lebih aktif secara signifikan daripada siswa (Biddle dan Chatzisarantis, 1999).
Persoalan-persoalan yang dijabarkan di atas bisa berdampak pada munculnya masalah-masalah lain, seperti siswa memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah dan keterampilan gerak dasar yang tidak memadai (Panggrazi & Daeur, 1995), adanya ketidaktermotivasian peserta didik untuk berpartisipasi dalam aktivitas Penjaskes di sekolah (Lavay, dkk., 1997). Hasil survey yang dilakukan oleh Cholik dan Harsono (dalam Ngasmain dan Soepartono, 1999) menunjukkan adanya kecenderungan siswa kurang meminati aktivitas Penjaskes karena dirasakan sangat berat.
Setiap kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani memiliki kendala-kendala tersendiri dalam pelaksanaannya. Permasalahan dalam pembelajaran yang kompleks memerlukan keprofesionalitasan dan kreativitas guru pendidikan jasmani untuk menemukan solusi yang tepat sehingga permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dapat diminimalisir. Keprofesionalitasan guru dalam mengajar pendidikan jasmani menjadi faktor penting untuk menjadikan pendidikan jasmani lebih bermakna dan tidak dipandang sebelah mata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang berkualitas berpengaruh besar terhadap efektivitas pembelajaran (Suherman, 2007; Rink, 2002) dan pada gilirannya mempengaruhi prestasi anak didik (Siedentop & Tannehill, 2000).
 Kreativitas guru dalam menyajikan materi pembelajaran menjadikan pendidikan jasmani lebih berwarna dalam pelakasanaannya sehingga inovasi-inovasi baru akan lahir dari pembelajaran pendidikan jasmani itu sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Cece Wijaya (1991:189) bahwa kreativitas guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswanya. Dalam hal ini profesionalitas dan kreativitas guru dalam pembelajaran tolak peluru (Pendidikan jasmani) juga sangat menunjang tercapainya pembelajaran dan meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas, juga dijumpai pada pembelajaran tolak peluru di SMP Negeri 2 Blitar kelas VII.  Dari observasi awal di SMP Negeri 2 Blitar kelas VII A dan VII C dengan jumlah siswa 64, hanya 5 siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan 9 siswa hanya melihat kegiatan dan 50 siswa hanya duduk-duduk di pinggir lapangan sambil berbincang-bincang satu sama lain sehingga dapat dikatakan banyak siswa yang  tidak aktif dan kurang berminat pada kegiatan pembelajaran tolak peluru. Faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah-masalah tersebut banyak ditemukan di lapangan. Namun yang sering terjadi di lapangan adalah permasalahan yang berkaitan dengan prasarana atau alat yang digunakan dalam pembelajaran terutama yang berkaitan dengan ketersediaan dan spesifikasi alat yang digunakan dalam pembelajaran.
Setelah melakukan observasi di SMP Negeri 2 Kota Blitar pada pembelajaran atletik nomor tolak peluru, peneliti menemukan bahwa alat pembelajaran yang digunakan masih berupa peluru besi standar berukuran berat 4 kg. Peluru standar adalah peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain. Peluru beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra min 110 -130 mm max. Sedangkan untuk putri bergaris tengah 95-110 mm, (PASI, 1993: 8 & 101).
Lapangan untuk pembelajaran penjasorkes yang tersedia lapangan basket beralaskan semen cor, lapangan voli beralaskan paving, dan aula beralaskan keramik. Jika pembelajaran tetap menggunakan peluru besi standar dengan lapangan yang beralaskan plester, paving, dan keramik sebagai sektor, maka alas tersebut akan rusak. Penggunaan peluru besi dengan ukuran berat 4 kg serta lapangan yang beralaskan plester, paving, dan keramik tersebut merupakan sumber permasalahan yang menjadi fokus peneliti.
Pada pembelajaran penjasorkes materi tolak peluru, tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah siswa dapat melakukan tolakan dengan teknik yang benar. Siswa juga diharapkan lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tolak peluru dan dengan modifikasi alat dapat mencegah terjadinya kerusakan pada permukaan lapangan atau aula yang digunakan. Berdasarkan wawancara pada guru pendidikan jasmani di kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar , penggunaan peluru besi dengan berat 4 kg tidak sesuai dengan kekuatan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar. Pada saat pembelajaran, siswa tidak dapat melakukan tolakan dengan teknik yang benar karena siswa menyangga beban peluru yang terlalu berat. Siswa kelas VII tidak dapat memposisikan peluru di pangkal jari dengan benar, melainkan menggenggamnya dengan telapak tangan sehingga proses tolakan menjadi tidak tepat. Hal tersebut mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.
Modifikasi yang sudah ada adalah menggunakan bola palstik berisi pasir dengan berat 2 kg. Namun dalam pelaksanaannya modifikasi tersebuat dirasa masih kurang efektif karena masih terlalu berat bagi siswa kelas VII sehingga tujuan pembelajaran belum bisa dicapai dengan maksimal. Untuk itu, peneliti ingin mengembangkan peluru modifikasi dengan menggunakan bola plastik kecil dengan diameter 10 cm dan berisikan kain spanduk bekas. pembuatan peluru menggunakan bola plastik berisi kain spanduk bekas yang didesain lebih ringan dari ukuran modifikasi sebelumnya. Spesifikasi berat peluru akan menjadi kajian bersama dengan ahli dalam menemukan berat ideal peluru bagi siswa kelas VII, sedangkan diameter peluru disesuaikan dengan ukuran standar.
Modifikasi tersebut didasarkan pada prinsip menyesuaikan dengan kemampuan siswa dan kondisi lapangan yang ada di sekolah dengan tetap fokus pada pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan adanya pengembangan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilannya dalam pembelajaran tolak peluru dan keaktifan siswa dapat meningkat dalam kegiatan pembelajaran tolak peluru. Menurut Lutan (1988), tujuan modifikasi dalam pembelajaran adalah siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran; meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi; siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Berdasarkan permasalahan kesenjangan antara fakta dengan harapan dalam kegiatan pembelajaran tolak peluru di kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar yaitu tingkat keaktifan siswa yang kurang dan alat-alat yang digunakan merupakan standar atlet serta lapangan, halaman dan aula sekolah yang permukaannya tertutup kramik, paving dan semen cor sedangkan harapannya siswa dapat aktif dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran tolak peluru dapat tercapai maka peneliti ingin mengembangkan  Peluru Modifikasi Menggunakan Bola Plastik Berisi Kain Spanduk Bekas Untuk  Pembelajaran Tolak Peluru Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.


B. Tujuan Penelitian dan Pengembangan
  1. Mengembangkan media peluru modifikasi menggunakan bola plastik berisi kain spanduk bekas untuk  pembelajaran tolak peluru pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.
  2. Mengetahui efektifitas penggunaan media peluru modifikasi menggunakan bola palastik berisi kain spanduk bekas untuk  pembelajaran tolak peluru pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.

C. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Sebelum mengetahui spesifikasi produk yang akan dibuat terlebih dahulu perlu mengetahui spesifikasi produk yang telah ada sebelumnya dan menjadi acuan dalam pengembangan produk selanjutnya. Spesifikasi produk sebelumnya antara lain:
1.      Bahan dari bola plastik dengan diameter 10 cm.
2.      Berisi pasir kali.
3.      Berat 2 kg.
4.      Mudah dibuat
5.      Tidak banyak mengeluarkan biaya.
Sedangakan spesifikasi produk yang diharapkan dari pengembangan spesifikasi produk diatas antara lain:
1.      Bahan dari bola plastik dengan diameter 10 cm
2.      Berisi kain spanduk bekas.
3.      Lebih rengan dengan berat 1-1½ kg
4.      Mudah dibuat dan bahan mudah didapat
5.      Tidak memerlukan biaya yang banyak.
6.      Mudah digunakan
7.      Tidak terlalu berat bagi siswa kelas VII
8.      Jika mengenai badan tidak menimbulkan cedera yang serius
D. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
Keberadaan alat-alat olahraga yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani lebih kepada standar alat yang digunakan dalam kejuaraan dengan spesifikasi alat yang standar atlet sehingga menjadikan siswa kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran. Untuk itu perlu adanya modifikasi alat sebagai salah satu solusi untuk menjadikan kegiatan pembelajaran lebih terarah pada tujuan. Menurut Lutan (1988), tujuan modifikasi dalam pembelajaran adalah siswa memperoleh kepuasan dalam mengi kuti pelajaran; meningkatkan kemung kinan keberhasilan dalam berparti sipasi; siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
            Dalam pembelajaran tolak peluru, modifikasi peluru akan lebih memudahkan siswa dalam menguasi keterampilan dasar tolak peluru karena telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Disamping itu siswa juga akan lebih partisipatif dan tidak merasa bosan dengan adanya pengembangan ini. Dari pihak guru dengan adanya pengembangan ini lebih memudahkan guru dalam mengajarkan materi keterampilan dasar tolak peluru di kelas VII.

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
            Siswa kesulitan dalam menguasai keterampilan dasar tolak peluru dikarenakan penggunaan peluru dari bahan besi atau logam yang terlalu berat. Keterampilan dasar tolak peluru siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Kota Blitar masih kurang sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yang salah satunnya adalah dengan modifikasi peluru menggunakan bola plastic kecil yang berisi kain bekas. Di samping itu materi tolak peluru  yang belum diajarkan pada jenjang SD menjadikan siswa belum begitu mengenal dengan tolak peluru.

F. Definisi Istilah
1. Perl engkapan/Alat Pembelajaran Penjas
Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas di atasnya, di bawahnya, di dalam/di antaranya yang relatif mudah untuk dipindah-pindahkan. Perlengkapan pendidikan jasmani artinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk melaksanakan/ melakukan kegiatan pendidikan jasmani.
Di satu sisi keberadaan perlengkapan penjas tersebut sangat diperlukan, namun di sisi lain peralatan atau perlengkapan penjas yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya kurang memadai, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang ada dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya merupakan peralatan standar untuk orang dewasa. Keadaan seperti itu banyak menyebabkan kegiatan penjas yang kurang optimal.
2. Modifikasi
Modifikasi dapat diartikan cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Tidak sedikit guru penjas yang terjebak dalam ketergantungan penyajian materi pembelajaran penjas kepada hal-hal yang sifatnya prinsip dan standar serta harus sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Hingga tidak sedikit pula para guru penjas dilanda kebosanan, yang selanjutnya kondisi seperti ini akan berdampak pada pembentukan dan pengembangan peserta didik menyangkut aspek keterampilan dan perkembangan motorik serta akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan psiko-sosio budaya peserta didik. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang azas serta esensi modifikasi penjas (fasilitas dan perlengkapan penjas) akan banyak membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran penjas.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam BAB II ini akan dipaparkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian pengembangan Peluru Modifikasi Menggunakan Bola Plastik Berisi Kain Spanduk Bekas Untuk  Pembelajaran Tolak Peluru Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kota Blitar.
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang memiliki peranan yang relatif besar dalam membantu dan mengembangkan kemampuan siswa seperti kemampuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti yang dijelaskan oleh Hendrayana (2007:3) bahwa: "Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan."
Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani sebagai alat untuk mendapatkan perkembangan yang menyeluruh pada aspek fisik, mental, dan emosional seseorang. Seperti yang dijelaskan oleh Abduljabar (2008:4) bahwa: "Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai individu utuh dan menyeluruh mencakup kesejahteraan total manusia, dan tidak memisahkan dimensi fisik dan kualitas mental, yang selama ini dianggap tidak memiliki hubungan kuat atau terpisah satu sama lain."
B. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pembelajaran (Hermawan P. Raharjo, 2010:2). Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk, dan diharapkan dapat menjembatani kesenjangan penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah menghasilkan produk-produk yang langsung dapat digunakan oleh pengguna.
Menurut Borg & Gall (1983) dalam Her­mawan (2010:4), penelitian pengembangan ada­lah suatu proses yang banyak digunakan dalam pendidikan dan pengajaran yang pada dasarnya prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk un­tuk mencapai tujuan.
B. Tolak Peluru
Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin. Tolak peluru adalah olahraga dengan menolakkan peluru (alat yang bundar seperti bola yang terbuat dari besi atau kuningan), (PASI, 2003:160). Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik.
Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Tolak peluru juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan nomor-nomor yang lain pada cabang atletik. Menurut Eddy Purnomo (2007: 116) tolak peluru merupakan nomor lempar yang mempunyai karakteristik sendiri, peluru tidak di lempar namun ditolak atau didorong dari bahu dengan satu tangan.
C. Modifikasi Peluru
Modifikasi juga dapat diartikan sebagai cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Seperti yang dijelaskan Syamsudin (2008:56) sebagai berikut:
Konsep modifikasi dikembangkan merupakan upaya yang dilakukan agar proses pembelajaran mencerminkan Developmentally Appropriate Practise (DPA), modifikasi dokembangkan untuk menganalisis materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya dengan cara ini siswa dituntun, diarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa.

Peluru standar adalah peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain tidak lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain. Peluru beratnya untuk yunior putri 3 kilogram dan putra 5 kilogram sedangkan untuk senior putri 4 kilogram dan putra 7,257 kilogram. Peluru ini harus berbentuk bola/bulat dengan permukaan yang licin/halus. Garis tengah peluru putra min 110 -130 mm max. Sedangkan untuk putri bergaris tengah 95-110 mm, (PASI, 1993: 8 & 101).
Modifikasi yang dilakukan dalam pen­gembangan pembelajaran tolak peluru ini adalah modifikasi terhadap spesifikasi peluru yang digu­nakan dalam pembelajaran, yaitu memodifikasi ukuran berat peluru. Tujuan modifikasi alat pem­belajaran tersebut adalah untuk menyesuaikan pembelajaran atletik nomor tolak peluru dengan kemampuan fisik siswa kelas VII SMP, sehingga diperoleh peningkatan kualitas pendidikan jas­mani yang optimal. Modifikasi tersebut dilakukan dengan membuat peluru menggunakan bola plastik be­risi pasir yang didesain lebih ringan dari ukuran standar. Spesifikasi berat peluru akan menjadi kajian dalam menemukan berat optimal peluru bagi siswa kelas VII, sedangkan diameter peluru disesuaikan dengan ukuran standar. Modifikasi tersebut didasarkan pada prinsip menyesuaikan dengan kemampuan siswa dan kondisi lapangan yang ada di sekolah dengan tetap fokus pada pen­capaian tujuan pembelajaran.
D. Hubungan Modifikasi Alat dengan Keefektifan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
 Modifikasi alat ditujukan untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran terutama dalam pembelajaran tolak peluru yang seringkali masih menggunakan peluru yang standar atlet. Dengan modifikasi kekurangan dalam pembelajaran dapat diatasi karena telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pandangan Rusli Lutan yang dikutip oleh Ayi Suherman (2009)
Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di
sekolah dapat dilakukan melalui modifikasi Pembelajaran,
Modifikasi itu sendiri diartikan sebagai perubahan dari keadaan
lama yang semula menjadi baru, perubahan itu dapat berupa
bentuk, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya
menghilangkan karakteristik semula.

Memodifikasi mata pelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan dimana dijelaskan Lutan (1998) dalam Syamsudin (2008:72) modifikasi bertujuan: “a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran. b) Meningkatkan kemungkinan dalam keberhasilan dalam berpartisipasi. c) Siswa dapat mealkukan pola dengan benar.” Yoyo Bahagia (2010:1) menjelaskan bahwa modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru penjas agar proses pembelajaran Dikjas dapat mencerminkan DAP.
E. Penilitian Yang Relevan

Penitian yang dilakukan oleh Priyo Hutomo yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran Penjasorkes Tolak Peluru Dengan Memodifikasi Ukuran Berat Peluru”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan pembelajaran penjasorkes tolak peluru dengan memodifikasi ukuran berat peluru pada siswa kelas VII SMP N 5 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan yang mengacu pada model pengembangan Borg & Gall. Dari hasil uji coba diperoleh nilai evaluasi ahli lebih dari 4 (kategori baik), persentase hasil uji coba kelompok kecil 94,4% (sangat baik), dan persentase hasil uji lapangan 96% (sangat baik). Berdasarkan data tersebut maka pengembangan pembelajaran penjasorkes tolak peluru dengan memodifikasi ukuran berat peluru pada siswa kelas VII SMP N 5 Semarang dinyatakan berhasil.

1 komentar:

  1. bang bisa mintak no hp atau pin bb nya gak?
    soalnya ada yang mau saya tanyakan....

    BalasHapus